Yang Tak Mampu Tersampaikan


Ada yang sedang mengujiku dan aku tak pernah lulus dalam ujian itu, menyedihkan sekali. Terpaksa berpisah karena aku yang tidak lulus ujian. Ujian yang kau ajukan itu terlalu berat buatku, mungkin sampai akhir dunia pun aku tidak akan pernah lulus ujian semacam itu, alasannya sederhana saja. Aku mulai terbiasa dengan ada kamu bersamaku, sulit untuk mencoba memahami arti kesibukan dan ujian bodoh macam itu. “Terlalu bodoh untuk diriku menahan berat jutaan rindu apalagi menahan EGO-ku”.


Kenapa hal semacam ini harus terjadi?? Oke, kau meragukanku, itu kesimpulanku. Tapi kenapa harus dengan cara yang begini?? Membuatku menjadi orang yang paling jahat di seluruh dunia, membuat seluruh dunia mencaci di belakangku, membuatku mengucap selamat tinggal, dan itu semua terjadi di hari ulang tahunmu, hari yang kupikirkan, dan kutunggu sejak lama.


Ini berat buatku, tidak sesederhana yang kamu pikirkan…


Berhari-hari aku mencoba memahami, berhari-hari aku mencoba berpikiran positif, berhari-hari aku berusaha tampak baik-baik saja, perlahan kadar kewarasanku terkikis oleh keadaan sinting yang kamu ciptakan. Kalau kamu mau tahu apa aku marah?? Ya, aku marah. Marah besar. Karena aku tidak tahu harus berbuat apa.


Hari itu Jum’at, 12 Oktober 2012, hari itu tepat 1 bulan kita bersama,seharusnya kita bisa bertemu, tapi ternyata tidak. Oke, aku masih bisa terima, mungkin malam besok kupikir.


Kemudian Sabtu, 13 Oktober 2012, lama aku menunggu, mungkin ada ajakan keluar malam itu, ternyata tidak, yang ada malam kau hilang tanpa jejak, tanpa penjelasan apapun. Sementara aku tahu kamu aktif di twitter, aku mulai tertekan. Sejak malam itu aku berusaha memikirkan banyak hal, hal-hal yang seharusnya ku pikirkan. Aku berpikir banyak tentang hubungan ini, malam itu aku menyadari, aku banyak lelah, sangaaat lelah… Dan aku hanya sendirian. Aku memutuskan tidak keluar kamar sejak malam itu sampai pagi senin. 


Minggu, 14 Oktober 2012. Seharusnya hari itu aku sudah mulai menghubungi teman-temanmu untuk membantuku menyiapkan surprise besar untukmu yang sudah ku pikirkan sejak beberapa minggu lalu. Tapi hari itu suram sekali, kau sama sekali tak peduli. Lama aku galau, berkali-kali aku mengirim sms, berkoar-koar panjang lebar, tapi aku hanya menerima satu kali balasan darimu:
“Sepertinya kita ni baik pas saat bekawan dulu nah…
Kd hndk lagi ulun namun meolah pian jadi makin sakit gara-gara ulun…”


Selanjutnya tidak ada lagi kabar apapun. Sementara di twitter kamu terus aktif. Itu sudah final bagiku Hif, aku sudah mendapatkan kesimpulan dan melihat kau memutuskan lewat sms itu Hif… 


Ah, sial!! Kenapa terjadi hal seperti ini mejelang hari H? Kubatalkan semua rencana yang kubuat untukmu. Berusaha setenang mungkin, sekuat mungkin agar tidak menangis. 

Aku kacau sekali, ajakan pergi ke Pantai dengan teman-teman ku abaikan...

Minggu malam, aku masih betah tidak keluar kamar, keluar kamar secukupnya saja, untuk minum dan ke kamar mandi. Makan pun aku lupa…

Malam itu aku tak dapat tidur, moodku buruk sekali, sekalipun begitu aku masih menginginkan menjadi yang pertama mengucapkan Selamat Ulang Tahun untukmu, walaupun seperti yang kau bilang, datar… Aku terlalu muak untuk berkata-kata Hif, keadaan seperti ini cukup banyak menguras pikiranku.


Senin, 15 Oktober 2012. Hari H. Aku telah bersiap menjadi terdakwa hari ini, awalnya sama sekali tidak bernafsu untuk keluar kamar, apa daya kuliah hari itu penting buatku. Namun memikirkanmu membuat kuliah hari itu sama sekali menjadi tak berarti, tak ada sebiji pun huruf dan angka yang masuk ke otakku.


Selesai kuliah aku lari ke sekretariat Himaptika, asal kau tau bukan untuk bersembunyi Hif… Kalau aku ingin bersembunyi hari itu, mungkin seusai kuliah aku sudah menghindari kampus. Sabtu lalu aku memang baru di amanahi sebuah pekerjaan dengan tanggung jawab besar oleh Ketua Himaptika. Aku berusaha sesibuk mungkin,  senormal mungkin agar tidak menjadi semakin larut dalam keadaan yang gila itu, namun tak dapat dipungkiri, aku tidak sedang baik-baik aja. Kepalaku berdenyut-denyut, tersiksa.


Suasana hatiku kacau sekali setiap semua orang, teman-temanmu, teman-temanku menanyakan perihal ulang tahunmu atau hubungan kita. Rasanya aku ingin marah, aku ingin mengusir semuanya.


Saat Arief bicara dengan Abang dan Haris di sekre Himaptika hari itu adalah puncak dari segala kegilaanku. Saat teman-temanmu sibuk peduli denganmu, sedangkan aku hanya diam saja. Semua orang pasti akan menganggapku orang paling jahat di seluruh dunia. Aku tahu mereka bicara banyak di belakangku. Dan beberapa di antaranya menyakitkan hatiku. Mereka bicara tanpa tau apa yang sedang terjadi.


Kalau kau tanya mengapa aku tidak ikut andil bersama-sama temanmu hari itu, maka aku akan menjawabnya. Aku tidak ingin menjadi orang asing yang menumpang di antara teman-temanmu, tanpa aku tahu apa aku masih dianggap sebagai orang yang “special” atau tidak, seseorang dengan status tidak jelas sepertiku, tidak seharusnya hadir merusak hari bahagiamu itu. Seharusnya jika kamu menginginkan kehadiranku hari itu, pastikan posisiku siapa Hif… Aku tahu diri… Itulah kenapa ku putuskan untuk pergi dari sana ketika Abang dan Haris datang dari Arsilla.


Aku yakin aku masih tidak dapat tenang dengan berdiam diri di kost saja hari itu, maka aku memutuskan untuk menerima tawaran Gita untuk mengerjakan tugas di kost Rina setelah kuliah Matematika SD. Masih berusaha sesibuk mungkin agar tetap waras. Di kost Rina Gita bercerita tentang surprise dari teman-temanmu di kelas Matematika SD, aku hanya diam, aku merasa buruk sekali hari itu.


Pukul 09.30 PM aku meninggalkan kost Rina dengan Gita. Aku masih berpikir untuk tetap sibuk, kondisiku belum cukup stabil untuk pulang ke kost. Setelahnya aku langsung pergi dengan Haris untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan Hima sampai pukul 11.00 PM, sampai aku tersadar perutku perih sekali, hari itu sama sekali tak sebiji nasipun masuk ke dalam perutku. Makanan yang ku telan sama sekali tidak nikmat, aku masih memikirkanmu. Aku berusaha menelponmu, aku lupa HP XL-ku tertinggal di kost Rina. Malam itu kamu juga sedang tidak ingin di telpon.


Pikiranku kacau sekali, kekacauan yang terjadi 2 minggu terakhir menumpuk di malam itu, kalau aja tidak ada Haris mungkin malam itu aku sudah berpikir mati. Agak lebay memang, tapi malam itu adalah puncak segala kelelahanku, ketidak mengertianku, kesakitanku.


Bukan hanya kau yang merasakan sakit hari itu Hif, aku juga… Bahkan mungkin lebih…
Aku lelah sekali dengan keadaan seperti ini Hifni, mengertilah…


Hari ini aku membuka blog-mu, selamat Hif… Kamu sukses meruntuhkan segala pertahananku selama beberapa hari ini, hari ini nafsu menyibukkan diriku lenyap, aku hanya ingin segera pulang dan menangis sepuasnya.


Entahlah akan seperti apa setelah ini, yang jelas aku lelah sekali, aku ingin beristirahat lama dan menjadi normal kembali…


Terserah kamu Hif, lakukan apa maumu setelah ini, aku sudah cukup, aku menyerah…


0 komentar:

Posting Komentar