About today!

Berpikir realistis itu memang penting! Namun memikirkan perasaan orang lain juga perlu sesekali.

Tak ambil pusing bukan berarti total tak peduli, kadang dibutuhkan sedikit kesadaran dan bijak dalam memandang suatu situasi.

Tak semua orang diciptakan sama, tak semua orang dapat menerima kita apa adanya. Jika berharap demikian tentu harus ada timbal baliknya, kita pun harus siap menerima orang lain apa adanya, tanpa terpaksa, meskipun susah.

Karena manusia diciptakan untuk hidup berdampingan, saling memahami dan mengerti bahwa setiap orang diciptakan dengan standar yang berbeda, tidak ada manusia yang sempurna, yang ada pada diri kita belum tentu ada pada diri orang lain, juga sebaliknya.
Lalu mengapa kita tak mencoba untuk saling melengkapi, tanpa harus merasa tersaingi???

Surat Cinta di Sweet Seventeen

Hari ini libur, nggak ada kegiatan yang cukup berarti, cuma menatapi layar laptop selama beberapa jam, kemudian duduk-duduk di depan tv bareng anak kost dodol Ibu Dewi yang lainnya, nonton acara musik di salah satu stasiun televisi swasta, Dahsy*t. Hari ini salah satu hostnya Ultah ke 31 dan dapat surprise dari keluarga dan teman-teman host lainnya. Sayangnya ayahnya tidak bisa datang karena kurang sehat katanya, ayahnya cuma menitipkan surat lewat Ibunya, "Dari Abah dan Mama" begitu tulisan di amplop suratnya, kemudian surat itu di bacakan oleh Raffi Ahmad. sempet terharu juga dengernya (*halaah... lebay), jadi inget setahun lalu waktu masih tinggal di asrama sekolah, aku berlinangan air mata membaca surat yang dikirimkan Papap dan Ibu di hari ultahku yang ke 17, ini dia suratnya, cekidot!

BUAT  ANAKKU
Saat  anakku bangun besok pagi maka usiamu genap Tujuh Belas tahun. Namun tak ada yang dapat keluarga persembahkan, hanya ucapan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kecukupan hidup dengan segala ridhaNya.
Anakku, inilah awal dari segala kehidupan seorang anak manusia yang menanjak dewasa, awal berfikir positif, untuk mengenal jiwamu, lihatlah alam sekelilingmu, semua diciptakan Allah SWT agar kita dapat mengenali diri kita, menjadikan diri kita tidak mengingkari kuasaNya.
Anakku saat ini dirimu bagaikan tanah liat yang siap ditempa untuk dijadikan berbagai perhiasan yang berharga atau tidak, bagaikan besi pijar yang siap dibentuk dijadikan cendera mata yang berguna atau pedang membahayakan bagi dirimu atau orang disekelilingmu.
Anakku  untuk menempa tanah liat atau besi pijar untuk menjadikan barang berharga dan berguna bercerminlah pada makhluk Allah SWT lainnya dan renungkan:
Anakku lihatlah Matahari yang dengan tenang namun pasti menampakkan dirinya untuk memberikan kehangatan sinarnya bagi semua makhluk di alam ini.
 Air sungai yang mengalir pasti menuju ke tempat yang rendah, apapun halangan dan rintangannya selalu di terjangnya dengan kelembutan dan kedinginan tubuhnya hingga tercapai untuk menuju laut, tempat yang dicita-citakan oleh setiap tetes  air untuk dapat berkumpul dan bersatu dan tidak satupun di dunia yang dapat menghalangi dan merintangi kebulatan tekad air itu.
Anakku, sifat matahari dan air, patut ditiru dan dicontoh oleh setiap makhluk termasuk diri kita manusia karena sangat mulia dia tidak pernah mengharapkan sesuatu yang telah diberikannya dan berjiwalah bagai air untuk cita-cita.
Anakku, selama hidup mungkin kita terlupa bersyukur atas segala nikmat Allah SWT serta orang-orang yang menyayangi kita, mulai saat ini akan selalu mensyukuri atas segala rahmatNya.
Bersyukurlah dengan Agamamu, Agama Islam, bertuhanlah Allah SWT, bernabi Nabi Muhammad SAW, berkitabkan Al Qur’an, berkiblatlah ka’bah yang selama ini terlupakan untuk mensyukurinya.
Anakku, dihari kebahagiaanmu papap, ibu dan adik-adimu tak bisa memberikan apa-apa, hanya mendoakan pada Allah SWT…
Ya Rabb… kami meminta keridhaanMu
Jadikanlah Anak/kakak kami manusia yang berguna untuk agama, bangsa, keluarga dan sesamanya, jadikanlah Anak/kakak yang jujur, jadikanlah anak/kakak kami manusia yang sholehah. Amin…
#####131109#####

Selamat Ulang Tahun yang ke 17
14 November 1992 – 14 November 2009
BELAJARLAH, KARENA BELAJAR ADALAH BERJUANG, BERJUANG ADALAH CINTA KASIH, CINTA KASIH ADALAH DEDIKASI HIDUP DAN HIDUP ITULAH BEKERJA UNTUK MENCAPAI KEBAHAGIAAN ABADI.

  

Kingdom Luthfi

Kamar kost uk. 9 ½ ubin x 9 ½ ubin,
Sunday, 13 February 2011, 00.02 am.

Wew… Sekilas seperti pelajaran Biologi aja ya? Pelajaran favoritku sepanjang hayat (*lebayy), tapi justru waktu tes masuk kuliah aku nggak lulus di jurusan itu, malah lulus di Matematika, musuh sepanjang hayat, (*bunuh diri, hehehe…
Masih bingung ya? Bagi yang belum tau atau lupa apa itu kingdom, buka kamus biologi gih sana, hihihi… (*minta ditimpuk pake batu, ribet amat sih). Oke… oke… sebelum diserbu warga sekampung (*lebay akut), dalam Biologi, kerajaan (bahasa Inggris: Kingdom; Latin: Regnum, pl. regna) adalah tingkatan paling atas dari tingkatan klasifikasi makhluk hidup. Lalu apa hubungannya dengan Luthfi? Ada Klasifikasi Kingdom versi terbaru ya? Hahaha… Nggak kok, itu Cuma bisa-bisanya aku aja menghubung-hubungkan,  kalo emang ada, itu berarti aliran sesat, :P

Kata pepatah apalah arti sebuah nama, wahaha…. Tapi buat kedua orangtuaku jelas berarti banget, kalo nggak, nggak mungkin beliau-beliau hati-hati banget milih nama buat anak-anaknya. Kata Ibu nama itu adalah do’a, beda tulisan beda arti, kalau kata Papap ketinggalan satu huruf aja ntar ribet ngebenerin akte kelahiran dan KTP (*dasarr, pegawai kantor kecamatan, wkwk).

Oya… Sampai kelupaan, agak terlambat sih introductionnya, tapi dari pada nggak sama sekali, lagian Bab pertama mata kuliah bahasa Inggris juga baru introduction kok, jadi kayaknya belum terlambat terlambat banget deh, hehe…
Aku, Luthfia Ayu Karina, dilahirkan di RSUD Tanjung, pada hari Sabtu, 14 November 1992, pukul 7 pagi 18 tahun silam, dari rahim seorang Ibu berkarakter bara api, dan dalam tubuhku mengalir darah seorang ayah berkarakter kobaran api (*wek, keluarga avatar?). Dihasilkan dari persilangan antara suku Jawa dan Banjar membuatku mengidap suku yang tidak jelas, kalau ditanya aku berasal dari suku apa? Bingung deh mau jawab apa, tapi keseringan aku ngakunya Jawa, karena sepertinya darah Jawa lebih dominan dalam diriku, hehehe.
Alasan orangtuaku sendiri memberi nama Luthfia Ayu Karina, adalah karena maknanya yang mendalam katanya (*ciee…), untuk mebuktikannya coba perhatikan terjemahan per kata berikut ini : (*jadi inget mata pelajaran bahasa Arab di SMA, :P)

•    Luthfia : berasal dari akar kata Al-Lathif, salah satu Asma Ulhusna, yang artinya Yang Maha Lembut; kelembutan.
•    Ayu : dalam bahasa  Jawa yang artinya cantik, :P
•    Karina : Karina sendiri sampai saat ini aku belum menemukan makna yang sesungguhnya, aku lebih senang menganggapnya sebagai pelengkap/pengindah, sebab kalau Luthfia Ayu saja agak janggal kedengarannya, kurang lengkap, nah kalau Luthfia Ayu Karina kan jadi sempurna, perfecto!
Tapi beda dengan tanggapan kedua orangtuaku waktu aku mempertanyakan perihal nama belakangku yang tidak ditemukan maknanya itu, konon katanya Karina itu adalah perpaduan dari “Kak Rani” (panggilan Ibu untuk Ayah) = Kari, dengan “Nila” (nama Ibu) = Na, jadinya “Karina”. *maksa banget sih… Hihi…
 Kalau nama adalah do’a, maka kesimpulan dari penjelasan di atas, orangtuaku berharap agar anak gadisnya yang merupakan hasil persilangan dari “Kari” dan “Na” akan menjadi anak yang ayu (cantik) dan lembut, amiiin… *wuihhh… Berat euy! ;)

Aku sendiri adalah anak petama dari 3 bersaudara, itu artinya masih ada 2 Luthfi lagi yang belum dibahas, hehe. Oke, sekian dulu untuk diriku, selanjutnya anak kedua yang lahir 5 tahun kemudian, setelah penuh do’a, daya dan upaya, maka lahirlah seorang anak laki-laki saat azan subuh, di RSUD yang sama denganku, pada hari Jum’at, 19 Desember 1997, 12 tahun silam yang diberi nama Muhammad Luthfi Yoga Hasmi, yang kemudian betasmiah beasa menjadi Muhammad Luthfi Yoga Hastommy, dengan alasan salah satu teman Ibu protes karena namanya sama dengan anaknya, sehingga Hasmi diganti menjadi Hastommy (*alasan tipis), yang kadang kuplesetkan menjadi Hastompel, hahaha…
Kedua orang tuaku memberi nama itu, lagi-lagi dengan alasan karena maknanya yang mendalam, yuk ngintip translatenya :

•    Muhammad : nama Muhammad tercatat berasal dari origin bahasa Arab, nama ini menurut bahasa aslinya memiliki arti pujian, selain itu juga Muhammad merupakan nama Rasulullah SAW.
•    Luthfi : seperti yang telah di jelaskan pada namaku Luthfia (untuk perempuan), berasal dari akar kata Al-Lathif, salah satu Asma Ulhusna, yang artinya Yang Maha Lembut, kelembutan.
•    Yoga : berasal dari bahasa sansekerta yang berarti mencapai kesatuan, utuh.
•    Hastommy : lagi-lagi nama belakang merupakan pelengkap/pengindah, karena kalau Muhammad Luthfi Yoga saja rasanya ada yang kurang apaaa gituu, jadi di tambah Hastommy, lengkap deeh… Tapi dengan resiko, setiap ngisi LJK kolomnya pasti nggak cukup, namanya mesti disingkat-singkat jadi M.L. Yoga Hastommy, M. Luthfi Yoga H. atau Muhammad Luthfi Y.H. dan butuh waktu yang lama, haha.
Nah lho… Daleem bangeeet kaan?? Eits.. tunggu dulu, belum selesai *nah lhoo apaan lagi coba?, wohoo… Yaiyaallaah belom getoh (*huekss… Norak!), masih ada 1 Luthfi lagi yang belum ketahuan. Ya, masih ada 1 Luthfi lagi, ini yang terakhir. Luthfia Azizah Nazarina namanya, lahir 12 tahun setelah kelahiranku, lagi lagi di RSUD yang sama, tepatnya pada hari minggu pagi, 9 Mei 2004. Sebenarnya kedua orangtuaku adalah pemegang faham “dua anak lebih baik”, tapi Allah berkehendak lain, maka lahirlah Luthfi ke 3. Makanya Icha (begitu biasanya disapa) sebeel banget sama iklan KB di TV, hahaha.
Seperti sebelumnya, orangtuaku memberi nama adikku yang terakhir dengan embel-embel Luthfi di awalnya, karena apa? Teteeep, karena maknanya yang mendalam katanya, hoho… Nama adikku yang terakhir ini nggak kalah dalem lhoo, liat aja :

•    Luthfia : berasal dari akar kata Al-Lathif, salah satu Asma Ulhusna, yang artinya Yang Maha Lembut; kelembutan.
•    Azizah : berasal dari bahasa Arab dengan arti  Perkasa, Mulia.
•    Nazarina : berasal dari kata Nazar yang berarti janji, yang dimodifikasi sedemikian rupa supaya menunjukkan identitas wanita, sehingga diberi akhiran “rina”.
Wuiihhh…. Manteeep uey! Ternyata kreatiff banget yak kedua orangtuaku, nah karena kekreatifan beliau-beliau inilah yang menimbulkan banyak tanda tanya, rata-rata orang yang tau nama lengkapku dan adik-adikku pasti nanya gini “wah… Luthfi semua, nama Bapak atau nama Ibu nih yang ada Luthfi-nya?”, hahaha… Padahal nggak banget, nggak ada nyambung-nyambungnya dengan nama kedua orangtuaku kecuali “Kari” dan “Na” tadi, :D
Karena ke-Luthfi-an kami inilah kadang terlintas good idea di kepalaku, kelak kalau aku sudah bersuami aku pengen punya suami yang namanya ada Luthfi-nya, trus ntar anak-anakku juga aku kasih embel-embel Luthfi namanya, untuk mempertahankan kingdom Luthfi, hihihihi…

Ayo… ayooo… ayoooo… siapa yang merasa namanya mengandung unsur Luthfi silakan mendaftarkan diri, buruaan… Peserta terbatas! Wkwkwk… (*emangnya kuis?? :P)


Nostalgia


Tidak ada kegiatan yang cukup berarti hari ini, bangun pagi seperti biasa, beli sayur, masak, berpergian selama beberapa jam menemani Kak Tiwi, sohibku sejak zaman SMA yang kudu shopping nyari dress buat ketemuan sama cowoknya yang juga sohibku zaman SMA dulu, katanya hari Rabu pulang dari Malang, dan kemudian langsung menuju kampus.
Pukul 2 siang Banjarmasin puannasssnya luarrrr biasa, perjalanan menuju kampus bermandi peluh, tapi tidak menyurutkan semangat langkah kakiku (*berlebihan), sedikit kejadian tak enak mewarnai catatan hari ini, hampir keserempet motor, pengendaranya mahasiswa juga tampaknya, coz keluar dari pagar kampus, tak masalah, toh aku baik-baik saja dan orangnya juga sudah minta maaf, tapi seperti familiar dengan wajah itu, tapi siapa ya? Hanya mirip, bukan orang yang sesungguhnya, tapi cukup menggelitik suasana hati.
Minggu kedua kuliah setelah libur semester, tapi belajar belum aktif juga, dosen mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik tidak masuk tanpa keterangan apa pun, 3 sks selama beberapa jam terbuang percuma di dalam sebuah ruangan kelas baru, tanpa AC, tanpa kipas angin, ribut, penuh, sesak oleh puluhan mahasiswa yang berebutan oksigen. Slide-slide kenangan itu tak berhenti berputar dalam ingatan, wajah dalam peristiwa tadi mengingatkan pada seorang sahabat kecil, hey sahabat kecil apa kabarmu??

Nostalgia itu seperti pedang, tajam. Aku menulis ini sambil mengenang persahabatan kita yang manis, penuh duri, luka, canda dan tawa. Begitu hangat...
Aa'... Sudah sangat lekat rupanya panggilan itu buatmu untuk usia kita yang terpaut 3 tahun ini, hingga sampai saat ini aku belum dapat merubahnya, kau tentu malu saat aku menyebut panggilan itu ketika kau tengah bersama teman-temanmu, tapi percayalah A', aku terus berusaha mengubahnya menjadi sebutan “Kakak” seperti yang kau minta, ya… Kakak Hady, lebih dewasa kedengarannya? Hmm... Tak kalah manis kok, aku hanya butuh waktu untuk terbiasa, sabaarr ya A’?? :)
3 minggu A', kurang lebih 3 minggu aku berada di kampung halaman, tak sedetik pun kau menampakkan wajahmu di depan mataku, apa yang salah??
Mungkin kepindahanku agak jauh dari rumahmu beberapa tahun silam yang akan kupersalahkan. Aku tak lagi dapat leluasa berkunjung ke rumahmu setiap saat, aku tak lagi dapat melihatmu saat aku membuka pintu belakang rumahku, aku tak lagi dapat membantumu mencuci truck paman seraya bermain-main air denganmu, bermain sepeda hingga kakiku terjepit roda, ke sungai berboncengan sepeda, bermain di bawah pohon tarap besar yang kini telah ditumbangkan itu, halaman yang biasa kita gunakan untuk bermain itu, mobil truk itu, sekolah SD itu, semua itu seakan mentrigger segala kenangan masa kecil yang pernah kita alami, rasanya menyayat sekali.
Masih terekam dengan jelas ketika darah segar itu memancar dari hidung wajah pucatmu itu, trims sudah menyelamatkanku dari buah tarap yang jatuh ketika kita bermain di bawah pohonnya belasan tahun silam. Masih jelas terasa sepinya ketika 1 minggu kau tak keluar rumah karena sakit. Masih dapat ku dengar dengan jelas gerutu sebalmu ketika paman lebih memilih mengajakku mencari kayu naik truck, percayalah paman tak lebih menyayangiku dari pada kau, paman menyayangi kita berdua, karena kau kakakku dan aku adikmu... :)
Kau tak pernah tau kan A’ betapa irinya aku karena kau laki-laki dan kau lebih pandai memasak dari pada aku yang wanita? Hwah... Sambal buatanmu itu paling T.O.P di seluruh dunia deh... :)
Aku rindu A',  sangaat merindui semua itu...
Bagaimana tawamu ketika kita saling meledek membahas soal malas mandi, bagaimana marahmu ketika aku diganggu pria-pria berandalan saat pulang tarawih, bagaimana kau selalu siap mengantarku, jadi body guardku kemana pun aku pergi, menunggui dan mengantarku pulang tadarus saat malam ramadhan, membantuku mengerjakan tugas sekolah, bagaimana aku mendapat nilai bagus saat mendiskripsikanmu sebagai bahan tugas bahasa Inggrisku, bagaimana aku marah saat tau kau keluyuran di subuh buta hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong, bagaimana aku cemburu saat aku kehilangan waktu bersamamu saat kau punya pacar, dan masih banyak lagi, takkan cukup seluruh waktu yang kita miliki jika harus menceritakan semuanya.
Setelah kusadari kita sama-sama beranjak dewasa, semuanya jelas berubah, jarak itu kian nyata, tapi kuharap hati kita masih bisa sama seperti masa kecil dulu A’.
Apa kau menghindari perasaan “lebih” yang pernah ada itu A’? Aku juga! Kau Sunnyku (*baca Cinta Pertama, kayak lagunya BCL), bagaimana mungkin kita dapat bertemu dengan mudah tanpa ada perasaan apapun. Tapi bagiku perasaan itu sudah pulih seperti sedia kala, "kau kakakku dan aku adikmu", jauh lebih indah bukan dengan tetap begini A’? Takkan ada yang pernah kecewa, dan takkan pernah ada yang terluka. Tapi, baiklah… Tampaknya perasaanmu belum pulih benar, aku dapat mengerti, semuanya tak mudah, tapi kita harus! :)

Kemana akan ku larikan semua kenangan itu A'? Kemana harus kubagi jika bukan dengan kau? Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat? Sedangkan kenyataan yang ada sekarang tidak seindah yang pernah ada dulu? Aku merindukan “Kita” yang dulu.




Senja

Taksi Om Aris,
Sunday, 23 jan 2011. 06.35 pm

Senja menyisakan tapak berapinya pada sisian langit,

kepak punggawa siang berganti wujud malam

Tak tau kah akan sepi jika semburat cahaya pelak menepi?

Namun, ia harus, bak telah terpahat pada batu nyatanya

Layaknya takdir diri, sebuah tabir misteri yang tak terelak

Bagaimana mungkin jika tanpa tengadah diri Dia kan beri jawabnya?

Mengaduh, mengeluh, meminta, hanya Dia tempatnya

Bukan pada tutur-tutur manusia,

bukan pada gerak gerik hidup,

bukan pula pada semburat nyata senja ini...

RATAPAN ANAK ASRAMA

Kamar Kost uk. 9 ½ ubin x 9 ½ ubin,
Tuesday, 9 Februari 2010

“Waktu-waktu seperti ini
Pintu telah terkunci, lampu telah mati
Kuingin pulang untuk segera berjumpa denganmu
Sesaat mata terpejam, tirai imaji terbuka
Semakin kuterlelap semakin jelas hangat senyuman
Tak ingin terjaga sampai aku pulang…”

Mendengar sebait lirik lagu dari band favoritku Sheila On 7 itu berdendang pelan dalam pemutar musik laptopku bagaikan memutar kembali sebuah video usang 3 tahun lalu.
Saat pertama masuk asrama putri yang berada tepat di samping sekolahku, Islamic Boarding School Qardhan Hasana Banjarbaru namanya. Mendadak merdeka dari orangtua dan bertemu dengan dunia baru, orang-orang baru, lingkungan baru dan pola hidup yang baru memang membuat kebanyakan anak asrama baru mengalami istilah culture shock dan sering rindu ingin pulang, termasuk juga aku, wajar sebab selama ini belum pernah berpisah dari orang tua. Namun bagi sebagian anak asrama seperti Ieva, Pidhu, Mel, Kiky dan Suci yang  sejak SMP mengecap manis, asam, asinnya dunia pesantren, mondok merupakan hal biasa.
Kalau dibandingkan dengan pesantren sekolahku hampir mirip seperti pesantren. Setiap hari jangan ditanya apa saja kegiatannya, sangat monoton. Setiap hari hanya ada  asrama – mesjid – sekolah – asrama lagi.
Rasanya baru kemaren aku bebas bertetangga ke kiri, kanan, depan dan belakang rumahku, tiba-tiba sekarang aku telah terjebak dalam dunia yang antah berantah, terkungkung di lantai dua sebuah bangunan besar nan kokoh , tinggal satu atap bersama dua puluh gadis-gadis berbeda suku dan karakter.
Banyak senangnya juga tinggal di asrama dengan banyak pasukan seperti ini. Selalu ramai, dijamin tidak pernah kesepian 24 jam. Banyak hal-hal baru yang bisa dilakukan bersama, yang tidak pernah ku temui di kehidupan sebelumnya.
  Di asrama, kami harus berbagi segala hal. Dari kamar tidur, ruang tamu,  kamar mandi, sampai tempat jemuran. Di asrama ada 6 buah kamar mandi yang setiap harinya dipakai bergantian oleh dua puluh orang gadis-gadis, bagi yang sadar akan keadaan ini tentu lebih memilih mandi duluan subuh-subuh di saat sebagian penghuni asrama masih terlelap, dari pada berebutan, seperti adegan di bawah ini :
 “Limaa…”
Tak ada sahutan.
“Limaa…”, tok… tok… tok…
Sepi tak ada sahutan, padahal pintu kamar mandi tertutup rapat, tidak terdengar tanda-tanda adanya aktifitas disana . Kali ini lebih keras lagi
“Limaaaaaaaaaaaaaaaa….”
Dari dalam kamar tidur terdengar sahutan, ajaib, yang memanggil ada di depan kamar mandi, sedangkan sahutannya terdengar dari dalam kamar.
“Apaaaaaaaaa Fiiiiii???”
“Dimana ikam Mel?”
(Dimana kamu Mel?)
“Disini di kamaaar”
“Aku kira ikam sudah mandi, aku mahadangi mulai tadi”
(Aku kira kamu sudah mandi, aku sudah menunggu dari tadi)

Keren kan asramaku? Yang lain menunggu giliran mandi, yang ditunggu malah masih asik membentuk pulau Kalimantan di tempat tidurnya, sedangkan kamar mandi diisi dengan handuk lengkap dengan peralatan mandinya beserta pintu kamar mandi yang ditutup rapat, serasa ingin menimpuk dengan keranjang peralatan mandi, Emosiii... Namun justru momen-momen itulah yang selalu terkenang sampai sekarang.
Disela-sela waktu kami yang setiap harinya tidak tersisa banyak itu, kami selalu menyempatkan berkumpul di depan sebuah televisi butut nan kecil tanpa remote di ruang tamu yang apabila akan memindah salurannya harus menggunakan remote manual alias jempol kaki. Yang duduk paling dekat dengan televisi akan bertanggung jawab dengan dengan penuh kesadaran sebagai operator, yang hebatnya lagi televisi butut kami itu sudah berkali-kali jatuh dari tempatnya akibat ulah anak-anak asrama yang petakilan, berharap mendapat gantinya yang baru, namun sayangnya harapan kami sia-sia tidak sekalipun televisi butut asrama kami itu rusak.
Semua kami lakukan bersama, sehingga menimbulkan keramaian berlebih di asrama puteri ini, belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, mandi bersama, karaoke di kamar bersama, mengobrol ngalor ngidul dari berdiskusi sinetron sampai berdiskusi tentang menu makanan asrama yang selalu ayam, bergosip ria, hihihi… Kami juga sering malam mingguan bersama, ritual wajib malam mingguan kami adalah nonton bareng. Jelang malam minggu anak asrama puteri ini selalu hom-pim-pah bergantian buat beli DVD bajakan drama korea yang super romantis dan menguras air mata. Pernah suatu malam, waktu itu aku dan anak-anak asrama lainnya menonton drama korea enam belas episode, sejak sore sabtu sampai dengan episode terakhir pada tengah malam, saat adegan klimaks ketika sang wanita mengetahui bahwa kekasihnya adalah robot dan dia harus dimusnahkan segera, kami para gadis-gadis labil ini menangis sepuas-puasnya dan hasilnya kami gedor-gedor dari lantai bawah oleh paman asrama karena mengetahui bahwa kami belum tidur lewat tengah malam, dasar bandel.
Karena kami sama-sama jauh dari orang tua dan tidak memiliki siapa-siapa di tanah perantauan ini, Sehingga tumbuhlah rasa senasib sepenanggungan, susah, sedih, senang kami lewati bersama. Tolong menolong sudah pasti sangat sering terjadi, terutama soal uang kiriman yang terlambat datang, otomatis orang pertama yang dimintai pertolongan adalah anak-anak asrama sendiri. Pernah saat teman kami Rini terserang DBD dan harus segera dilarikan ke RS terdekat, dengan suka rela kami menungguinya bergantian sampai orang tuanya dating dari Sungai Danau. Saat ada yang sedih dan patah hati akan ada begitu banyak bahu dan pelukan yang ditawarkan untuk menyandarkan hati yang sakit, akan ada begitu banyak tangan yang akan mengusap setiap air mata yang keluar, begitu banyak semangat yang dibagikan ketika mulai jenuh dan mengeluh, soulmate sehidup semati deh.
Walaupun anak-anak asrama rata-rata bandel dan sedikit susah diatur, tapi hampir 85% anak asrama berprestasi di sekolah lho, juara kelas setiap tahunnya pasti diborong oleh anak-anak asrama baik putra maupun puteri, tak heran jika sang Kepala Yayasan sangat menyayangi kami. Mungkin karena kami kelebihan protein dari menu masakan di asrama yang 3x seharinya disuguhi dengan berbagai macam menu ayam, hehehe…
Di asrama ini aku belajar hidup bersosial dan bermasyarakat dalam skala kecil. Belajar menempatkan diri dengan baik, belajar bagaimana bersikap terhadap orang yang lebih tua, terhadap teman sebaya dan juga terhadap orang yang lebih muda. Belajar menghargai bibi-bibi petugas memasak dan mencuci di asrama. Belajar mandiri dan menyelesaikan masalah dengan dewasa serta cerdas tanpa harus menjadi sok tua.  Dengan adanya daftar hadir tadarus dan shalat berjamaah aku belajar berdisiplin dalam hidup. Aku juga belajar berkompetisi dengan sehat. Belajar menjaga kepercayaan dan menjadi kebanggan saat jauh dari orang tua. Di asrama Qardhan Hasana aku menjadi kaya akan pelajaran dan pengalaman lahir dan batin yang berharga. Hmmm… Aku merindukan masa-masa itu lagi.

*Ditulis saat mendapat tugas B. Indonesia dari Mr. Sampai Mati (Bp. Sabhan) untuk menuliskan pengalaman yang paling mengesankan.



Takut

GREENroom, 
Friday, 15 Oktober 2010, 00.09 am

Takut-takut
Hatiku takut
Galisah tidak menentu

“Kutuk-kutuk”…
Bunyi “kutuk-kutuk” dialeg khas malam itu

“Kutuk-kutuk”…
Aku takut mendengarnya
Dari takut-takut
Hingga takut

“Kutuk-kutuk”…
Hari semakin malam, “Kutuk-kutuk” makin keras
Aku semakin takut
Aku hanya sendiri
Sendiri mendengar” kutuk-kutuk” itu
“Kutuk-kutuk” yang membuatku takut
Tidak mengerti...
Tidak tau pun dari mana “kutuk-kutuk” itu
Bahwa saat ini aku sangat takut….

Panggil Aku Ibu, :)


“Bu’… Bu’… Bu’…”, ah… panggilan manis bernada manja itu berayun-ayun dalam ingatanku. Kangen, ya aku selalu kangen dengan tingkah manja bocah yang satu itu.
“Ibu kangen sayang…”, lirihku dalam hati, perlahan air mata menetes, sambil melempar pandangan, menembus tirai hujan melalui jendela yang berbatas teralis besi. *Dramatisasi ala sinetron stripping yang tayang tiap hari di stasiun televisi swasta banget yak? Haha, padahal di kostku sama sekali nggak ada jendela yang terhubung langsung dengan dunia luar, :P
* * *

Sekilas adegan di atas, orang-orang pasti menyangka aku adalah seorang Ibu yang sedang berpisah / sengaja di pisahkan dengan anaknya karena sengketa hak asuh dengan mantan suaminya, *Ketahuan suka nongkrongin infotainment, wkwk… Padahal bukan, sama sekali bukan! Aku bahkan belum pernah menikah, apalagi sampai menjadi Ibu dari seorang anak.

“Ibu…”
Itu adalah panggilan sayang dari keponakan pertamaku dan satu-satunya paling tidak untuk saat ini, M. Daffa Alfairuz. :)
Bocah kecil itu sukses membuatku jatuh cinta sejak kelahirannya satu tahun lalu, 3 Februari 2010, karena dia seharusnya orang pertama yang memanggilku Bude/Tante, tapi nyatanya jauh lebih manis dari itu, Ibu… :)

Sensasinya ruaaaaaaarrrrr biasa (pake “R” bukan “L”, karena saking luarrr biasanya, :D). Mungkin gitu juga kali yaa yang dirasain sama ibu-ibu ketika baru melahirkan anak, rasanya kemarin lusa baru aja kita ABG labil, kecebong anyut, anak amis (*side effect kebanykan nonton sinetron), tiba-tiba sekarang baru aja kita menambah jumlah penduduk di dunia *halah dengan melahirkan seorang anak manusia (ya, iyalah, masa anak ayam?) dan dipanggil Ibu, bayangkan, bayangkan, bayangkan!! *mendekati lebay akut!
Hmm… jadi berasa ikut ngelahirin Daffa juga, padahal nggak banget! Menyaksikan kelahirannnya pun enggak… *nasib hidup di perantauan, harus terlewatkan banyak precious moment di keluarga, hiks… :(

1, 2, 3, 4, …
Hmm. Okelah, empat, lima atau mungkin enam tahun lagi kalau aku sudah melahirkan, aku maunya dipanggil Ibu/Bunda, gimanaaaa gitu rasanyaaaa… (*kuliah baru semester 2 juga, udah mikir yang aneh-aneh aja, kuliah dulu tuh dibenerin! :D)
Tapi apapun panggilannya, minumnya teh botol S*sro, eh… nggak ding, itu iklan! Maksudnya, walau apapun panggilannya, mau itu Ibu, Bunda, Mama, Mami, Mimi, Mumi (*emangnya ada gitu?), Umi, de el el., tapi aku yakin rasa cinta seluruh anak kepada Ibunya di seluruh dunia ini sama kan yak?? ^_^

Duuuh… Senangnyaaa, karena aku wanita! Dan pada suatu hari nanti aku bukan hanya akan dipanggil Ibu, tapi juga akan menjadi Ibu yang sesungguhnya. ^_^

Postingan Pertama

Ini bukan pertama kalinya aku bikin blog, udah lebih dari 3x kaleee.... Tapi ga da yg beres 'n kemudian terlupakan begitu saja, nggak sukses euy blogging nya! (Amatiran siihh, :P)


Kali ini nyoba lagi, mudah-mudahan ini yang terakhir, udah bosen nih bikin akun melulu, hehe... Amiin... w^_^w