Tampilkan postingan dengan label Diary 20. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diary 20. Tampilkan semua postingan

Portofolioku :)

Tidak pernah menyangka akan sebegini lumayan banyaknya, alhamdulillah...
Semoga bisa lebih lagi, aamiin :)


Profil di Kolom Smart Women Banjarmasin Post [2 Februari 2013], 
bersama dua blogger wanita lainnya

Semangat Baru


Hari ini tepat satu bulan kepindahanku dan adik sepupuku, Tia, ke rumah kontrakan kami yang baru. Kebetulan bertepatan dengan Sabtu malam, jadilah kami kami merayakan first monthversary sekalian menjomblo berdua di café langganan dengan segelas jus Strawberry, French Fries Jagung Bakar dan hmm… Segelas Lemon Tea.

Tidak seperti pada cerita di postingan Pindah Rumah, katakutan dan keraguan itu sudah tidak ada lagi, dengan harga sewa yang tergolong murah, rumah ini cukup besar dan benar-benar nyaman untuk kami tinggali berdua. Sekalipun jauh dari peradaban pusat kota, suasana tempat tinggal baru kami benar-benar kondusif untuk sebuah perubahan.

Iya, satu bulan lalu pada 28 Agustus 2013 kami resmi pindah ke Komplek Herlina Perkasa Permai, Kec. Alalak Utara, Banjarmasin. Rumah yang kami tempati termasuk rumah yang paling besar di blok C, warna catnya orange, memiliki dua kamar, ruang tamu yang luas, dapur, tempat jemuran ditingkat atas, kamar mandi dan wc masing-masing satu. Di halaman rumah kami punya satu pohon jambu dan satu pohon nangka, walaupun jomblo kami punya pacar loooh, pohon pacar! (- -“)

Pindah Rumah

Tidak terasa sudah masuk awal Agustus aja. Itu artinya sudah nyaris tiga tahun aku jadi salah satu penghuni kos ini.

Kurang lebih tiga tahun lalu, waktu awal-awal aku jadi mahasiswa baru, kakak sepupuku yang juga senior di kampus mengajak dan mengenalkanku pada kos ini. Lega karena artinya aku tidak perlu mondar mandir mencari kos lagi seperti layaknya mahasiswa baru lainnya. Maklum, musim awal masuk kuliah seperti ini kosan menjadi hal yang paling populer dan langka untuk dicari.

Kos ini tidak seperti kos lainnya. Tidak ada papan nama atau pengenal lainnya yang terpampang, hanya saja kami lebih sering menyebut dengan kos dodol Ibu Dewi.

Mereka bilang saya The Queen Of PHP!

Mereka bilang saya PHP, Pemberi Harapan Palsu. Sebagian lainnya bilang saya pembual, pengobral cinta juga suka gonta-ganti pasangan!

Heh?? Saya pikir saya tidak cukup cantik, beberapa bekas jerawat yang tumbuh belum hilang dari wajah saya. Saya juga tidak seksi, body saya penuh dengan tulang menonjol disana sini bahkan saya tidak pernah berpakaian pendek dan terbuka. Saya juga tidak begitu pintar di bidang saya, saya akan menghabiskan waktu 4,5 tahun untuk lulus dari Sarjana Pendidikan Matematika dan saya cukup sibuk bahkan dengan setumpuk kegiatan saya, saya sudah tidak punya waktu lagi untuk mengurusi pasangan jika ada. Lalu apa yang bisa saya ajukan untuk menjadi modal sebagai pelaku PHP dan pengobral cinta?

Seseorang yang suka membual, mengobral cinta dan memberi harapan palsu tentu tidak pernah merasakan sakitnya cinta. Saya pernah jatuh cinta, dan saya juga pernah sangat luka karena cinta. Bahkan sekarang saya tengah putus harapan terhadap cinta. Saya tahu rasanya, lalu apa alasan dan keuntungan bagi saya untuk membalikkannya kepada orang lain untuk merasakannya juga?
Jika saya seorang PHP, pembual dan pengobral cinta tentu sekarang saya sudah punya banyak cinta, pada kenyataannya saya tidak punya satupun pasangan dan saya masih single kan di usia kepala dua?

Tapi abaikan saja, saya tidak peduli dan tidak akan pernah peduli dengan apa yang dikatakan mereka. Toh, mereka tidak mempengaruhi dan tidak memberikan sumbangsih apa-apa bagi hidup saya. Dengan saya menjelaskan bahwa saya bukan seorang PHP, bukan seorang pembual juga bukan seorang pengobral cinta tidak akan mengubah persepsi mereka tentang saya. Mereka hanya kan menganggap saya membela diri dan mencari pembenaran atas tindakan saya. Bukankah setiap orang akan selalu mencari pembenaran atas dalil yang mereka buat?

Saya SINGLE, iya atau bahasa populernya JOMBLO! Ini sudah jadi pilihan saya sejak terakhir kali gagal dengan pasangan saya. Saya bosan terjebak dalam drama picisan cinta yang dangkal. Senangkah saya? Tidak selamanya senang, tentu tidak setabah ini juga seandainya saya tidak pandai-pandai membuka hati dan berteman baik dengan setiap orang.

Mereka bilang saya suka gonta ganti pasangan, kapan?? Saya memang single, bukan berarti saya tidak punya teman pria kan? Saya tidak sekesepian itu dan tidak akan pernah jadi semurahan itu. Saya punya banyak sahabat yang tidak pernah henti meramaikan kesendirian saya. Baik wanita maupun pria. Jikalau tampak saya memang lebih sering tampak berkumpul dengan jumlah pria lebih banyak daripada wanitanya karena memang mereka orang-orang terpilih, mereka teman-teman terbaik saya. Ketika saya kesepian saya tidak perlu sedih karena tidak punya pacar, ada mereka menemani saya nongkrong, diskusi, membicarakan banyak hal, di café, di jalanan, dimanapun yang kami mau, bahkan hanya sekedar duduk-duduk minum teh es, mau itu pagi, siang, sore maupun malam. Saya tidak pernah punya transportasi untuk perjalanan jauh, ada mereka juga yang sedia menjemput saya. Ketika persediaan dana dalam dompet saya menipis sementara hidup masih harus terus dilanjutkan, kepada mereka jugalah saya larinya, demikian juga sebaliknya. Walaupun tidak pacaran tapi mereka tidak pernah membiarkan saya makan sendirian. Ketika saya melakukan kebodohan, kesalahan, mereka akan memaafkan saya sebelum saya minta. Ketika saya sedih, patah hati, kecewa, bahagia, bahu merekalah tempat saya bersandar, mengusap air mata dan turut tertawa dengan saya. Saya tidak pernah segan-segan menjadi supporter ketika mereka main futsal, bahkan untuk sekedar nongkrong-nongkrong di gramedia atau twenty one. Saat tidak bertemu raga kami sering berbicara di social media, tentang  kerinduan, tentang apa saja. Saya dan mereka sangat akrab. Tapi tidak sekalipun mereka mereka menyebut saya PHP dengan serius, kecuali hanya bercanda. Ya itulah sahabat-sahabat saya, setidaknya mereka tulus menemani saya, hidup dengan saya tanpa kepalsuan dan menutup-nutupi mereka yang apa adanya, tanpa mengharapkan apa-apa. Ini adalah konsep pertemanan yang saya dapatkan selama bersama mereka.

Tidak seperti pria lain kebanyakan. Istilah PHP, entah siapa yang pertama kali menemukan. Yang jelas ini adalah zaman dimana ketika bersikap baik terhadap lawan jenis lalu kita dianggap memberi sebuah harapan walaupun kita tidak bermaksud demikian dan kemudian selanjutnya kita disebut sebagai pemberi harapan… PALSU!

Saya pernah dekat dengan seorang teman, kami berinteraksi lewat chat di beberapa social media, saya bercerita semua tentang saya, begitu juga dia, saya selalu berusaha bersikap baik terhadap semua orang juga termasuk kepadanya. Saya juga selalu berusaha membuka hati, tapi tidak menjamin kemudian akan dengan mudahnya saya mengiyakan untuk sebuah hubungan. Sejak awal saya selalu menegaskan ketika lawan jenis menganggap saya dan dia dengan dalam proses pembentukan hubungan, saya tidak dapat menjanjikan saya bisa, saya perlu beberapa waktu untuk mempertimbangkan. Ketika saya menemukan alasan sebuah kecocokan tentu saya akan melanjutkan namun jika saya tidak menemukan alasan untuk sebuah kecocokan untuk membangun sebuah hubungan, secepat mungkin saya akan memutuskan untuk terus berteman baik. Dan sayangnya kala itu sepertinya saya diperhitungkan telah membuka tabir PHP, saya ditegaskan sebagai pelaku PHP! Memang tidak dikatakan secara gamblang, tapi dalam beberapa kesempatan dan sindiran-sindiran semuanya mengarah kepada saya. Iya saya, mereka bilang saya The Queen of PHP ini this century!

Tersinggungkah saya? Tidak perlu merasa demikian. Saya malah gelak menertawakan title baru saya. Apapaun saya tidak akan merubah sahabat-sahabat saya, mereka tetap seperti biasa, tidak ada yang merasa ketakutan jadi korban PHP, walaupun saya telah mendapatkan gelar demikian. Mereka masih seperti biasa, tertawa dengan saya, menemani saya makan, nongkrong, bercanda, diskusi, berbagi ilmu, pelajaran hidup, juga semakin menabahkan saya dalam kesendirian saya.

Sampai sekarang kesinglean saya nyaris memasuki hitungan tahun, kelakar berapa beberapa teman saya masih single karena pria-pria takut mendekat karena saya PHP, hahaa. Wanita seperti saya agaknya memang sedikit membuat takut pria-pria mendekat. Tingkat kesibukannya tinggi, hal-hal yang tidak memengaruhi masa depan saya jelas akan menjadi hal yang saya abaikan. Tak apa, walaupun kada keinginan memiliki pasangan tidak terkendali datang, saya tidak pernah takut kekurangan cinta karena tidak punya pasangan. Ada keluarga dan banyak sahabat yang selalu menyemangati, mendukung dan tidak membatasi perkembangan hidup saya. So, apapun yang mereka bilang tentang ke-PHP-an saya, saya tidak peduli pada kenyataannya saya masih proud to be single happy! :)


*Dengan tersenyum
Kayu Tangi, 1 Agustus 2013
3.12 AM


Tentang Teman Sedekat Bahu


 Enam bulan. Tidak, mungkin lebih lama atau sedikit lebih singkat dari itu waktu berporos mengiringi perkenalan kita. Berawal dari suatu hari awal tahun lalu, seorang sahabat menculikku untuk menghadiri kopdar sebuah komunitas pengguna Android Kalimantan Selatan dimana dia menjabat sebagai ketua yang baru. Kedai D’Moya di sekitaran jalan Kayu Tangi yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari kosku, disana pertama kali aku melihatmu.

Malam itu kamu tampak sibuk dengan panggilan-panggilan yang masuk ke handphonemu, terkesan agak cuek, kau juga tidak mengenalkan diri, bahkan kaupun tidak menyaksikan perkenalanku seperti yang lain. Tapi dari sekian banyak laki-laki yang hadir, kamulah satu-satunya yang membuat perasaan ini berdesir.

Aku tidak begitu nyaman dengan keadaan malam itu, berkumpul dengan begitu banyak orang baru, aku terus mengekor sahabatku yang bertanggungjawab karena menculikku. Namun kehadiran perdanaku malam itu tidak menghalanginya menjadikanku sekretaris di komunitas itu. Aku bukan penganut paham ‘love at first sight’, namun kuakui kamulah salah satu alasan yang kupertimbangkan ketika mengiyakan tawaran itu, penasaran dan ingin mengetahui tentangmu lebih jauh.

Hari-hari berlalu kulewati seperti biasa, sebagai orang baru di komunitas itu aku memfollow akun twitter anak-anak komunitas, salah satunya akunmu dari situ aku tahu nama panggilanmu, tentang hobi bikersmu, tentang salah jurusanmu, tentang psikolog jadi-jadianmu. Akun yang terkadang romantis, tapi lebih sering sok motivator, sekarang sudah berubah jadi akun berita entah mungkin besok-besok akan berubah jadi akun apa. Aku juga menyimpan nomor handphonemu bersama nomor anak-anak komunitas yang lain dari sebuah grup Whatsapp komunitas, walau demikian aku tetap hanya menyaksikanmu di grup tanpa berani memulai apapun bahkan hanya untuk sekedar sebuah chat.

Kopdar selanjutnya, pertemuan kita yang kedua, suatu sore di Café Gelatto jalan Tarakan dekat kantor Banjarmasin Post. Seperti biasa aku datang dengan sahabatku, hari itu kau mengenakan baju hijau bersandar di tiang listrik depan café sedang asyik berbincang dengan beberapa orang sambil menunggu anggota komunitas yang belum datang, sedangkan aku hanya terdiam tertahan, tidak tau harus berbuat apa. Aku ingat senyum pertamamu kepadaku hari itu. Begitu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, hanya bisa terdiam dan tertahan setiap melihatmu, tanpa berharap berdekatan atau kesempatan, yang ada malah aku ketakutan setiap melihat kecuekanmu.

Waktu terasa cepat berlalu, tapi kala harus menghabiskan waktu tanpamu entah mengapa terasa begitu lambat, rasanya seperti jalan di tempat. Hari ini tepat bulan ketiga terhitung sejak kali pertama aku mengirimkan sebuah pesan Whatsapp yang mengantarkan kita pada percakapan-percakapan panjang.

Siapa sangka sebuah keisengan berbuah kesempatan. Entah bagaimana dan siapa yang memulai sehingga membawa kita terlibat pada percakapan panjang penuh modus-modus bertebaran di twitter hari itu. Aku juga membolak-balik daftar kontak di Whatsapp, tanpa sengaja aku membaca statusmu yang mengatakan bahwa kamu sedang mengalami sebuah kecelakaan.

Selain agak terkejut dan sejujurnya sedikit khawatir, aku menjadikan itu salah satu alasan untuk mengumpulkan keberanian memulai sebuah percakapan. Seperti iseng-iseng berhadiah, kalau dibalas ya syukur, tidak pun tidak apa-apa, biasa saja.

Tapi ternyata aku salah, diluar dugaan kamu malah menceritakan panjang lebar kronologis kejadiannya bahkan tanpa menanyakan nomor yang tertera atau akun milik siapa, aku menyimpulkan kamu sudah tahu akun Whatsapp itu milikku.

Awal yang cukup baik. Menurut pengalaman menghadapi berbagai macam tipe pria,  menurutku ketertarikan lawan bicara terhadapmu dapat diukur dari respon pertama yang diberikannya pada awal-awal percakapan.

Sejak hari itu, 15 Maret 2013 pesan-pesan Whatsappmulah yang membuat potongan  ‘I remember’nya Mocca itu selalu kutunggu. Pagi, siang, sore, malam, percakapan-percakapan panjang dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Tidak akan ada yang mengakhiri  sampai ada yang tertidur duluan atau sama-sama tertidur dan tidak bisa saling membalas lagi.

Membicarakan tentang banyak hal denganmu, dari hal terpenting sampai yang sangat tidak penting. Aku tidak pernah kehilangan respon positif seperti pertama kali kita chat, dari setiap bahan percakapan kita, kau selalu memperhatikan, menunjukkan wajah seolah-olah kau tertarik dan selalu merespon dengan baik, membuat lawan bicaramu ini merasa sangat dihargai.

Hari-hari dengan pesan Whastappmu, aku mulai terbiasa denganmu, semua tentangmu, nama lengkapmu, rumahmu, rumah kedua orangtuamu, tempatmu bekerja, hobimu, juga tentang lemon tea favoritmu, semuanya, aku mulai memahami dan mengetahuinya satu per satu.

Aku mulai terbiasa dengan sapaan ‘Udah bangun?’ di pagi hari, ‘Makan ingati’ di siang hari, ‘Udah pulang kerja?’ di sore hari dan percakapan seru lainnya di malam hari.

Ya, aku selalu ingin mengetahui semua tentangmu, aku menyukai semuanya, tanpa terkecuali satu pun. Begitu sederhana cara kita saling mengenal, namun bagiku ini luar biasa, adalah berkah tiada tara yang diberikan  Tuhan untukku.

***

Selama seminggu kita ‘akrab’ lewat Whatsapp, tanpa tatap muka. Aku mulai berani menyapamu di twitter, juga di grup Whatsapp, kita juga berhubungan di facebook, We Chat dan beberapa media sosial lainnya, tanpa merencanakan pertemuan dengan sengaja sekalipun.

Namun tampaknya semesta mengatur cerita sedemikian rupa sehingga pada suatu malam ketika lagi-lagi aku menggunakan rumus iseng-iseng berhadiah dengan menawarkanmu mampir ke kosku ketika kebetulan kamu sedang berkeliaran di sekitar jalan Kayu Tangi dan belanja di Mini Market Tulip dekat kosku dan kamu mengiyakan.

Aku gelagapan. Berusaha membalas pesanmu namun jaringan internet sedang sangat buruk. Beruntung karena handphoneku yang satunya berdering, telepon darimu. Malam itu pertama kali aku mendengar suaramu lewat telepon.

Kamu mengajakku makan karena memang hari itu kamu tahu aku sama sekali tidak menyentuh nasi sedikitpun. Sebentar saja berselang aku telah duduk di belakangmu, dengan kostumku yang seadanya karena tidak ingin membuatmu menunggu lama di depan gang sana. Aku merasa buruk dengan sweater dan baju abu-abu, jilbab hitam dengan sandal coklat yang sama sekali tidak maching. Motormu bergerak lambat, tidak seperti jantungku yang bergerak sangat cepat diluar kendali.

Entah ini boleh disebut dengan sebuah date dadakan atau tidak. Aku ingat bagaimana dan dimana tempat kita makan pertama kali, masih sekitaran Jalan Kayu Tangi tepatnya di Warung Garong.

Rasanya seperti mimpi, seperti berkah tiada tara yang datang begitu saja kepadaku. Kita bicara seperti orang yang sudah lama saling mengenal. Kamu makan banyak, aku makan dengan tenggorokan terasa tercekat, karenamu seseorang yang selama ini hanya bisa dekat lewat chat, sekarang berada begitu dekat beberapa jengkal di hadapanku.

Aku tidak berani banyak bicara karena kamu melihatku terlalu lekat, aku jadi gugup dan selalu berusaha mengalihkan pandangan. Malam itu kamu tampak begitu menakjubkan.

‘Entah kapan lagi akan mendapatkan kesempatan seperti ini?’ begitulah selalu tanya hati.

***

Hari itu Rabu, sangat melelahkan karena Praktik Kerja Lapangan yang mengharuskanku berangkat pagi-pagi dan memerlukan waktu beberapa jam untuk menuju lokasi medan melaksanakan kegiatan  di dua buah sekolah di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Namun ajakan makan bakso lewat pesan Whatsapp yang kuterima darimu ketika di perjalanan pulang melenyapkan segala lelah. Sepertinya sehati, sebab baru saja terbesit dalam pikiranku untuk mengajakmu keluar, tapi kau sudah menyampaikannya terlebih dahulu.

Pukul 7 malam aku sampai kos, segera mandi dan menyiapkan diri. Kau akan menjemputku pukul 8 karena masih ada pekerjaan. Aku sempat tertidur menunggumu, ketika terbangun dan aku belum menerima pesanmu rasanya begitu gelisah, berbagai kekhawatiran melanda. Tak sempat lama kau biarkan aku dalam keadaan itu, kau datang dan kita pergi makan sesuai dengan yang kita janjikan.

Ketika makan, kamu tidak pernah membiarkanku duduk disampingmu seperti yang biasa kulakukan, kamu memintaku duduk berhadapan denganmu, posisi yang akan membuatku lebih banyak melihatmu dan lebih banyak juga ketakutan, aku takut melihat matamu, aku tidak mampu mengendalikan detak jantungku.

‘Capekkah? Atau mengantuk? Kalau capek aku antar pulang, kalau nggak, aku mau ajak jalan dulu’ katamu.

Tentu saja aku tidak mungkin menyia-nyiakannya. Aku mengiyakan ajakanmu. Sebab, aku tidak pernah tau kapan lagi akan datang kesempatan semacam ini lagi kepadaku.

Setelah selesai makan kita lanjut duduk dan ngobrol banyak sekali di Siring seberang Mesjid Raya yang terletak di tengah-tengah pusat kota. Kita duduk bersebelahan melihat kelap kelip warna warni lampu di seberang sungai. Aku merapatkan sweaterku karena merasa dingin, entah keberanian dari mana yang membuatku kemudian dengan lancangnya menyandarkan kepalaku di bahumu, aku sudah siap dengan segala respon yang akan kau timbulkan, respon terburuk sekalipun. Lagi-lagi aku salah sangka, ternyata kau hanya diam  tak mengelak sedikitpun.

Aku bersyukur karena malam itu tidak ada pengamen maupun pengganggu lain yang akan mengacaukan. Malam itu rasanya begitu sempurna, aku tidak ingin mengakhirinya. Tanpa terasa 3 jam berlalu, waktu telah bergerak menuju angka 12, kau masih tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri percakapan kita, begitu juga aku, awalnya banyak orang berlalu lalang sampai hanya tersisa kita berdua dan segerombol orang entah dari komunitas apa, kemudian lampu-lampu siring mati dan hujan mengusir, memaksa kita untuk pulang.

Waktu begitu cepat berlalu, sepertinya aku ingin menghentikannya saja.

***

Hari-hari terus berlalu, hatiku mulai bertanya-tanya ‘Ada apa dengan kita?’. Getaran-getaran itu semakin membuat hati berani menunjukkan maksudnya.

‘Butuh waktu berapa lama untuk memastikan bahwa seseorang itu saling cocok?’ tanyaku di suatu percakapan kita di Whatsapp.

‘Selama-lamanya, sampai seperti kata NOAH aku mengerti, kamu mengerti aku, atau seperti kata D’masiv Aku percaya kamu tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu’ jawabmu.

Aku begitu menikmati kedekatan kita, harapan-harapan yang semula tidak pernah ada perlahan mulai muncul satu per satu.

Di  pertemuan lain aku mendapat kesempatan mengulang bersandar di bahumu ketika kau mengajak ke XXI satu-satunya di Duta Mall yang juga mall satu-satunya di Banjarmasin. Seharusnya hari itu kita nonton film horror, tapi karena kita telat dapatnya malah Tampan Tailor.

‘Aku kalau nonton suka cengeng, nggak bisa terharu dikit bisa nangis, jangan diketawakan’ aku membisikimu.
‘Nggak apa-apa, aku tau kok, santai aja’ katamu sambil senyum-senyum.

Dibeberapa adegan menyedihkan sepanjang film aku menahan berat mata karena malu kalau kelihatan menangis, mataku berkaca-kaca, sesekali kau melirikku apakah aku menangis walau ternyata tidak, kau menggenggam tanganku sampai film selesai dan kita keluar bioskop, aku gelagapan sendiri, jantungku seperti mau loncat, lagi-lagi seperti mimpi.

Hari itu aku merasa seperti wanita paling beruntung dan bahagia di dunia.

***

         Pertemuan demi pertemuan terasa luar biasa. Aku ingat hari dimana kita tersesat di Landasan Ulin karena kesoktahuanku ketika kau mengantarku ke rumah keluargaku. Aku juga ingat kali kedua kita nonton dan kepergok anak-anak komunitas. Aku ingat ketika kita bertengkar kecil dan kembali baikan dengan syarat menerima ajakan makan sebagai alasan karena sebenarnya aku mengharapkan sebuah pertemuan. Kemudian ke Gramedia di jalan Veteran, tertawa-tawa melihat buku Generasi 90an, menyisir rak demi rak buku, dari tentang obat herbal sampai psikologi kematian kau membeli buku yang ku mau tanpa ku tau. Ketika kita menghabiskan malam dengan sebuah pertemuan di depan jembatan gang, sungai dan portal, aku ingat katamu hari itu ‘Anggap aja kita lagi di pinggir pantai’. 

Yang paling kusuka ketika kita bicara tentang perasaan dan kau tak hentinya menggenggam tanganku, ketika aku menjanjikan sebuah penantian walau pada kenyataannya tidak semudah itu aku bertahan. Ketika aku menanyakan apa kita teman dan kau jawab ‘iya kita teman, teman sedekat bahu’. Setidaknya aku tahu, perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, hanya saja kamu perlu waktu untuk memastikan.

Aku ingat semuanya, andai mungkin inginku runut semuanya sejak awal sampai sekarang tentangmu, tanpa kulewatkan satupun untuk kulupakan. Apapun dan bagaimanapun cara kita menghabiskan waktu selalu menjadi syukur tiada taraku atasmu.

Kamu hadir tanpa kurencanakan, di saat aku  nyaris mengabaikan segala bentuk kepercayaanku atas wujud cinta.  Awalnya aku begitu berhati-hati, aku tau seberapa lama aku memulihkan hati sejak kegegalan hubungan yang terakhir dan memilih hidup sendiri menarik diri dari percintaan. Namun kamu hadir berbahasa cinta, bercahaya penuh harapan. Pelan saja, lembut menyentuh pintu yang sudah lama berkarat dan berhasil menemukan kuncinya kemudian membukanya.

Kamu pernah tanyakan sebuah alasan terkait kenapa aku memilihmu untuk mempercayakan hatiku. Tidak satupun kata dapat kulontarkan sebagai alasannya. Jika karena kamu tampan, kamu mapan, kamu perhatian, kemudian jika semua itu hilang lantas aku harus berhenti bertahan? Lalu alasan mana yang harus kuutarakan untuk meyakinkan ketika kamu mengatakan bahwa kamu not a special one? Tahukah kamu bahwa cinta adalah alasan kemenerimaan itu sendiri. Dalam cinta tidak semua hal harus kau logikakan ketika hati menuntut banyak peran dalam arah perasaan.

Tapi jika kau memaksa aku harus mengutarakan alasannya, ya harus kuakui aku mengharapkan seseorang sepertimu sebagai tempat pelabuhan terakhirku. Kamu tampan meskipun di twitter kamu menyatakan kamu bukan orang tampan, kamu menyenangkan walaupun terkadang menyebalkan, kamu sangat dewasa, jalan berpikirmu panjang walaupun itu juga yang terkadang membuatmu pusing, kamu begitu peduli dengan keluarga, kamu perhatian bukan hanya terhadapku tapi kau juga selalu menyakan kabar keluargaku, aku nyaman berada di dekatmu, aku merasa mampu mempercayakan hari depanku kepadamu. Walaupun berkali-kali kau mengatakan alasan klise ala anak sekolahan bahwa kita tidak cocok, kamu menganggap dirimu tampak begitu buruk dan aku terlalu baik, itu tidak akan membuatku menyerah atasmu. Aku tidak pernah benar-benar memperjuangkan apa yang kuinginkan, tapi denganmu setidaknya aku tahu apa yang tidak ingin kulepaskan kali ini.

Walaupun beberapa waktu lalu aku pernah mengatakan aku telah memutuskan untuk menyerah saja, tapi kenyataannya tidak pernah bear-benar seperti itu. Memang aku lelah, aku juga marah, tapi itu bukan alasan ketika aku memutuskan untuk menyerah. Yang sebenarnya adalah aku tau rasanya dicintai dan diharapkan berlebihan sementara di sisi lain kau tidak bisa membalasnya, sangat tertekan. Aku pernah merasakan, aku mengerti, makanya aku tidak ingin lagi memaksamu untuk segera memastikannya.

Benar seperti katamu, kita sudah berada pada usia dimana tidak seharusnya lagi bermain-main, mencoba-coba, gagal dan kemudian menyakiti banyak orang, kita juga sudah tidak memiliki waktu untuk move on setelah gagal, biarkan waktu yang menjawabnya.

Aku sudah membebaskanmu, pergilah ke belahan dunia manapun yang kamu, temukanlah semua hal terbaik yang kamu mau, bahkan jika itu wanita terbaik, jika sampai pada waktunya kamu tidak berhasil menemukan dan kamu sudah lelah. Pulanglah, aku ada seperti biasa, mencintai sepertimu apa adanya dan masih di tempat yang sama, menunggu waktunya tiba.

***

Hari ini seperti biasa, masih dalam kesadaran bahwa aku terlibat dalam sebuah penantian. Ketika membuka mata di pagi hari dan membiarkan senyumanmu membayang di pelupuk mata dan membiarkannya kembali memberatkan mata untuk tertidur ketika malam tiba.

Disini, di sofa merah café tempat kita duduk malam itu, dengan segelas ice lomen tea favoritmu yang kubiarkan mencair, kenangan itu masih kunikmati walaupun terasa hambar karena kau tak termiliki.

Hey ‘teman sedekat bahu’, aku tidak pernah berubah terhadapmu, aku hanya butuh waktu untuk memantaskan diri untuk mengajukan diri sebagai pendampingmu. Menjadi wanita tercantik yang kau puji setelah Ibu dan saudara perempuanmu, menjadi wanita yang akan merapikan dan tidak akan membiarkan rambutmu berantakan setiap hari, menjadi wanita yang mencuci paling bersih, rapi dan wangi sehingga kau tidak perlu ke laundry lagi, menjadi wanita yang paling pandai memasak agar kau tidak pernah merasa bosan makan, menjadi wanita yang memiliki segudang solusi untuk setiap masalahmu agar kau tak perlu ragu lagi untuk membaginya kepadaku, menjadi seseorang yang selalu menjagamu bahkan takkan kubiarkan seekor nyamuk pun mengganggumu, menjadi seseorang yang selalu berjalan bersisian denganmu, mendampingimu menjalankan setiap adegan yang diskenariokan Tuhan dalam kehidupan.

Aku hanya merasa tidak bisa terus mengharapkanmu tanpa merasa pantas untuk memilikimu.

Tentangmu, dalam setiap sujudku aku selalu berdoa semoga Tuhan memasangkanku sebagai tulang rusukmu. Tapi jika bukan kau, aku tidak pernah berubah akan syukurku, karena Tuhan menunjukkan banyak hikmah dan aku banyak belajar dari kehadiranmu.

Maaf karena sudah banyak menyusahkan, maaf karena terkadang aku kekanakan, maaf dan terimakasih. Hadirmu adalah berkah tiada tara buatku, apa yang kudapatkan selama ini lebih dari apa yang pernah kuharapkan sebelumnya, walaupun semakin hari juga semakin ingin lebih lagi.

Saat berusaha menyelesaikan tulisan ini aku sedang menahan banyak inginku atasmu.  Aku tidak berharap kau tersentuh, karena ini bagimu mungkin hanya sebuah variasi, aku mengerti.



*Diposting ketika kupikir aku sudah menyerah, ternyata belum.

Ditulis ketika ke-GR-an dan sebelum berpikir untuk menyerah.
Tsar Cafe, 15 Juni 2013
11.02 PM


Cerita Mantan

Ujian semester pendek sudah selesai, malam ini pikiran udah agak damai, santai tapi tetap seperti biasa, kesepian. Lagi mood nulis juga, tapi nggak tau mau nulis apa, lagi nggak pengen nulis yang serius-serius. Daripada nggak nulis sama sekali, mending nulis cerita mantan. Mumpung lagi dalam masa-masa penggalauan karena barusan udahan sama mantan calon gebetan, ;)

Nggak biasanya gue nulis pakai “gue-elo”, tapi karena lagi santai dan sepertinya gue memang harus belajar agak nggak serius buat nikmatin hidup gue, seperti kata Iwan.

Gue ingat banget bagaimana pertama kali jatuh cinta. Cinta pertama gue waktu SD namanya M. Randy Fatamorgana, iya absurd banget namanya, persis kayak orangnya, wkwk. Eh, nggak deh, orangnya cakep, hitam manis, hobinya main sepeda lewat depan rumah atau sekolah gue, iya gue dan dia beda sekolah. Cerita gue sama dia sederhana aja, nggak pernah jadian karena dia suka terus pada akhirnya jadian sama Mey, sahabat gue sendiri, jleb moment banget, hahaa. Tapi itu udah berlalu, cerita masa muda. :p

Gue pacaran pertama kali waktu Mts. Pacar pertama gue namanya Yudha, kakak kelas gue yang pernah suka sama Mey yang jadian sama Randy tadi, Yudha sama Randy juga temenan lumayan deket, jadi gue sama Yudha jadian karena sama-sama terbuang karena suatu hubungan orang yang kita suka.

Selanjutnya gue terlibat dibeberapa hubungan cinta yang dangkal, khas anak ABG bau kencur, yang penilaian kategori pasangan masih sekedar berdasarkan tampang dan ‘baik’ yang tidak dapat didefinisikan.

Suatu hari gue bilang suka sama seorang cowok, waktu itu gue masih kelas  8 MTs. Luar biasa karena orang itu adalah siswa SMA kelas XI yang merupakan tetangga depan rumah gue yang juga sepupu dari Mey, sabahat kental gue sendiri. Pacar lima langkah, ciyeeeh… Namanya Rian, gue biasa manggil dia Aa’, wuuuu so sweet. Gue sama dia pacaran nggak lama, Cuma sekitar 6 bulan aja, tapi cukup bikin sekampung geger, keluarganya juga pada tau, tapi mereka oke-oke aja tuh, hehee. Boleh dibilang dia mantan yang paling gue sayang. Dia pemain bola, gue sering banget jadi supporter dia kalau pas pertandingan. Dia juga sama kayak gue, suka bersajak, jadi zaman dulu sebelum punya hape kita sering surat-suratan walaupun seberangan rumah, jadul banget. Dia juga jago main gitar, dia suka nyanyi buat gue. Waktu itu lagu favorit kita Peterpan Yang Terdalam, sampai sekarang lagu itu masih jadi nada tunggu telpon gue, hoho. Dia mantan gue yang paling baik, lembut, dia nggak pernah marah ngomel-ngomel, paling kalau kesal diam sebentar ntar juga baikan lagi. Sayangnya kita mesti putus, pura-puranya karena gue suka sama cowok lain, padahal karena ayah gue nggak suka sama dia, ya namanya juga kita pacaran masih anak-anak. Sampai sekarang udah 6 tahun lewat. Sekarang dia udah kerja di kantor PLN dekat rumah, Mey sendiri sekarang udah jadi perawat, sementara gue masih kuliah. Gue, Mey dan Aa’ masih sering ngumpul bareng kalau gue pulkam, kita sahabatan sampai sekarang.

Mantan gue lainnya yang berkesan adalah Wisnu. Gue sama dia dulu punya panggilan sayang kakak-dede, *hueeeks. Waktu itu usia gue baru 15 tahun dan dia udah 20 tahun. Ya, gue emang suka sama yang lebih tua, hihii. Ini juga gue yang deketin duluan gara-gara keseringan ngisi pulsa, gue dikenalin ke dia sama Nay sahabat sekaligus temen sebangku gue di Mts yang juga sepupunya Wisnu. Wisnu postur tubuhnya tinggi kurus, suka main bola juga, tim favoritnya Real Madrid. Orangnya cuek banget sama cewek, traumatis sama gagalnya dua hubungan terakhirnya tapi lembut, ngemong banget karena memang dia lebih dewasa, dia sering nganterin gue sekolah, jemput gue les, kita sama-sama suka baca buku, dia punya counter hape dan pulsa, kita sering pacaran disitu. Dia biasa main keyboard dan nyanyi lagu Club 80’s – Dari Hati buat gue. Dulu kita LDR antara kampung halaman dan Banjarbaru, karena waktu SMA gue sekolah Boarding School di Banjarbaru. Gue sama dia bahagia banget, kita pacaran 11 bulan, masing-masing keluarga udah pada tau, sayangnya di balik ke-LDR-an kita dia punya yang lain dan nggak berapa lama setelah pisah sama gue dia nikah, dan di hari pernikahannya gue balik ke Banjarbaru dan cuma nitip kado aja lewat bibi gue, :’)

Lama gue patah hati dari Wisnu, nyaris setahun, sempat mencoba dengan beberapa yang lain tapi gagal dalam waktu singkat. Sampai suatu hari, waktu itu gue juga masih SMA kelas 2 kalau nggak salah, gue ketemu sama cowok namanya Adi, dia kerja di sebuah toko Lighting dekat kost Mieda, temen sekelas gue. Gue sering ke kos temen gue itu dan akhirnya gue kenal sama dia (simak ceritanya di Catatan Kecil Tentang Kita). Adi orangnya nggak terlalu tinggi, putih, dia lembut, nggak pernah marahin gue, hubungan gue sama dia sempurna, kesalahan fatal dia cuma 1, berproses dengan yang lain di belakang gue dan gue sama sekali nggak tau. Sampai ramadhan 2 tahun lalu gue mulai curiga dan kecurigaan gue terbukti, waktu itu gue baru masuk kuliah, masih semester 1. Gue paling lama pacaran sama dia, 1,5 tahun. Tapi gue udah maafin dia. Beberapa waktu lalu gue malah sempat ketemu dia setelah sekian lama. (Simak ceritanya di Sepotong Puzzle yang Kutemukan Kembali )

Putus dari Adi juga bikin gue lama bergulat dengan kesedihan, waktu itu gue masih labil banget. Dalam masa kelabilan gue, akhirnya gue mutusin buat bergabung di lembaga pers mahasiswa kampus, disana gue kenal sama seorang senior yang waktu itu amazing banget di mata gue, tampak cerdas, aktif, dia juga suka baca buku kayak gue. Sebut saja namanya RY. Kita sering bareng di urusan organisasi, juga sering ke perpustakaan bareng. Sejak awal memulai hubungan sama dia gue udah salah. Sebab gue pacaran sama dia waktu dia masih punya pacar, hmm… Karena di awal udah salah maka endingnya pun nggak enak banget. Kenapa? Seseorang bisa berubah menjadi orang yang tidak lagi kita kenal setelah hubungan beranjak sekian lama. Gue jalan sama dia nyaris 1,3 tahun dan kemudian gagal, :’)

Setelah sama dia gue sempat punya hubungan sama temen satu angkatan di kampus, tapi nggak lama, cuma 2 bulan. Soal hati kita memang mesti pandai-pandai membedakan mana yang suka biasa, penasaran, terobsesi dan beneran cinta. Dan sayangnya sekarang gue udah lupa rasa semuanya. Mungkin karena sudah terlalu bosan patah hati, mungkin juga karena sudah menikmati jadi wanita yang sendiri. Entahlah, banyak hati yang datang, kadang aku yang menggagalkan, kadang juga pihak lainnya yang menggagalkan. Begitulah proses menemukan yang terbaik, persentasi gagal dan berhasil sama besar. Tidak siap sakit karena gagal cinta? Maka tidak usah jatuh cinta, gampang!

Sekarang gue lagi nyantai, single sih. Tapi nggak sesantai itu juga, tapi juga nggak lebay. Sempat gagal move on juga, tapi udah bisa buka mata dan hati lagi, bukankah hati kita seharusnya memang melangkah maju?


Kadang kecocokan bisa datang tanpa kita sadari. Iya, siapa tau ternyata cinta yang baru malah orang ada didekatmu tanpa kamu mencari dengan terlalu. So, liat nanti, siapa yang bakalan jadi penghuni hati gue yang terbaru? Yang jelas kali ini gue serius, gue nggak pengen gagal lagi.

Ada Apa?


Single,

Simple,

Penyendiri,

Bosan,

Terbelenggu,

Dan kesepian…

Itu Aku.

Kemudian kau datang dan memberi warna
Kau mencipta tawa dalam keadaanku yang gila
Kau mengusik senyap lewat balok balok nada

Aku mulai terbiasa

Hey, kau dan aku ada apa?





*Saat kesepian
Kayu Tangi, Sabtu 27 Juli 2013
10.58 PM

Metode Nggak Penting


Ngomong-ngomong soal metode nih, jadi ceritanya liburan semester genap kali ini aku terjebak dalam kuliah semester pendek yang mau nggak mau harus aku ambil kalau mau jalan lulus agak lempeng, *oke abaikan pembahasan masalah lulus, ( - _- )

Salah satu mata kuliah yang aku ulang di semester pendek ini adalah Metode Numerik. Metode numerik ini mata kuliah yang pembahasannya mengenai Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linier serta Interpolasi dengan menggunakan berbagai metode. Tahun lalu aku dapat nilai nanggung D+, karena gagal di UTS, :|

Hari ini ujian tengah semester pendek mata kuliah Metode Numerik pukul 7.30. Parahnya sejak kemaren aku belum belajar sama sekali dan tadi malam aku baru balik ke kos sekitar pukul 10 malam setelah acara buka puasa bersama Himpunan Mahasiswa Pendidikan Matematika (Himaptika) dan dilanjutkan dengan membesuk ayah dari salah satu pengurus Himaptika yang mengalami pendarahan otak di RSUD Ulin *Pray for Mujahid’s Dad*.

Karena nggak mau ngulang mata kuliah ini untuk ke sekian kalinya mau nggak mau aku harus tetap belajar walaupun mulai bosan dan mata udah tinggal beberapa watt. Sebenarnya aku lumayan ngerti sama materi-materi mata kuliah ini, cuma tinggal pemantapannya aja, tapi tetep aja, khilaf satu tahapan aja dalam penyelesaiannya bakalan salah sampai seterusnya, jadi mesti waspada dan siap sedia!

Jadi ceritanya ditengah kebosanan yang melanda (*cieeeh bahasanya) tadi malam aku terlibat obrolan nggak jelas tengah malam di wechat dengan lawan bicara yang juga sama nggak jelasnya. Tiba-tiba aku kepikiran dan ku bilang ke Iwan, dari sekian banyak metode yang aku pelajari entah kenapa nggak satu nama metode pun yang aku kenal dan pernah ketemu pemiliknya. Metode Jacobi, Gauss-Seidel, Newton-Raphson, Secant dan lain-lain lah pokoknya, siapa sih mereka? Kenapa aku harus belajar mengenai metode yang aku nggak kenal orangnya dan untuk apa? Kenapa namanya nggak Metode Luthfia, Metode Ayu atau Metode Karina, kan terdengan lebih cantik, atau Metode apa gitu yang orangnya aku kenal :| *balada mahasiswa sastra yang nyasar ke matematika*

Kata Iwan, memangnya kalau kamu buat Metode isinya apaan? Metode Luthfia, metode yang mempelajari seputar kasus PHP (baca: Pemberi Harapan Palsu) dan move on? Atau Metode Azwar, metode yang membahas mengenai bagaimana cara mendapatkan beasiswa tanpa ketahuan mama? Ada lagi metode Nieko yang membahas seputar penyelesaian kasus Patah Hati, tambah Metode Suci yang membahas mengenai bagaimana cara mendramatisasi masalah dan dengan pedenya Iwan bilang cuma Metodenya yang pantes buat dipelajari : Metode mendapatkan pacar yang cantik-cantik walau tampang pas-pasan, what the?! (- _ -)

Dan gara-gara bahas metode-metode nggak penting itu aku cuma tidur 2 jam sebelum sahur dan ketiduran lagi habis sahur, telat shalat subuh dan telat berangkat ujian ke kampus, :|

Walaupun Iwan bilang metodenya yang paling efektif buat dipelajarin, sumpah tetep aja setelah kupikirkan secara mendalam nggak satu metode pun yang penting buat dipelajarin, metodenya sesat. Tiba-tiba aku bersyukur karena aku belajar tentang Metode Jacobi, Gauss-Seidel, Newton-Raphson, Secant dan lain-lain, sekalipun aku nggak kenal sama orangnya, karena paling nggak dalam aplikasinya aku mesti pakai kalkulator scientific yang nggak semua orang ngerti dan aku berasa keren, yeaaay!! *apaan coba?*

Seandainya tadi malam aku lebih memilih belajar Metode Azwar, Metode Nieko, Metode Suci, Metode Luthfia, Metode Iwan dan metode-metode lain yang nggak penting mungkin ujianku hari ini nggak bakal seSUKSES hari ini, yuhuuu!!! Berkah tiada tara karena Allah menciptakan Metode Jacobi, Gauss-Seidel, Newton-Raphson, Secant dan bukan metode aneh lainnya, thanks God :*

Pikiran tenang, hati sudah lapang, saatnya bobo siaaaang walaupun perut keroncongan karena cuma sahur mie instan. Sekian dari saya, selamat siaaang *kecup basah*


We Are Sheilagank Nada Kalsel, We Back!

Entah kalimat apa yang cocok untuk mengawali tulisan ini selain rasa syukur dan bahagia luar biasa. Ada apa?

Ini tentang Sheilagank Nagara Daha (Nada) Kalimantan Selatan. Belum banyak tahu kalau di Kalimantan Selatan punya Komunitas Fans Club Sheila On 7 yang bahkan satu-satunya Sheilagank di Kalimantan Selatan yang secara resmi terdaftar di official Sheila On 7 di www.sheilaon7.com. Usianya nyaris beranjak 3 tahun pada November tahun ini. Pertama kali berdiri diiringi hujan turun pada 6 November 2010. Aku sendiri termasuk generasi paling awal yang bergabung dengan komunitas ini sejak awal masa berdirinya. 

Menyaksikan Nada lahir dan kemudian beranjak dewasa, sungguh semuanya berlalu tidak dengan mudah saja. Banyak hal terjadi, pertemuan, kebersamaan, kejayaan, kelelahan, perdebatan, kemarahan, perpisahan, saling merindukan dan kemudian setelah nyaris satu tahun kami memutuskan kembali bersama lagi, demi anugerah terindah yang bertahan disana dengan karya mereka.

Sayangnya Minggu, 14 Juli 2013 lalu rencana kami dipertemukan lagi dalam sebuah buka puasa bersama SG Nada Kalsel di RM Kampung Lauk Banjarmasin berjalan tidak begitu mulus, mendadak hujan turun begitu derasnya dan menggagalkan sebagian dari kami untuk datang ke lokasi. Tak apa bagi kami, ini awal yang baik walau hanya berenam. Tertawa dan bercanda, membicarakan banyak hal, tentang sekian juta cerita yang menjadi rahasia dalam masa-masa kevakuman. 


Berita Tentang Kebangkitan SG Nada
Metro Banjar edisi Kamis, 18 Juli 2013


Hari itu memang berakhir. Tapi kebersamaan ini bukan akhir, ini awal yang baru, hingga pada Jum'at, 19 Juli 2013 kami benar-benar berkumpul kembali di warung Garong sekitar jalan Kayu Tangi Banjarmasin, perfect time! Hari bersama yang luar biasa. Buka puasa part. 2 dengan jumlah orang 3 kali lipat dari part. 1 berkumpul, masih orang yang lama, kami tau kami tidak pernah berubah walaupun sekian lama terpisah dan kedatangan beberapa orang baru yang tidak pernah kami anggap beda, ya kita semua sama, we are Nada!

 
















Waktu-waktu seperti ini bukan yang kita rindukan? Walaupun tidak dapat selengkap dulu karena beberapa faktor, seperti Alfi yang harus menempuh pendidikan di luar Kalimantan, Kak Rony yang harus bekerja di luar kota, Kak Damay dan Kak Rya yang juga harus mengikuti suami di luar kota, abang Yudi yang lagi kota seberang, kak Bahrudin yang juga sedang diluar kota dan semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah menjadi bagian dari Nada, keresahan ini tidak seharusnya terjadi kan gank? Kita semua masih tetap sama, we are Nada!

Jangan katakan kita tidak mendapatkan apa-apa di Nada. Banyak hal yang kita pelajari, banyak hal yang kita punya dan begitu banyak hal-hal berharga yang kita jaga bersama, karena kita semua sahabat sejati, tidak ada satu pun waktu yang tepat untuk berpisah, karena kita Nada dan kita akan selalu bersama. 

Terimakasih Bijaksana untuk semua. Aku selalu bersyukur memiliki kalian, apapun keadaan kita, karena kalian adalah bingkisan Tuhan terindah yang pernah dikirimkan kepadaku.

Berlayar #2 kita telah jadi yang terlewatkan bukan? Sebentar lagi, November ini seharusnya bisa jadi Berlayar #3 untuk kita. Pasti kita bisa, jalan terus gank, ayo bersiap untuk melompat lebih tinggi!

***



Mars Sheilagank - Here I Am

Di hari seperti ini
Sheila harus berjuang lagi
Pertahankan harga diri
Dukungan datang dan pergi
Tapi Sheila coba berjanji
Memutarkan roda ini
Here I’am, Here I stay
Till we meet again someday
Here I’am, Here I stand
Till we meet again my friends
Cacian yang menyudutkan
Tapi Sheila coba bertahan
Hidup dengan semua ini
Dukungan datang dan pergi
Tapi Sheila coba berjanji
Memutarkan roda ini


*Ditulis dalam bahagia yang tiada tara
Kayu Tangi, 20 Juli 2013
2.04 AM