Ujian semester pendek sudah selesai,
malam ini pikiran udah agak damai, santai tapi tetap seperti biasa, kesepian.
Lagi mood nulis juga, tapi nggak tau mau nulis apa, lagi nggak pengen nulis
yang serius-serius. Daripada nggak nulis sama sekali, mending nulis cerita
mantan. Mumpung lagi dalam masa-masa penggalauan karena barusan udahan sama
mantan calon gebetan, ;)
Nggak biasanya gue nulis pakai “gue-elo”,
tapi karena lagi santai dan sepertinya gue memang harus belajar agak nggak serius
buat nikmatin hidup gue, seperti kata Iwan.
Gue ingat banget bagaimana pertama
kali jatuh cinta. Cinta pertama gue waktu SD namanya M. Randy Fatamorgana, iya
absurd banget namanya, persis kayak orangnya, wkwk. Eh, nggak deh, orangnya
cakep, hitam manis, hobinya main sepeda lewat depan rumah atau sekolah gue, iya
gue dan dia beda sekolah. Cerita gue sama dia sederhana aja, nggak pernah
jadian karena dia suka terus pada akhirnya jadian sama Mey, sahabat gue sendiri,
jleb moment banget, hahaa. Tapi itu udah berlalu, cerita masa muda. :p
Gue pacaran pertama kali waktu Mts. Pacar
pertama gue namanya Yudha, kakak kelas gue yang pernah suka sama Mey yang
jadian sama Randy tadi, Yudha sama Randy juga temenan lumayan deket, jadi gue
sama Yudha jadian karena sama-sama terbuang karena suatu hubungan orang yang
kita suka.
Selanjutnya gue terlibat dibeberapa
hubungan cinta yang dangkal, khas anak ABG bau kencur, yang penilaian kategori
pasangan masih sekedar berdasarkan tampang dan ‘baik’ yang tidak dapat
didefinisikan.
Suatu hari gue bilang suka sama
seorang cowok, waktu itu gue masih kelas
8 MTs. Luar biasa karena orang itu adalah siswa SMA kelas XI yang
merupakan tetangga depan rumah gue yang juga sepupu dari Mey, sabahat kental
gue sendiri. Pacar lima langkah, ciyeeeh… Namanya Rian, gue biasa manggil dia
Aa’, wuuuu so sweet. Gue sama dia pacaran nggak lama, Cuma sekitar 6 bulan aja,
tapi cukup bikin sekampung geger, keluarganya juga pada tau, tapi mereka
oke-oke aja tuh, hehee. Boleh dibilang dia mantan yang paling gue sayang. Dia
pemain bola, gue sering banget jadi supporter dia kalau pas pertandingan. Dia juga
sama kayak gue, suka bersajak, jadi zaman dulu sebelum punya hape kita sering
surat-suratan walaupun seberangan rumah, jadul banget. Dia juga jago main
gitar, dia suka nyanyi buat gue. Waktu itu lagu favorit kita Peterpan Yang
Terdalam, sampai sekarang lagu itu masih jadi nada tunggu telpon gue, hoho. Dia
mantan gue yang paling baik, lembut, dia nggak pernah marah ngomel-ngomel,
paling kalau kesal diam sebentar ntar juga baikan lagi. Sayangnya kita mesti
putus, pura-puranya karena gue suka sama cowok lain, padahal karena ayah gue
nggak suka sama dia, ya namanya juga kita pacaran masih anak-anak. Sampai sekarang
udah 6 tahun lewat. Sekarang dia udah kerja di kantor PLN dekat rumah, Mey
sendiri sekarang udah jadi perawat, sementara gue masih kuliah. Gue, Mey dan Aa’
masih sering ngumpul bareng kalau gue pulkam, kita sahabatan sampai sekarang.
Mantan gue lainnya yang berkesan
adalah Wisnu. Gue sama dia dulu punya panggilan sayang kakak-dede, *hueeeks. Waktu itu usia gue baru 15
tahun dan dia udah 20 tahun. Ya, gue emang suka sama yang lebih tua, hihii. Ini
juga gue yang deketin duluan gara-gara keseringan ngisi pulsa, gue dikenalin ke
dia sama Nay sahabat sekaligus temen sebangku gue di Mts yang juga sepupunya
Wisnu. Wisnu postur tubuhnya tinggi kurus, suka main bola juga, tim favoritnya
Real Madrid. Orangnya cuek banget sama cewek, traumatis sama gagalnya dua
hubungan terakhirnya tapi lembut, ngemong
banget karena memang dia lebih dewasa, dia sering nganterin gue sekolah, jemput
gue les, kita sama-sama suka baca buku, dia punya counter hape dan pulsa, kita sering pacaran disitu. Dia biasa main
keyboard dan nyanyi lagu Club 80’s – Dari Hati buat gue. Dulu kita LDR antara
kampung halaman dan Banjarbaru, karena waktu SMA gue sekolah Boarding School di
Banjarbaru. Gue sama dia bahagia banget, kita pacaran 11 bulan, masing-masing
keluarga udah pada tau, sayangnya di balik ke-LDR-an kita dia punya yang lain
dan nggak berapa lama setelah pisah sama gue dia nikah, dan di hari
pernikahannya gue balik ke Banjarbaru dan cuma nitip kado aja lewat bibi gue, :’)
Lama gue patah hati dari Wisnu, nyaris
setahun, sempat mencoba dengan beberapa yang lain tapi gagal dalam waktu
singkat. Sampai suatu hari, waktu itu gue juga masih SMA kelas 2 kalau nggak
salah, gue ketemu sama cowok namanya Adi, dia kerja di sebuah toko Lighting
dekat kost Mieda, temen sekelas gue. Gue sering ke kos temen gue itu dan
akhirnya gue kenal sama dia (simak ceritanya di Catatan Kecil Tentang Kita). Adi orangnya nggak
terlalu tinggi, putih, dia lembut, nggak pernah marahin gue, hubungan gue sama
dia sempurna, kesalahan fatal dia cuma 1, berproses dengan yang lain di belakang
gue dan gue sama sekali nggak tau. Sampai ramadhan 2 tahun lalu gue mulai
curiga dan kecurigaan gue terbukti, waktu itu gue baru masuk kuliah, masih semester
1. Gue paling lama pacaran sama dia, 1,5 tahun. Tapi gue udah maafin dia. Beberapa
waktu lalu gue malah sempat ketemu dia setelah sekian lama. (Simak ceritanya di Sepotong Puzzle yang Kutemukan Kembali )
Putus dari Adi juga bikin gue lama
bergulat dengan kesedihan, waktu itu gue masih labil banget. Dalam masa
kelabilan gue, akhirnya gue mutusin buat bergabung di lembaga pers mahasiswa
kampus, disana gue kenal sama seorang senior yang waktu itu amazing banget di
mata gue, tampak cerdas, aktif, dia juga suka baca buku kayak gue. Sebut saja
namanya RY. Kita sering bareng di urusan organisasi, juga sering ke
perpustakaan bareng. Sejak awal memulai hubungan sama dia gue udah salah. Sebab
gue pacaran sama dia waktu dia masih punya pacar, hmm… Karena di awal udah
salah maka endingnya pun nggak enak banget. Kenapa? Seseorang bisa berubah
menjadi orang yang tidak lagi kita kenal setelah hubungan beranjak sekian lama.
Gue jalan sama dia nyaris 1,3 tahun dan kemudian gagal, :’)
Setelah sama dia gue sempat punya
hubungan sama temen satu angkatan di kampus, tapi nggak lama, cuma 2 bulan.
Soal hati kita memang mesti pandai-pandai membedakan mana yang suka biasa,
penasaran, terobsesi dan beneran cinta. Dan sayangnya sekarang gue udah lupa
rasa semuanya. Mungkin karena sudah terlalu bosan patah hati, mungkin juga
karena sudah menikmati jadi wanita yang sendiri. Entahlah, banyak hati yang
datang, kadang aku yang menggagalkan, kadang juga pihak lainnya yang menggagalkan.
Begitulah proses menemukan yang terbaik, persentasi gagal dan berhasil sama
besar. Tidak siap sakit karena gagal cinta? Maka tidak usah jatuh cinta,
gampang!
Sekarang gue lagi nyantai, single
sih. Tapi nggak sesantai itu juga, tapi juga nggak lebay. Sempat gagal move on
juga, tapi udah bisa buka mata dan hati lagi, bukankah hati kita seharusnya
memang melangkah maju?
Kadang kecocokan bisa datang tanpa
kita sadari. Iya, siapa tau ternyata cinta yang baru malah orang ada didekatmu
tanpa kamu mencari dengan terlalu. So, liat nanti, siapa yang bakalan jadi
penghuni hati gue yang terbaru? Yang jelas kali ini gue serius, gue nggak
pengen gagal lagi.
0 komentar:
Posting Komentar