Nostalgia


Tidak ada kegiatan yang cukup berarti hari ini, bangun pagi seperti biasa, beli sayur, masak, berpergian selama beberapa jam menemani Kak Tiwi, sohibku sejak zaman SMA yang kudu shopping nyari dress buat ketemuan sama cowoknya yang juga sohibku zaman SMA dulu, katanya hari Rabu pulang dari Malang, dan kemudian langsung menuju kampus.
Pukul 2 siang Banjarmasin puannasssnya luarrrr biasa, perjalanan menuju kampus bermandi peluh, tapi tidak menyurutkan semangat langkah kakiku (*berlebihan), sedikit kejadian tak enak mewarnai catatan hari ini, hampir keserempet motor, pengendaranya mahasiswa juga tampaknya, coz keluar dari pagar kampus, tak masalah, toh aku baik-baik saja dan orangnya juga sudah minta maaf, tapi seperti familiar dengan wajah itu, tapi siapa ya? Hanya mirip, bukan orang yang sesungguhnya, tapi cukup menggelitik suasana hati.
Minggu kedua kuliah setelah libur semester, tapi belajar belum aktif juga, dosen mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik tidak masuk tanpa keterangan apa pun, 3 sks selama beberapa jam terbuang percuma di dalam sebuah ruangan kelas baru, tanpa AC, tanpa kipas angin, ribut, penuh, sesak oleh puluhan mahasiswa yang berebutan oksigen. Slide-slide kenangan itu tak berhenti berputar dalam ingatan, wajah dalam peristiwa tadi mengingatkan pada seorang sahabat kecil, hey sahabat kecil apa kabarmu??

Nostalgia itu seperti pedang, tajam. Aku menulis ini sambil mengenang persahabatan kita yang manis, penuh duri, luka, canda dan tawa. Begitu hangat...
Aa'... Sudah sangat lekat rupanya panggilan itu buatmu untuk usia kita yang terpaut 3 tahun ini, hingga sampai saat ini aku belum dapat merubahnya, kau tentu malu saat aku menyebut panggilan itu ketika kau tengah bersama teman-temanmu, tapi percayalah A', aku terus berusaha mengubahnya menjadi sebutan “Kakak” seperti yang kau minta, ya… Kakak Hady, lebih dewasa kedengarannya? Hmm... Tak kalah manis kok, aku hanya butuh waktu untuk terbiasa, sabaarr ya A’?? :)
3 minggu A', kurang lebih 3 minggu aku berada di kampung halaman, tak sedetik pun kau menampakkan wajahmu di depan mataku, apa yang salah??
Mungkin kepindahanku agak jauh dari rumahmu beberapa tahun silam yang akan kupersalahkan. Aku tak lagi dapat leluasa berkunjung ke rumahmu setiap saat, aku tak lagi dapat melihatmu saat aku membuka pintu belakang rumahku, aku tak lagi dapat membantumu mencuci truck paman seraya bermain-main air denganmu, bermain sepeda hingga kakiku terjepit roda, ke sungai berboncengan sepeda, bermain di bawah pohon tarap besar yang kini telah ditumbangkan itu, halaman yang biasa kita gunakan untuk bermain itu, mobil truk itu, sekolah SD itu, semua itu seakan mentrigger segala kenangan masa kecil yang pernah kita alami, rasanya menyayat sekali.
Masih terekam dengan jelas ketika darah segar itu memancar dari hidung wajah pucatmu itu, trims sudah menyelamatkanku dari buah tarap yang jatuh ketika kita bermain di bawah pohonnya belasan tahun silam. Masih jelas terasa sepinya ketika 1 minggu kau tak keluar rumah karena sakit. Masih dapat ku dengar dengan jelas gerutu sebalmu ketika paman lebih memilih mengajakku mencari kayu naik truck, percayalah paman tak lebih menyayangiku dari pada kau, paman menyayangi kita berdua, karena kau kakakku dan aku adikmu... :)
Kau tak pernah tau kan A’ betapa irinya aku karena kau laki-laki dan kau lebih pandai memasak dari pada aku yang wanita? Hwah... Sambal buatanmu itu paling T.O.P di seluruh dunia deh... :)
Aku rindu A',  sangaat merindui semua itu...
Bagaimana tawamu ketika kita saling meledek membahas soal malas mandi, bagaimana marahmu ketika aku diganggu pria-pria berandalan saat pulang tarawih, bagaimana kau selalu siap mengantarku, jadi body guardku kemana pun aku pergi, menunggui dan mengantarku pulang tadarus saat malam ramadhan, membantuku mengerjakan tugas sekolah, bagaimana aku mendapat nilai bagus saat mendiskripsikanmu sebagai bahan tugas bahasa Inggrisku, bagaimana aku marah saat tau kau keluyuran di subuh buta hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong, bagaimana aku cemburu saat aku kehilangan waktu bersamamu saat kau punya pacar, dan masih banyak lagi, takkan cukup seluruh waktu yang kita miliki jika harus menceritakan semuanya.
Setelah kusadari kita sama-sama beranjak dewasa, semuanya jelas berubah, jarak itu kian nyata, tapi kuharap hati kita masih bisa sama seperti masa kecil dulu A’.
Apa kau menghindari perasaan “lebih” yang pernah ada itu A’? Aku juga! Kau Sunnyku (*baca Cinta Pertama, kayak lagunya BCL), bagaimana mungkin kita dapat bertemu dengan mudah tanpa ada perasaan apapun. Tapi bagiku perasaan itu sudah pulih seperti sedia kala, "kau kakakku dan aku adikmu", jauh lebih indah bukan dengan tetap begini A’? Takkan ada yang pernah kecewa, dan takkan pernah ada yang terluka. Tapi, baiklah… Tampaknya perasaanmu belum pulih benar, aku dapat mengerti, semuanya tak mudah, tapi kita harus! :)

Kemana akan ku larikan semua kenangan itu A'? Kemana harus kubagi jika bukan dengan kau? Apa yang harus kita lakukan pada kenangan yang memaksa untuk terus diingat? Sedangkan kenyataan yang ada sekarang tidak seindah yang pernah ada dulu? Aku merindukan “Kita” yang dulu.




0 komentar:

Posting Komentar