Hari itu setelah midtest
Persamaan Differensial, mata kuliah yang membuat aku mengoleksi nilai E untuk pertama
kali selama hidup tahun lalu dan aku harus mengulangnya pada semester ini
dengan dosen yang sama.
Frustasi luar biasa
karena tidak bisa menjawab dengan baik, semua jawaban yang kutulis di lembar
jawaban meragukan. Keluar dari Bengkel Matematika, tempat ujian, aku segera
menggeledah tasku berusaha menemukan androidku dan segera menelpon Ibuku. Selama
ujian ada 13 kali telpon dari Ibu, Bibi dan Adik karena ada masalah keluarga
mendadak, salah satu alasan kehilangan konsentrasi. Juju menutup kaca helmku
karena aku menangis di parkiran belakang kampus PMIPA.
Memang, hari itu luar
biasa stress makanya kami memutuskan untuk karaokean ke tempat karaoke
langgananku di Kayu Tangi Ujung, namun ruangan yang small penuh dan harus
menunggu lama. Kami memutar haluan ke TSar café langgananku di sekitaran Jl.
Adenansi, aku lupa karena hari itu hari Jum’at maka café baru buka pukul 5
sore, sementara jam baru menujukkan pukul 4.30, akhirnya dengan sangat nekad dengan
mengabaikan tarif weekend yang yakin akan lebih dari biasa, kami langsung
menuju Nav Karaoke Keluarga Jl. A. Yani. Km. 2,4.
Aku sedang mengutak atik androidku
seperti biasa, setiap saat setiap ada waktu, hari itu di kursi tunggu Nav,
karena ruangan juga penuh dan kami harus menunggu 10 menit. Tempat karaoke ini
adalah tempat langganan sahabatku, Juju dan teman-temannya, aku sendiri jarang
ke tempat ini, karena lokasinya yang agak jauh dari kost.
Aku memperhatikan
orang-orang berseragam orange yang lalu lalang di hadapanku, mataku liar
berharap menemukan sesosok pria dari masa lalu yang barang kali hari itu berada
diantaranya. Bukan tanpa alasan, beberapa bulan lalu mendadak aku mendapat
titipan salam dari dua teman seangkatanku di Pendidikan Matematika, Mitra dan
Atul. Kala itu aku mendapatkan sebuah mentions dari Mitra, katanya aku dapat
salam dari Adi, salah satu karyawan disana. Usut punya usut ternyata benar, Adi
Surya, potongan masa lalu, rekor terlama hubunganku, nyaris 2 tahun berlalu.
Mitra memberikan nomor hapenya, namun aku tidak berhasil menghubunginya, terakhir
kuketahui nomornya sudah tidak aktif.
Lamunanku dikejutkan oleh
sesosok pria tidak terlalu tinggi, putih, mengenakan baju bola warna merah, aku
tidak terlalu memperhatikan tim apa, mungkin Arsenal tim favoritnya, melalui
pintu masuk dan kemudian menyapa beberapa pria yang juga duduk menunggu
beberapa langkah di hadapanku. Aku tergagap, badanku bergetar, aku memukuli
Juju yang duduk di sebelahku, aku berusaha meyakinkan diri apa yang kulihat ini
benar atau aku hanya terlalu banyak berhalusinasi, sampai beberapa temannya
meneriakkan namanya dan kemudian aku tahu, aku tidak sedang bermimpi. Ya,
semesta menginginkan akhirnya aku bertemu lagi dengannya hari itu, Adi.
Aku memandangi gelagatnya
dengan teman-temannya, suasana hatiku begitu kacau, dia melihat ke arahku
dengan ragu berkali-kali, dia lalu lalang dihadapanku namun tidak berusaha
menyapaku, bodohnya aku hanya bisa terdiam, sama sekali tidak tahu harus
berbuat apa.
Aku meneriakkan namanya, melangkah
ke arahnya, menyalaminya, tersenyum dengan penuh kemenangan dan menunjukkan
kepadanya betapa sekarang aku sangat baik-baik saja. Namun itu hanya khayalanku saja, pada
kenyataannya aku masih duduk di sofa putih ini, di sebelah Juju dan tergugu
menyaksikan sepotong puzzle masa lalu yang berdebu nampak utuh lagi di
hadapanku.
Adi adalah seseorang yang
sangat kucintai, kujaga hatinya, iya tapi itu dulu dan sudah berakhir sejak September
2010 lalu, di usia hubungan ke 1,5 tahun, rekor terlamaku dalam menjalin
hubungan. Dia salah satu yang teristimewa, dia pria baik, terlalu banyak yang
dia berikan dan dia korbankan untukku, sampai akhirnya dia lelah dan memilih
berproses di belakangku dengan yang lain. Pada masa itu aku masih terlalu
anak-anak, aku bukan pasangan yang baik, J
Aku larut lagi dalam
lamunanku, sampai mendapat panggilan karena ruangan kami sudah siap, kemudian
aku naik ke lantai dua dengan Juju dengan diantar seorang petugas.
“Boleh tanya nggak?”
tanyaku.
“Iya silakan”
“Adi itu sudah lama kerja
disini?”
“Malah udah nggak kerja
disini lagi Mbak, baru aja kok berentinya”
“Oh, kirain masih”
Ternyata hari ini dia
datang sebagai tamu, sudah bukan sebagai karyawan lagi. Pantas saja beberapa
kali belakangan aku kesini dan aku tidak berhasil menemukannya. Hatiku sama
sekali tidak puas karena tidak berhasil menyapanya dan aku tidak yakin setelah
ini aku akan bertemu denganya lagi, bodohnya aku melewatkan kesempatan itu.
Aku meluapkan segala
sesak, gundah hatiku dengan menyanyi semua lagu yang mengingatkan dengannya,
Juju hanya menikmati teriakan demi teriakanku dalam setiap lagu, selama dua
jam. Dia tahu perasaanku.
Aku mencoba dan berhasil menghubungi
kak Dayat lewat facebook, salah satu teman dekat kak Adi yang ku kenal saat
masih pacaran dulu. Sebenarnya setahun lalu aku dan Adi sempat mencoba
berhubungan baik lewat facebook, namun kekasihku yang baru menghapusnya dari
pertemanan, sampai kemudian sama sekali lost contact dengan Adi.
Keesokan harinya aku
sudah mendapatkan nomor Adi dari kak Dayat, thanks so much for that!
Aku menghubunginya, dia
membalas pesanku, kami bicara banyak, dari kabar, kuliah, pekerjaan, peristiwa
di karaoke itu, saling meminta maaf, kecuali satu hal, pasangan, entah apa dia
masih dengan wanita yang merebutnya dariku itu atau tidak, sementara aku walapun
masih sendiri namun hatiku telah terikat dengan jiwa yang lain :)
Di salah satu pesan aku
meminta satu kali pertemuan lagi, entah untuk apa, akupun tidak mengerti maunya
hati ini. Aku hanya ingin bertemu, menanyakan semua yang ingin kutanyakan,
mengetahui semua kabarnya, itu saja, selama nyaris dua tahun ini tanpa kabar
yang jelas.
Ini kutipan beberapa percakapan:
Adi : “Hehehehe
. . . Alhamdulillah bisa ketemu lagi . . “
Aku : “handak
lagi, sekaliii ja lagi ;p”
Adi : “Hehehehe
. . . InsyaAllah pasti ketemu lagi nanti . . Ulun belum siap mental”
Aku : “hahaa
pian ni lucu, handak ketemu ulun ja kayak handak UN pakai kada siap mental
segala, lagian udah hanmpir 2 tahun lewat :p “
Hanya itu saja, setelah
itu tidak ada pesan-pesan di hari selanjutnya. Apa aku tampak baik-baik saja?
Haha, bukan hanya tampak, tapi aku benar baik-baik saja, aku menyayanginya
sungguh tapi itu dulu. Melihatnya lagi sekarang aku senang, dia tampak
baik-baik saja, badannya agak gemukan, juga lebih putih dari dulu, dia tampak
ceria, Alhamdulillah.
Sekarang aku dan dia
sudah berada di jalan masing-masing, berbahagia dengan apa yang dimiliki. Dia
banyak berperan dalam hidupku, aku selalu berdoa semoga Allah memberikannya
hidup dan pasangan yang terbaikku, untuknya juga dan semoga Allah selalu menjaga kita. :)
0 komentar:
Posting Komentar