Beberapa waktu terakhir rasanya malas
sekali menonton tv, bahkan hanya untuk sekedar melihat iklannya saja. Kabar yang
disuguhkan dari hari ke hari melulu mengenai kemerosotan mental anak bangsa. Salah
satu perwujudannya dapat kita lihat dengan maraknya berkoar mengenai kasus bullying, baik di media cetak, media
elektronik maupun dalam pembicaraan sehari-hari. Sedih, gerah, greget,
prihatin, setidaknya itu yang saya rasakan setiap kali menyimak kejadian semacam
ini terus berulang-ulang. Mungkin sebagian orang masih belum tahu apa sih bullying?
Bullying sendiri memang berasal dari bahasa Inggris
yaitu “Bully” yang menurut beberapa
sumber yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya “ancaman” yang
dilakukan seseorang terhadap orang lain yang umumnya lebih lemah atau “rendah”
dari pelaku (Dr. Dian P. Aldilla, Psi). Atau
secara singkat saya menyimpulkan bullying
serupa dengan kekerasan atau penganiayaan. Beberapa kasus yang bullying yang beredar di tv atau
majalah-majalah selama ini kebanyakan membahas mengenai bullying yang terjadi di sekolah dan di tempat kerja. Sebenarnya bullying
bisa terjadi dimana-mana, bisa di sekolah, di lingkungan kerja, di lingkungan
sekitar, bahkan di rumah tangga lho… Bahkan di situs pencarian populer pun saya
cari sangat sedikit yang membahas mengenai bullying
dalam rumah tangga.
Karena saya sendiri tumbuh dan besar
dalam lingkungan keluarga besar. Maka disini saya akan mencoba membahas mengenai
bullying dalam rumah tangga melalui
sudut pandang saya. Bagaimana sih bullying
dalam rumah tangga itu?
Secara umum terdapat 3 jenis bullying, yaitu:
Bullying secara
fisik dilakukan dengan menyakiti fisik si korban sehingga dapat meninggalkan
luka. Bisa dengan memukul, menampar, bahkan kasus yang baru-baru terdengar
sampai ada yang tega membakar hidup-hidup anggota keluarganya sendiri, dll.
2. Verbal
Bullying secara
verbal memang tidak meninggalkan luka pada fisik, tetapi dilakukan dengan
menyakiti perasaan si korban. Misalnya mengejek kelemahan si korban, dll.
3. Psikologis
Bullying jenis ini juga tidak menyakiti dan
meninggalkan bekas pada fisik, namun menyerang langsung pada psikologis atau
batin si korban. Misalnya memfitnah, mempermalukan, mengucilkan, dll.
Bullying dalam
rumah tangga rentan sekali terjadi, bisa dilakukan oleh suami kepada istri, orang
tua kepada anak, kakak kepada adik, dan kemungkinan besar dilakukan oleh orang
yang lebih kuat dan lebih dominan di rumah.
Beberapa contoh dapat kita lihat di
bawah ini:
1. Ayah memukuli Andi karena telat
pulang ke rumah setelah keasyikan bermain. Ini sudah dapat kita kategorikan dalam
bullying secara fisik.
2. Kakak mengancam akan memukuli adiknya
jika adiknya melaporkan kepada Ayah bahwa kakaknya ketahuan merokok. Ancaman
merupakan bullying secara psikologis
karena dapat menyebabkan tekanan batin dan ketakutan kepada si korban.
3. Ayah membanding-bandingkan adik yang
bandel dengan kakaknya yang lebih rajin dan taat. Sepele memang kelihatannya,
tapi sebenarnya itu dapat menyakiti perasaan si adik, ini tergolong dalm bullying secara verbal. Sebab, setiap
orang ingin di kenal sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai orang lain dan ini
menyakitkan.
4. Suami memaki-maki istri karena tidak
bisa mengurus anak, padahal mengurus anak adalah tanggung jawab bersama, perceraian, hal
ini juga termasuk bullying dalam
rumah tangga, dsb.
Sekarang kita sudah tau beberapa
contoh bullying yang terjadi dalam
rumah tangga. Bisa jadi tanpa sadar selama ini mungkin kita pernah menjadi
salah satu pelakunya, bahkan mungkin sekarang pun mungkin masih.
Adanya orang yang yang lebih dituakan
dan yang lebih muda, ada ayah, ibu, kakak dan adik bukanlah sebagai alasan
untuk saling membuktikan kekuatan masing-masing. Bukan juga sebagai alasan
siapa yang harus paling didengarkan dan siapa yang harus mendengarkan, tapi
untuk saling memahami, lebih menyayangi, menjaga, memperhatikan tentu saja
dengan cara yang baik.
Mari kita lebih mendewasakan diri, menggunakan
emosi, kemarahan dan kekerasan sebagai cara untuk membuat anggota keluarga kita
agar taat dan mengerti maksud yang ingin kita sampaikan bukanlah cara terbaik. Itu
hanya akan memperburuk situasi. Pelaku bulying
diluar sana adalah korban bullying itu
sendiri di rumah tangganya.
Setiap masalah hadir dengan ribuan
jalan keluar yang baik, jadi jangan sampai menggunakan jalan yang buruk, semua
tergantung bagaimana cara kita menemukan jalan itu. Keluarga adalah segalanya. Keluarga
adalah rumahmu, tempat terbaik untuk kembali.
Mari mulai sekarang kita bersama-sama
memutus mata rantai bullying
dimanapun. Semua berawal dari diri sendiri, rumah tangga, keluarga, lingkungan
terkecil kita. Semoga kita menjadi manusia yang berpikir dalam bertindak dan
tidak mudah menurutkan hawa nafsu dan emosi. Semoga hati kita selalu diberi
kedamaian oleh Tuhan. Aamiin…
Bagi yang pernah punya pengalaman
mengalami sendiri, pernah melihat atau bisa memberikan beberapa contoh lain
kasus bullying yang terjadi dalam
rumah tangga, share bareng yuk! ^_^
Sumber :
http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/01/bullying-apaan-tuh-443317.html
http://www.google.com/imgres?um=1&hl=id&client=firefox-a&tbo=d&rls=org.mozilla:id:official&biw=1366&bih=584&tbm=isch&tbnid=_zSFOmqoPa8sCM:&imgrefurl=http://www.stopschoolbullyingnow.com/&docid=nZ48Ph0P4hdfuM&imgurl=http://www.stopschoolbullyingnow.com/images/home-photo3.jpg&w=245&h=198&ei=H4ISUerDIMrRrQfU64GQCA&zoom=1&ved=1t:3588,r:43,s:0,i:215&iact=rc&dur=7&sig=102531323382794393998&page=3&tbnh=158&tbnw=196&start=38&ndsp=20&tx=113&ty=76
0 komentar:
Posting Komentar