Sesungguhnya di masa yang katanya sudah merdeka ini kita sebagai kaum pecinta belum merdeka sama sekali. Sebab apa? Kebebasan untuk jatuh cinta masih dikebiri dan dikendalikan oleh perilaku, kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang masih mengkotak-kotakkan suatu hubungan berdasarkan kasta-kasta yang komposisinya terdiri dari gengsi dan pertimbangan yang lebih banyak kurang logis dalam mengukur pantas tidak pantasnya seseorang berdampingan dengannya seseorang yang lainnya.
Cinta yang Belum Merdeka
Sesungguhnya di masa yang katanya sudah merdeka ini kita sebagai kaum pecinta belum merdeka sama sekali. Sebab apa? Kebebasan untuk jatuh cinta masih dikebiri dan dikendalikan oleh perilaku, kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang masih mengkotak-kotakkan suatu hubungan berdasarkan kasta-kasta yang komposisinya terdiri dari gengsi dan pertimbangan yang lebih banyak kurang logis dalam mengukur pantas tidak pantasnya seseorang berdampingan dengannya seseorang yang lainnya.
Semanis Pancake
Aku duduk-duduk di tempat ini tak cuma sesekali, jauh sebelum
sering datang dengannya aku lebih sering duduk-duduk sendirian dengan segelas
lemon tea sambil menulis, membaca kamus, berselancar di dunia maya dengan wifi
gratis atau sekedar ngopi sambil ngobrol ngalor ngidul menghabiskan malam
mingguan dan nonton bola dengan kawan-kawan.
Tapi bukan berarti sembarangan orang yang kubawa ke tempat
ini, jika kali ini aku ada dengannya di sofa merah ini maka jelas karena dia bukan
orang sembarangan, dia istimewa, seisitimewa tempat ini.
Dia selalu datang ke tempat ini ketika berkunjung ke kotaku,
I’m Feeling Twenty Two!
Ini
postingan pertama yang kutulis sejak menyandang status baru sebagai eSPede
alias Sarjana Pendidikan dari program studi pendidikan matematika. Saat membuat
tulisan ini aku hampir sudah tidak mengenali lagi siapa diriku, aku lupa cara
membuat tulisan santai, tidak kaku dan manusiawi. Sebab sepanjang berapa bulan
belakangan ini kepalaku kenyang dicekoki dan jemariku puas disibukkan oleh
tulisan ilmiah yang harus berlandaskan hasil penelitian dan teori-teori yang
sudah ada terdahulu dengan aturan Times New Roman 12 pt, jarak 2 spasi, margin
4 – 4 – 3 - 3. Oke, cukup! (--“)
Kalau dibandingkan dengan tahun-tahun yang
telah lalu, postingan kali ini sebenarnya terlambat, biasanya setiap ulang
tahunku atau beberapa hari setelah ulang tahunku aku membuat sebuah postingan
tentang apa saja yang sudah aku lewati dari usia yang satu ke usia yang
selanjutnya, siapa saja yang hadir, apa saja yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan dan lain sebagainya, tapi kali ini berbeda, sudah lewat hampir 3
bulan sejak hari ulang tahunku ke 22 aku baru akan mempostingnya, karena
waktunya berdekatan dengan tahun baru, anggap aja ini sepaket sama postingan
awal tahun yang juga sama terlambatnya, tapi lebih baik terlambat dari pada
tidak sama sekali bukan? *iyain aja*
Cerita tentang usia 21 dan tahun 2014? Hhmmm… BANYAK! Ada yang menyenangkan sekaligus
melegakan banget setelah melewati banyak masa-masa sulit, masa-masa penggalauan
yang panjang dan melelahkan, tapi Alhamdulillah selalu punya banyak supporter
sehingga tidak punya alasan untuk putus asa.
Seperti
wajarnya yang terjadi dalam kehidupan, setahun belakangan ini ada banyak orang yang
datang bertandang tapi tidak sedikit juga yang mengambil jarak, ada yang datang
hanya sekelebat kemudian pergi lagi, ada yang singgah lama tapi kemudian
menjadi asing, tapi ada juga yang datang tapi memilih bertahan tidak pernah
meninggalkan.
Februari
2014 aku kehilangan kakek tercinta tapi pihak ayah, kakek meninggal karena
diabetes L Aku juga dapat beberapa orang keponakan baru, banyak hal ini
itu terjadi namun Alhamdulillah kami sekeluarga selalu diberi perlindungan oleh
Allah SWT.
Kenangan tahun 2008 dengan alm. Kai
Agustus
2014 lalu aku terpaksa meninggalkan pekerjaanku di perpustakaan jurusan PMIPA
FKIP Unlam yang setahun belakangan gajinya lumayan mampu menghidupi mahasiswa
sepertiku saat kiriman dari kampung terlambat datang. Berat rasanya
meninggalkan kebiasaan di kantor, namun tidak ada pilihan lagi karena harus
magang mengajar di sekolah SMP Anggrek Banjarmasin selama 3 bulan dan
dilanjutkan dengan menyelesaikan skripsi demi mengejar kelulusan semester gasal.
Jadi setelah resmi sarjana, sekarang cuma jadi “guru panggilan” di tempat les
aja :D
Guru magang Narsis
Banyak syukur yang tidak habis-habisnya setiap
mengingat begitu banyak kesempatan yang diberikan oleh Allah tahun ini,
mengingat begitu ketatnya peraturan di program studi dan caraku kuliah yang
nggak mau banyak ambil pusing, tahun ini Allah memberi banyak ekstra combo,
dari kesempatan melaksanakan praktik pengalaman lapangan, skripsi, seminar
hasil, sidang skripsi, yudisium hingga beberapa hari lagi wisuda. Walau
demikian, tentu saja dengan sangat tidak mudah mendapatkan itu, dari ditinggal
dosen pembimbing 1 ke Malaysia, menguras banyak tenaga, air mata, jam tidur,
berat badan dan mood yang tergadaikan. Memang melewati banyak hal sulit dalam
mendapatkan hal yang benar-benar kita inginkan menjadikan kita manusia yang
lebih bersyukur dan menghargai setiap jerih payah sendiri. Akhirnya di usia 22
sudah berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana.
Akhirnya S.Pd
Alhamdulillah
juga tahun 2014 lalu sudah berhasil punya buku indie sendiri kumpulan puisi
perayaan yang tertunda seperti yang aku ceritakan disini, kemudian di gramedia
juga punya satu buku genre parenting yang ditulis rame-rame bareng Mbak Dewi
Rieka penulis novel Anak Kost Dodol Series, satu buku rame-rame dengan judul
Ada Hikmah Dibalik Cerita, menulis satu skrip naskah sandiwara radio Romantika
Ramadhan di SKY FM 29 episode yang diputar sepanjang bulan ramadhan, juga
sempat nampang di koran (lagi) karena sok-sokan ngomongin politik yang juga
sudah aku certain disini, salah satu dari sekian banyak yang membanggakan
adalah aku berhasil menjadi relawan di event pertama Kelas Inspirasi Banjarmasin
yang merupakan anak dari Indonesia Mengajar sudah aku ceritakan juga disini.
Oya, dalam kesibukan kejar target menyelesaikan skripsi aku nyaris tidak
menulis apapun, yang tersulit bukan menulisnya, tapi nyari moodnya, tapi masih
sempat-sempatnya juga aku ngerjain satu proyek nulis bareng teman-teman yang
kami beri nama Kolaborajiwa, lebih lengkapnya nanti di postingan lain aku
ceritakan, yang jelas sekarang naskah buku kami sedang proses menuju penerbit.
November
2014, tepat di tahun ke-2 kesendirian tanpa diduga-duga aku memutuskan untuk
bersama seorang jagoan yang tidak pernah bosan mensupportku dalam melewati
masa-masa sulit, yang telinganya tidak pernah tuli mendengarkan cerita-cerita
dan keluhanku tentang ini itu, yang selalu menyediakan banyak waktu dan pelukan
hangat walaupun harus melewati hujan berkilo-kilo meter untuk sampai ke kotaku,
seseorang yang tulisannya kukagumi dan membuatku jatuh cinta berkali-kali, yang
tidak pernah bosan membangunkan tengah malam untuk shalat dan menyelesaikan
skripsi. Terimakasih banyak Hantu Dini Hari, lelaki lelet kesayanganku yang
tidak pernah bosan mengajarkan ‘tidak lupa cara bahagia’, kehadirannya
membuatku banyak belajar ini itu, lebih banyak bersyukur lagi.
Ciyeee...
Semakin
tahun semakin banyak yang sayang, beberapa surprise juga aku dapatkan dari
sahabat-sahabat tersayang, ini cara mereka menunjukkan perhatian mereka,
terlepas dari apapun bentuknya, aku sangat menghargai itu, karena bagiku sampai
di titik ini kalian masih bersamaku pun aku sudah sangat bersyukur, terimakasih
banyak.
Surprise dari sahabat-sahabat Dodol dimandikan pake adonan jus dan makanan basi yang ada di dalam kulkas :D
Surprise dari kakak yang tidak berada di tempat tapi diwakili oleh pacarnya, calon kakak ipar sekaligus best friend beraat :))
Surprise dari Ibu, Bibi, Adek dan Keponakan yang tiba-tiba datang dari kampung halaman nggak bilang-bilang :))
Surprise dari kak Rydye sahabaaat sejak zaman kuliah :D
Kado imut dari murid kelas VIII SMP Anggrek Banjarmasin, murid paling pintar matematika :))
Ini dari patner in crime sejak zaman SMA yang super kreatif @Septianawi :*
Dari
sekian banyak kejadian, ada yang tidak berubah, hidup sebagai anak yang
terbiasa tahunan jauh dari orang tua menjadikanku banyak berpikir, lebih matang
mempertimbangkan ini itu sebelum bertindak, walau tidak jarang juga jadi
kelewat lebay karena kebanyakan mikir.
Aku
bukan orang yang banyak berkeinginan muluk-muluk, beberapa hal yang ada dalam
bayangan dan belum berhasil terwujudkan adalah travelling ke luar kota,
tabungan sedang tipis, sekalipun ada rencana dengan berat hati harus dipending
dulu, melanjutkan kuliah S2 di jurusan yang sesuai dengan keinginan harapannya
oktober 2015 ini bisa lanjut ke Malang, menulis lebih banyak buku itu pasti,
daftar PNS? Nggak ah, mending daftar jadi istri kamu aja deh *ups*.
Keinginan
manusia memang tidak ada habisnya, terlepas dari itu semua tahun 2014 dan usia
21 adalah tahun yang komplit. Semakin bertambah usia semakin banyak yang
sayang, setelah dirunut ternyata banyak sekali yang sudah kudapat, semakin
banyak yang di dapat semakin murah memberi, semakin banyak bersyukur, Alhamdulillah…
SELAMAT ULANG TAHUN KE 22 LUTHFIA
Yeaaay!!
Now I’m feeling twenty two!
Selamat
datang 2015, bersahabatlah denganku J)
*Simpang Gusti, 14 Februari 2015
11.42
Rindu Ini
Rindu…
Tak dapatkah kau melihat warna hatiku?
Bukan merah, kuning, hijau ataupun ungu
Rindu ini kelabu di ujung minggu
Tak tahu malu
Masih saja terus menggebu
Walaupun raga tak kunjung menyatu
Rindu ini tak lagi menjadikanku beku
Mengertikah kau akan luka
Yang tak lagi jadi duka, sejak kau ada…
Banjarbaru, 22 November 2014
22.03
Sebuah Pengakuan
Sudah lama aku ingin melakukan ini,
tapi aku tidak menemukan cara yang tepat untuk mengungkapkannya. Pandai sekali
diri mencari alasan untuk berkelit. Sibuk adalah alasan yang paling banyak digunakan
untuk membentengi diri, gengsi adalah kenyataannya. Karena selama ini kita
tidak pernah terbiasa saling mengungkapkan perasaan. Terlalu canggung rasanya
jika diungkapkan secara langsung, sekalipun ribuan kata terangkai semuanya pasti
akan buyar begitu saja. Kemajuan teknologi dan komunikasi tercanggih sekalipun
tidak bisa membuat kita saling tahu ingin masing masing-masing. Kukira interval
jarak beratus kilometer dapat mengubah keadaan ini, namun justru malah membuatnya
terlihat sama saja. Jangankan bertemu, berkirm pesan dan surat pun sifatnya
insidentil, tak pernah saling menanyakan kabar masing-masing. Entah karena
sudah terlalu saling percaya atau terlalu terbiasa pada keterasingan.
Cemburulah...
Jika
selama ini tiada sesiapapun yang pernah kau cemburui
Maka kali ini cemburulah kepada hujan...
Karena kehadirannya jauh lebih kurindukan dari pada
pertemuan kita
Suara derainya yang jauh menyentuh genteng jauh lebih ingin
kudengarkan ketimbang nyanyianmu
Dan rintiknya yang men
yentuh jemariku jauh lebih kuinginkan
ketimbang genggaman tanganmu...
Cemburulah...
Akhirnya dia datang kepadaku, disini...
Di tanah yang jauh dari pijakmu...
Simpang Gusti, 24 Oktober 2014
12.48 PM
SegelasTerakhir
Ini pertama kalinya aku datang ke tempat ini lagi, sebuah kedai Ice Cream di jalan Tarakan seberang kantor Banjarmasin Post, tempat pertama kali aku melihat senyummu Januari tahun lalu. Selain karena ajakan Kak agus dan beberapa teman untuk bertemu disana, entah keberanian dari mana yang menguatkan untuk melangkahkan kakiku kembali ke tempat yang telah lama kuhindari sejak terakhir kali kita duduk lesehan disana membicarakan tentang perasaan sambil bergenggaman tangan sebelum akhirnya kau pergi tanpa pesan.
Semesta sepertinya sangat menyukai menceritakan hal-hal yang telah lewat kepadaku, juga tentang meja ini. Aku duduk di meja yang sama dengan waktu kita mampir kesana sepulang dari bioskop dulu. Aku seperti melihatmu mengaduk-aduk lemon teamu sambil menceritakan banyak hal. Hey, mengapa tak habis-habisnya kenanganku tentangmu.
Ya, kau memang baru saja kembali, seperti caraku yang mau tak mau kembali ke tempat ini. Tapi tidak ada yang berubah sekalipun aku berusaha memperbaiki keadaan. Sepertinya kali ini aku memang harus menghabiskan tanpa sisa segelas besar minuman yang kupesan, tidak seperti biasanya meninggalkannya dalam keadaan bersisa. Sehingga lain waktu aku bisa datang lagi ke tempat ini dengan sesuatu yang baru, tanpa mengingat pernah meninggalkan apapun disana. Cukup sudah hari-hari panjang yang melelahkan terkurung dalam satu bilik bersama kenangan dan kerinduan.
Aku teringat kata-kataku sendiri ketika menasehati teman-temanku,
Semesta sepertinya sangat menyukai menceritakan hal-hal yang telah lewat kepadaku, juga tentang meja ini. Aku duduk di meja yang sama dengan waktu kita mampir kesana sepulang dari bioskop dulu. Aku seperti melihatmu mengaduk-aduk lemon teamu sambil menceritakan banyak hal. Hey, mengapa tak habis-habisnya kenanganku tentangmu.
Ya, kau memang baru saja kembali, seperti caraku yang mau tak mau kembali ke tempat ini. Tapi tidak ada yang berubah sekalipun aku berusaha memperbaiki keadaan. Sepertinya kali ini aku memang harus menghabiskan tanpa sisa segelas besar minuman yang kupesan, tidak seperti biasanya meninggalkannya dalam keadaan bersisa. Sehingga lain waktu aku bisa datang lagi ke tempat ini dengan sesuatu yang baru, tanpa mengingat pernah meninggalkan apapun disana. Cukup sudah hari-hari panjang yang melelahkan terkurung dalam satu bilik bersama kenangan dan kerinduan.
Aku teringat kata-kataku sendiri ketika menasehati teman-temanku,
"Setampan dan semenakjubkan apapun seorang pria, jika dia tidak memperjuangkanmu maka kau tahu kapan saatnya untuk meninggalkannya"
Ini sudah saatnya untuk meninggalkan semua harapan, melahap habis dan menyerahkan segala kesakitan kepada Tuhan.
Aku akan menemukan lagi orang sepertinya, orang yang sama baiknya, tapi tentu saja juga memperjuangkanku. Ya, aku akan segera menemukan, orang baik yang memperjuangkanku...
Simpang Gusti, 21 Oktober 2014
10.20 PM
Langganan:
Postingan (Atom)