Monodrama


Diceritakan tentang kita

Definisi tentang aku dan kehadiranmu yang semu

Tentang dua keping yang saling terpisah

Oleh tatanan dimensi tata surya yang berbeda

Disatukan dalam sebuah skenario yang diciptakan-Nya

Dengan tema dan judul yang maya

Hanya ada aku dan kau

Dilengkapi permainan ‘trust’ yang turut serta

Membuat rahasia yang bercokol-cokol memberatkan kepala menjadi terkata

Siapa aku?

Mengapa harus kau?

Wujudmu yang tak tertangkap oleh mata, tetapi membuatku terbiasa

Dan terus bertanya-tanya akan hari sesudahnya

Akan menjadi apa kita?

Mungkin saja hanya akan menjadi sebuah fiktif belaka

Mungkin juga ternyata ending takdirku melingkar di jari manismu

Aku dan kau…

Sebuah monodrama yang belum usai tercipta…

Dari Mereka untuk Usia 21 :)


Banyak ucapan selamat dan do’a-do’a baik yang mengalir dari teman-teman, sahabat, keluarga di usiaku yang ke 21 tahun, baik lewat telepon, pesan, whatsaap, twitter, facebook. Apapun itu, semoga malaikat tidak kerepotan mencatat dan mengamininya. Ini dia penampakannya dari semuanya :)

Via Telepon :
Hanya satu orang, dari Kak Rudi, sahabat sekaligus kakak juga rekan sekomunitas, :)


Via SMS :

IBU
Iya sayang. Selamat ultah semoga sukses dan jadi anak kebanggaan Ibu dan Papap. Alhamdulillah banyak yang sayang sama Ayu.


PAPAP ULUN
Ya... Rabb... Ampuni dosa hambamu ini karena lemah iman, miskinnya ilmu agama hingga hamba tidak mampu mendidik anak-anak hamba menjadi orang yang menjalankan perintah agama, ampunilah dosa-dosa anak-anak hamba karena ketidakmengertian mereka, berkatilah mereka dengan keselamatan, hindarkanlah dari segala fitnah dunia dan akhirat mudahkanlah segala yang sulit, ringankan segala yang berat, Ya Rabb hamba ikhlas mnanggung semuanya karena kealfaan hamba mendidik mereka, selamat ulang tahun anakku semoga Anakku selalu dalam lindunganNya.

My Perfect Birthday Ever!


Awalnya tidak ada rencana seremonial khusus melewati malam pergantian usia, hanya duduk di sofa merah di sudut favorit café langganan, Tsar Café. Melepas suntuk di antara padatnya aktifitas dengan makan banyak, menceritakan hal-hal yang menyenangkan dan merenungi beberapa hal yang ingin ditanggalkan bersama usia yang berganti, hanya dengan Tya, adik sepupu sekaligus teman serumah yang selalu setia menemani. 


Ada hening mengantara di sela petik jarum jam yang terasa lebih lambat dari biasa dan jeda beberapa saat membuatku memunculkan kembali sedikit harap yang sempat mampir di benak beberapa saat lalu.

Cerita Malam

Rangkakan malam beriring ringkik belalang

Meringkuk bintang berpijar malang melintang

Telusup angin meremas kulit pembalut tulang

Selain kesepian tak ada lagi yang lebih jalang,

menyerang diriku yang tengah merindu dengan malang...



*Alalak Utara, 24 Oktober 2013
10.49 PM

Happy Birthday 26th "Teman Sedekat Bahu" :')



Aku memposting tulisan ini tepat memasuki hari dan tanggal kelahiranmu. Tampaknya aku terlalu egois untuk menghubungi duluan dan menyampaikannya langsung. 

Melewati hari kelahiran di tanggal yang sama setiap tahun semua orang pasti pernah mengalaminya. Hari ini kau juga, 26 tahun sudah, tentu dengan keadaan yang berbeda di setiap tahunnya, aku tidak tau apa yang terjadi padamu selama ini, bagaimana pun keadaannya kau pasti tahu cara memaknainya.

Kau terlalu dewasa dan banyak berpikir, rasanya tidak sesuai jika aku harus memberikan nasehat. Tulisan ini hanya menghimpun segala do’a dan hmm… pecahan-pecahan kerinduan yang belum berhasil kuenyahkan. Tulisan ini sekaligus mengindikasikan bahwa aku mengingat hari ini, ya semua tentangmu yang pernah kutahu, aku mengingatnya. Pentingkah? Entahlah… Mungkin tak apa jika sesekali tak harus melawan hati.

Di jalanan aku melihat ke depan, ke kiri dan ke kanan, mengamati setiap badan jalan berharap menemukan dan bisa menyapamu barang sekedipan mata. Sepertinya aku rindu, tapi bisa apa? Rasanya begitu sulit menghadirkanmu di layar handphoneku, apalagi menghadirkanmu di hadapan mataku.

Kau sedang keluar kota kan? Iya, aku selalu tahu, tidak perlu memasang muka heran demikian. Kau tahu aku mantan stalker nomor satumu.

 Sepertinya bagus seandainya saat kau kembali dengan lelahnya kemudian aku muncul bersama teman-temanmu membawa sepaket tart, lilin dan hadiah kecil di tangan, melihat rambut berantakanmu dan senyummu yang mengesankan. Jika aku melakukannya apa aku juga dapat hadiah sebuah pelukan? Sayangnya aku hanya melakukannya dalam mimpi, aku tidak punya persediaan nyali jika justru ternyata yang kudapatkan adalah respon yang tidak sesuai harapan. Aku tidak ingin tampak konyol, bukankah kita bukan anak-anak lagi? Aku harus mempertimbangkan harga hati.

Selamat ulang tahun ke 26 Teman Sedekat Bahu, yang jelas bukan karena faktor usia, yang terpenting adalah karena betambahnya dewasa. Selamat karena telah berhasil memerankan semua adegan yang telah diskenariokan Allah selama 26 tahun ini, selanjutnya bersiaplah untuk scenario-Nya yang masih rahasia. Masa lalu yang mengecewakan itu biasa, setiap orang masing-masing pernah memiliki masa kelamnya, bukan dilupakan cara terbaiknya, bukankah ingatan yang hilang lain waktu tetap akan kembali? Memaafkan dan mengikhlaskan mungkin akan lebih melapangkan.

Sekalipun Allah akan memberikan sesuatu yang kau butuhkan, namun semoga Allah juga memberikan apa yang kau inginkan secara beriringan.
Semoga Allah menunjukkan banyak jalan keluar terbaik dari apapun kerumitan yang kau hadapi.
Semoga Allah selalu melengkapkan kebahagiaan dan melimpahkan keselamatan untukmu, kedua orang tuamu, keluargamu dan orang-orang yang kau sayangi juga yang menyayangimu.
Semoga Allah melimpahkan rezeki, meneduhkan hatimu, melapangkan pikiranmu, menyehatkan dan menguatkanmu selalu.
Semoga Allah segera mewujudkan apa yang kau cita-citakan dan segera mempertemukanmu dengan seseorang kau tunggu. Tentang kita, aku yakin Allah sudah punya jawabannya sejak lama, karena itu aku tidak akan memaksa. Segala do’a terbaikku namamu terselip diantaranya.

Kau begitu istimewa, sampaikan salamku pada kedua orangtua yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikmu. Spesial terimakasih untuk Allah SWT yang telah mengizinkan jalanku dan jalanmu bertemu di sebuah simpangan yang sama untuk beberapa saat, dan aku telah mengambil hikmah diantaranya.

Sekali lagi selamat ulang tahun ke 26 ‘teman’  hanya itu yang bisa kukatakan :)



*Komplek Herlina, Alalak Utara, Banjarmasin
Rabu, 9 Oktober 2013

23.36 WITA

Kemarau

Angin musim kemarau

Mendesau bersama aroma pilu

Sebuk rindu dari pecahan cerita lalu

Turut terbawa masuk ke mata

Mengundang butir-butir air mata

Semakin berusaha mengusapnya

Terasa semakin derita


Bukankah kita pernah bersama?

Menghitung putik-putik cinta dalam satu bingkai penuh cerita


Sekarang aku telah kehabisan cerita

Kemarau telah menggugurkan semuanya

Bukan teriknya yang menyiksa

Bukan pula sepi yang memenjara

Tapi sangat sengsara rasanya bercerita

Tanpa kau yang jadi pendengarnya.



*Perpustakaan Jurusan PMIPA FKIP Unlam
Rabu, 9 Oktober 2013
13.50 WITA

Just For Mom, Happy Milad :*


“Ibu hari ini ultah yaaa? Ciyeee Ibuuuu, traktirannya yaaa? Yuks Makan-makan! Hahaa” *Kemudian dikeplak*
Oke fokus!



Ibu sayaaang…
Selamat Milad ya?
Mungkin bagi ibu hari ini tidak berarti apa-apa
Tapi tetap aja maaf karena Ayu hampir lupa,
seingat Ayu tanggal 10, ternyata hari ABRI itu tanggal 5 ya? Payah!


Ibu sayaaang…
Tidak ada yang senang usia Ibunya berkurang L
Pokoknya kalau bisa Ayu sama adek-adek harus memiliki Ibu sepanjang masa, titik.
Makanya Ibu harus selalu sehat, kuat dan bersemangat!

Portofolioku :)

Tidak pernah menyangka akan sebegini lumayan banyaknya, alhamdulillah...
Semoga bisa lebih lagi, aamiin :)


Profil di Kolom Smart Women Banjarmasin Post [2 Februari 2013], 
bersama dua blogger wanita lainnya

Semangat Baru


Hari ini tepat satu bulan kepindahanku dan adik sepupuku, Tia, ke rumah kontrakan kami yang baru. Kebetulan bertepatan dengan Sabtu malam, jadilah kami kami merayakan first monthversary sekalian menjomblo berdua di café langganan dengan segelas jus Strawberry, French Fries Jagung Bakar dan hmm… Segelas Lemon Tea.

Tidak seperti pada cerita di postingan Pindah Rumah, katakutan dan keraguan itu sudah tidak ada lagi, dengan harga sewa yang tergolong murah, rumah ini cukup besar dan benar-benar nyaman untuk kami tinggali berdua. Sekalipun jauh dari peradaban pusat kota, suasana tempat tinggal baru kami benar-benar kondusif untuk sebuah perubahan.

Iya, satu bulan lalu pada 28 Agustus 2013 kami resmi pindah ke Komplek Herlina Perkasa Permai, Kec. Alalak Utara, Banjarmasin. Rumah yang kami tempati termasuk rumah yang paling besar di blok C, warna catnya orange, memiliki dua kamar, ruang tamu yang luas, dapur, tempat jemuran ditingkat atas, kamar mandi dan wc masing-masing satu. Di halaman rumah kami punya satu pohon jambu dan satu pohon nangka, walaupun jomblo kami punya pacar loooh, pohon pacar! (- -“)

HARD SKILL VS SOFT SKILL


September identik dengan musim masuknya mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi. Di dunia kampus, ada banyak pilihan kegiatan yang ditawarkan kepada mahasiswa selain kuliah. Berbagai organisasi dan unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baik tingkat program studi, fakultas, maupun tingkat universitas telah disediakan, baik yang bergerak dalam bidang seni, budaya sampai kesehatan.

Organisasi kampus seperti unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM) merupakan kelengkapan nonstruktural pada perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wadah yang merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler di tingkat perguruan tinggi yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melatih personality, attitude, leadership, communication skill dan masih banyak lagi.

Berorganisasi erat kaitannya dengan mahasiswa, bagai dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan.

Makhluk-Makhluk Dodols

Persahabatan itu bukan sesuatu yang dapat kita buat, dia kan datang dengan sendirinya….”

Seperti itulah kami. Kami bersama-sama tanpa kami rencanakan. Kami dipertemukan di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat sekitar 3 tahun lalu. Kami dekat satu sama lain seiring dengan berjalannya waktu. Entah kapan dan siapa yang pertama kali mengproklamirkan bahwa kami adalah Sepuluh Makhluk Dodols. Kami populer dengan julukan itu di kalangan teman-teman seangkatan kami di kampus. Jangan Tanya kenapa, tentu saja kami dijuluki dodol karena kelakuan kami yang ketika berkumpul akan tampak absurd banget, gaje, disini senang disana senang dimana-mana hati kami senang, dimana ada kami keadaan pasti akan berubah hingar binger, heboh, rebut dan luar biasa tidak terkendali, hahaa

Kami tidak bersama sejak awal masuk kuliah, hanya beberapa dari kami yang saling dekat satu sama lain. Sepuluh Makhluk Dodols terbentuk dari beberapa kelompok sahabat. Misalnya Aku, Uyuy dan Mas, kemudian Adel, Cici dan Desy , Lia dan Liqna, yang memang saling mengenal sejak masa sekolah dan kemudian disusul dengan Kiki Kecil dan Kiki Besar.

Pindah Rumah

Tidak terasa sudah masuk awal Agustus aja. Itu artinya sudah nyaris tiga tahun aku jadi salah satu penghuni kos ini.

Kurang lebih tiga tahun lalu, waktu awal-awal aku jadi mahasiswa baru, kakak sepupuku yang juga senior di kampus mengajak dan mengenalkanku pada kos ini. Lega karena artinya aku tidak perlu mondar mandir mencari kos lagi seperti layaknya mahasiswa baru lainnya. Maklum, musim awal masuk kuliah seperti ini kosan menjadi hal yang paling populer dan langka untuk dicari.

Kos ini tidak seperti kos lainnya. Tidak ada papan nama atau pengenal lainnya yang terpampang, hanya saja kami lebih sering menyebut dengan kos dodol Ibu Dewi.

Mereka bilang saya The Queen Of PHP!

Mereka bilang saya PHP, Pemberi Harapan Palsu. Sebagian lainnya bilang saya pembual, pengobral cinta juga suka gonta-ganti pasangan!

Heh?? Saya pikir saya tidak cukup cantik, beberapa bekas jerawat yang tumbuh belum hilang dari wajah saya. Saya juga tidak seksi, body saya penuh dengan tulang menonjol disana sini bahkan saya tidak pernah berpakaian pendek dan terbuka. Saya juga tidak begitu pintar di bidang saya, saya akan menghabiskan waktu 4,5 tahun untuk lulus dari Sarjana Pendidikan Matematika dan saya cukup sibuk bahkan dengan setumpuk kegiatan saya, saya sudah tidak punya waktu lagi untuk mengurusi pasangan jika ada. Lalu apa yang bisa saya ajukan untuk menjadi modal sebagai pelaku PHP dan pengobral cinta?

Seseorang yang suka membual, mengobral cinta dan memberi harapan palsu tentu tidak pernah merasakan sakitnya cinta. Saya pernah jatuh cinta, dan saya juga pernah sangat luka karena cinta. Bahkan sekarang saya tengah putus harapan terhadap cinta. Saya tahu rasanya, lalu apa alasan dan keuntungan bagi saya untuk membalikkannya kepada orang lain untuk merasakannya juga?
Jika saya seorang PHP, pembual dan pengobral cinta tentu sekarang saya sudah punya banyak cinta, pada kenyataannya saya tidak punya satupun pasangan dan saya masih single kan di usia kepala dua?

Tapi abaikan saja, saya tidak peduli dan tidak akan pernah peduli dengan apa yang dikatakan mereka. Toh, mereka tidak mempengaruhi dan tidak memberikan sumbangsih apa-apa bagi hidup saya. Dengan saya menjelaskan bahwa saya bukan seorang PHP, bukan seorang pembual juga bukan seorang pengobral cinta tidak akan mengubah persepsi mereka tentang saya. Mereka hanya kan menganggap saya membela diri dan mencari pembenaran atas tindakan saya. Bukankah setiap orang akan selalu mencari pembenaran atas dalil yang mereka buat?

Saya SINGLE, iya atau bahasa populernya JOMBLO! Ini sudah jadi pilihan saya sejak terakhir kali gagal dengan pasangan saya. Saya bosan terjebak dalam drama picisan cinta yang dangkal. Senangkah saya? Tidak selamanya senang, tentu tidak setabah ini juga seandainya saya tidak pandai-pandai membuka hati dan berteman baik dengan setiap orang.

Mereka bilang saya suka gonta ganti pasangan, kapan?? Saya memang single, bukan berarti saya tidak punya teman pria kan? Saya tidak sekesepian itu dan tidak akan pernah jadi semurahan itu. Saya punya banyak sahabat yang tidak pernah henti meramaikan kesendirian saya. Baik wanita maupun pria. Jikalau tampak saya memang lebih sering tampak berkumpul dengan jumlah pria lebih banyak daripada wanitanya karena memang mereka orang-orang terpilih, mereka teman-teman terbaik saya. Ketika saya kesepian saya tidak perlu sedih karena tidak punya pacar, ada mereka menemani saya nongkrong, diskusi, membicarakan banyak hal, di café, di jalanan, dimanapun yang kami mau, bahkan hanya sekedar duduk-duduk minum teh es, mau itu pagi, siang, sore maupun malam. Saya tidak pernah punya transportasi untuk perjalanan jauh, ada mereka juga yang sedia menjemput saya. Ketika persediaan dana dalam dompet saya menipis sementara hidup masih harus terus dilanjutkan, kepada mereka jugalah saya larinya, demikian juga sebaliknya. Walaupun tidak pacaran tapi mereka tidak pernah membiarkan saya makan sendirian. Ketika saya melakukan kebodohan, kesalahan, mereka akan memaafkan saya sebelum saya minta. Ketika saya sedih, patah hati, kecewa, bahagia, bahu merekalah tempat saya bersandar, mengusap air mata dan turut tertawa dengan saya. Saya tidak pernah segan-segan menjadi supporter ketika mereka main futsal, bahkan untuk sekedar nongkrong-nongkrong di gramedia atau twenty one. Saat tidak bertemu raga kami sering berbicara di social media, tentang  kerinduan, tentang apa saja. Saya dan mereka sangat akrab. Tapi tidak sekalipun mereka mereka menyebut saya PHP dengan serius, kecuali hanya bercanda. Ya itulah sahabat-sahabat saya, setidaknya mereka tulus menemani saya, hidup dengan saya tanpa kepalsuan dan menutup-nutupi mereka yang apa adanya, tanpa mengharapkan apa-apa. Ini adalah konsep pertemanan yang saya dapatkan selama bersama mereka.

Tidak seperti pria lain kebanyakan. Istilah PHP, entah siapa yang pertama kali menemukan. Yang jelas ini adalah zaman dimana ketika bersikap baik terhadap lawan jenis lalu kita dianggap memberi sebuah harapan walaupun kita tidak bermaksud demikian dan kemudian selanjutnya kita disebut sebagai pemberi harapan… PALSU!

Saya pernah dekat dengan seorang teman, kami berinteraksi lewat chat di beberapa social media, saya bercerita semua tentang saya, begitu juga dia, saya selalu berusaha bersikap baik terhadap semua orang juga termasuk kepadanya. Saya juga selalu berusaha membuka hati, tapi tidak menjamin kemudian akan dengan mudahnya saya mengiyakan untuk sebuah hubungan. Sejak awal saya selalu menegaskan ketika lawan jenis menganggap saya dan dia dengan dalam proses pembentukan hubungan, saya tidak dapat menjanjikan saya bisa, saya perlu beberapa waktu untuk mempertimbangkan. Ketika saya menemukan alasan sebuah kecocokan tentu saya akan melanjutkan namun jika saya tidak menemukan alasan untuk sebuah kecocokan untuk membangun sebuah hubungan, secepat mungkin saya akan memutuskan untuk terus berteman baik. Dan sayangnya kala itu sepertinya saya diperhitungkan telah membuka tabir PHP, saya ditegaskan sebagai pelaku PHP! Memang tidak dikatakan secara gamblang, tapi dalam beberapa kesempatan dan sindiran-sindiran semuanya mengarah kepada saya. Iya saya, mereka bilang saya The Queen of PHP ini this century!

Tersinggungkah saya? Tidak perlu merasa demikian. Saya malah gelak menertawakan title baru saya. Apapaun saya tidak akan merubah sahabat-sahabat saya, mereka tetap seperti biasa, tidak ada yang merasa ketakutan jadi korban PHP, walaupun saya telah mendapatkan gelar demikian. Mereka masih seperti biasa, tertawa dengan saya, menemani saya makan, nongkrong, bercanda, diskusi, berbagi ilmu, pelajaran hidup, juga semakin menabahkan saya dalam kesendirian saya.

Sampai sekarang kesinglean saya nyaris memasuki hitungan tahun, kelakar berapa beberapa teman saya masih single karena pria-pria takut mendekat karena saya PHP, hahaa. Wanita seperti saya agaknya memang sedikit membuat takut pria-pria mendekat. Tingkat kesibukannya tinggi, hal-hal yang tidak memengaruhi masa depan saya jelas akan menjadi hal yang saya abaikan. Tak apa, walaupun kada keinginan memiliki pasangan tidak terkendali datang, saya tidak pernah takut kekurangan cinta karena tidak punya pasangan. Ada keluarga dan banyak sahabat yang selalu menyemangati, mendukung dan tidak membatasi perkembangan hidup saya. So, apapun yang mereka bilang tentang ke-PHP-an saya, saya tidak peduli pada kenyataannya saya masih proud to be single happy! :)


*Dengan tersenyum
Kayu Tangi, 1 Agustus 2013
3.12 AM


Tentang Teman Sedekat Bahu


 Enam bulan. Tidak, mungkin lebih lama atau sedikit lebih singkat dari itu waktu berporos mengiringi perkenalan kita. Berawal dari suatu hari awal tahun lalu, seorang sahabat menculikku untuk menghadiri kopdar sebuah komunitas pengguna Android Kalimantan Selatan dimana dia menjabat sebagai ketua yang baru. Kedai D’Moya di sekitaran jalan Kayu Tangi yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari kosku, disana pertama kali aku melihatmu.

Malam itu kamu tampak sibuk dengan panggilan-panggilan yang masuk ke handphonemu, terkesan agak cuek, kau juga tidak mengenalkan diri, bahkan kaupun tidak menyaksikan perkenalanku seperti yang lain. Tapi dari sekian banyak laki-laki yang hadir, kamulah satu-satunya yang membuat perasaan ini berdesir.

Aku tidak begitu nyaman dengan keadaan malam itu, berkumpul dengan begitu banyak orang baru, aku terus mengekor sahabatku yang bertanggungjawab karena menculikku. Namun kehadiran perdanaku malam itu tidak menghalanginya menjadikanku sekretaris di komunitas itu. Aku bukan penganut paham ‘love at first sight’, namun kuakui kamulah salah satu alasan yang kupertimbangkan ketika mengiyakan tawaran itu, penasaran dan ingin mengetahui tentangmu lebih jauh.

Hari-hari berlalu kulewati seperti biasa, sebagai orang baru di komunitas itu aku memfollow akun twitter anak-anak komunitas, salah satunya akunmu dari situ aku tahu nama panggilanmu, tentang hobi bikersmu, tentang salah jurusanmu, tentang psikolog jadi-jadianmu. Akun yang terkadang romantis, tapi lebih sering sok motivator, sekarang sudah berubah jadi akun berita entah mungkin besok-besok akan berubah jadi akun apa. Aku juga menyimpan nomor handphonemu bersama nomor anak-anak komunitas yang lain dari sebuah grup Whatsapp komunitas, walau demikian aku tetap hanya menyaksikanmu di grup tanpa berani memulai apapun bahkan hanya untuk sekedar sebuah chat.

Kopdar selanjutnya, pertemuan kita yang kedua, suatu sore di Café Gelatto jalan Tarakan dekat kantor Banjarmasin Post. Seperti biasa aku datang dengan sahabatku, hari itu kau mengenakan baju hijau bersandar di tiang listrik depan café sedang asyik berbincang dengan beberapa orang sambil menunggu anggota komunitas yang belum datang, sedangkan aku hanya terdiam tertahan, tidak tau harus berbuat apa. Aku ingat senyum pertamamu kepadaku hari itu. Begitu pada pertemuan-pertemuan selanjutnya, hanya bisa terdiam dan tertahan setiap melihatmu, tanpa berharap berdekatan atau kesempatan, yang ada malah aku ketakutan setiap melihat kecuekanmu.

Waktu terasa cepat berlalu, tapi kala harus menghabiskan waktu tanpamu entah mengapa terasa begitu lambat, rasanya seperti jalan di tempat. Hari ini tepat bulan ketiga terhitung sejak kali pertama aku mengirimkan sebuah pesan Whatsapp yang mengantarkan kita pada percakapan-percakapan panjang.

Siapa sangka sebuah keisengan berbuah kesempatan. Entah bagaimana dan siapa yang memulai sehingga membawa kita terlibat pada percakapan panjang penuh modus-modus bertebaran di twitter hari itu. Aku juga membolak-balik daftar kontak di Whatsapp, tanpa sengaja aku membaca statusmu yang mengatakan bahwa kamu sedang mengalami sebuah kecelakaan.

Selain agak terkejut dan sejujurnya sedikit khawatir, aku menjadikan itu salah satu alasan untuk mengumpulkan keberanian memulai sebuah percakapan. Seperti iseng-iseng berhadiah, kalau dibalas ya syukur, tidak pun tidak apa-apa, biasa saja.

Tapi ternyata aku salah, diluar dugaan kamu malah menceritakan panjang lebar kronologis kejadiannya bahkan tanpa menanyakan nomor yang tertera atau akun milik siapa, aku menyimpulkan kamu sudah tahu akun Whatsapp itu milikku.

Awal yang cukup baik. Menurut pengalaman menghadapi berbagai macam tipe pria,  menurutku ketertarikan lawan bicara terhadapmu dapat diukur dari respon pertama yang diberikannya pada awal-awal percakapan.

Sejak hari itu, 15 Maret 2013 pesan-pesan Whatsappmulah yang membuat potongan  ‘I remember’nya Mocca itu selalu kutunggu. Pagi, siang, sore, malam, percakapan-percakapan panjang dari bangun tidur, sampai tidur lagi. Tidak akan ada yang mengakhiri  sampai ada yang tertidur duluan atau sama-sama tertidur dan tidak bisa saling membalas lagi.

Membicarakan tentang banyak hal denganmu, dari hal terpenting sampai yang sangat tidak penting. Aku tidak pernah kehilangan respon positif seperti pertama kali kita chat, dari setiap bahan percakapan kita, kau selalu memperhatikan, menunjukkan wajah seolah-olah kau tertarik dan selalu merespon dengan baik, membuat lawan bicaramu ini merasa sangat dihargai.

Hari-hari dengan pesan Whastappmu, aku mulai terbiasa denganmu, semua tentangmu, nama lengkapmu, rumahmu, rumah kedua orangtuamu, tempatmu bekerja, hobimu, juga tentang lemon tea favoritmu, semuanya, aku mulai memahami dan mengetahuinya satu per satu.

Aku mulai terbiasa dengan sapaan ‘Udah bangun?’ di pagi hari, ‘Makan ingati’ di siang hari, ‘Udah pulang kerja?’ di sore hari dan percakapan seru lainnya di malam hari.

Ya, aku selalu ingin mengetahui semua tentangmu, aku menyukai semuanya, tanpa terkecuali satu pun. Begitu sederhana cara kita saling mengenal, namun bagiku ini luar biasa, adalah berkah tiada tara yang diberikan  Tuhan untukku.

***

Selama seminggu kita ‘akrab’ lewat Whatsapp, tanpa tatap muka. Aku mulai berani menyapamu di twitter, juga di grup Whatsapp, kita juga berhubungan di facebook, We Chat dan beberapa media sosial lainnya, tanpa merencanakan pertemuan dengan sengaja sekalipun.

Namun tampaknya semesta mengatur cerita sedemikian rupa sehingga pada suatu malam ketika lagi-lagi aku menggunakan rumus iseng-iseng berhadiah dengan menawarkanmu mampir ke kosku ketika kebetulan kamu sedang berkeliaran di sekitar jalan Kayu Tangi dan belanja di Mini Market Tulip dekat kosku dan kamu mengiyakan.

Aku gelagapan. Berusaha membalas pesanmu namun jaringan internet sedang sangat buruk. Beruntung karena handphoneku yang satunya berdering, telepon darimu. Malam itu pertama kali aku mendengar suaramu lewat telepon.

Kamu mengajakku makan karena memang hari itu kamu tahu aku sama sekali tidak menyentuh nasi sedikitpun. Sebentar saja berselang aku telah duduk di belakangmu, dengan kostumku yang seadanya karena tidak ingin membuatmu menunggu lama di depan gang sana. Aku merasa buruk dengan sweater dan baju abu-abu, jilbab hitam dengan sandal coklat yang sama sekali tidak maching. Motormu bergerak lambat, tidak seperti jantungku yang bergerak sangat cepat diluar kendali.

Entah ini boleh disebut dengan sebuah date dadakan atau tidak. Aku ingat bagaimana dan dimana tempat kita makan pertama kali, masih sekitaran Jalan Kayu Tangi tepatnya di Warung Garong.

Rasanya seperti mimpi, seperti berkah tiada tara yang datang begitu saja kepadaku. Kita bicara seperti orang yang sudah lama saling mengenal. Kamu makan banyak, aku makan dengan tenggorokan terasa tercekat, karenamu seseorang yang selama ini hanya bisa dekat lewat chat, sekarang berada begitu dekat beberapa jengkal di hadapanku.

Aku tidak berani banyak bicara karena kamu melihatku terlalu lekat, aku jadi gugup dan selalu berusaha mengalihkan pandangan. Malam itu kamu tampak begitu menakjubkan.

‘Entah kapan lagi akan mendapatkan kesempatan seperti ini?’ begitulah selalu tanya hati.

***

Hari itu Rabu, sangat melelahkan karena Praktik Kerja Lapangan yang mengharuskanku berangkat pagi-pagi dan memerlukan waktu beberapa jam untuk menuju lokasi medan melaksanakan kegiatan  di dua buah sekolah di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Namun ajakan makan bakso lewat pesan Whatsapp yang kuterima darimu ketika di perjalanan pulang melenyapkan segala lelah. Sepertinya sehati, sebab baru saja terbesit dalam pikiranku untuk mengajakmu keluar, tapi kau sudah menyampaikannya terlebih dahulu.

Pukul 7 malam aku sampai kos, segera mandi dan menyiapkan diri. Kau akan menjemputku pukul 8 karena masih ada pekerjaan. Aku sempat tertidur menunggumu, ketika terbangun dan aku belum menerima pesanmu rasanya begitu gelisah, berbagai kekhawatiran melanda. Tak sempat lama kau biarkan aku dalam keadaan itu, kau datang dan kita pergi makan sesuai dengan yang kita janjikan.

Ketika makan, kamu tidak pernah membiarkanku duduk disampingmu seperti yang biasa kulakukan, kamu memintaku duduk berhadapan denganmu, posisi yang akan membuatku lebih banyak melihatmu dan lebih banyak juga ketakutan, aku takut melihat matamu, aku tidak mampu mengendalikan detak jantungku.

‘Capekkah? Atau mengantuk? Kalau capek aku antar pulang, kalau nggak, aku mau ajak jalan dulu’ katamu.

Tentu saja aku tidak mungkin menyia-nyiakannya. Aku mengiyakan ajakanmu. Sebab, aku tidak pernah tau kapan lagi akan datang kesempatan semacam ini lagi kepadaku.

Setelah selesai makan kita lanjut duduk dan ngobrol banyak sekali di Siring seberang Mesjid Raya yang terletak di tengah-tengah pusat kota. Kita duduk bersebelahan melihat kelap kelip warna warni lampu di seberang sungai. Aku merapatkan sweaterku karena merasa dingin, entah keberanian dari mana yang membuatku kemudian dengan lancangnya menyandarkan kepalaku di bahumu, aku sudah siap dengan segala respon yang akan kau timbulkan, respon terburuk sekalipun. Lagi-lagi aku salah sangka, ternyata kau hanya diam  tak mengelak sedikitpun.

Aku bersyukur karena malam itu tidak ada pengamen maupun pengganggu lain yang akan mengacaukan. Malam itu rasanya begitu sempurna, aku tidak ingin mengakhirinya. Tanpa terasa 3 jam berlalu, waktu telah bergerak menuju angka 12, kau masih tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri percakapan kita, begitu juga aku, awalnya banyak orang berlalu lalang sampai hanya tersisa kita berdua dan segerombol orang entah dari komunitas apa, kemudian lampu-lampu siring mati dan hujan mengusir, memaksa kita untuk pulang.

Waktu begitu cepat berlalu, sepertinya aku ingin menghentikannya saja.

***

Hari-hari terus berlalu, hatiku mulai bertanya-tanya ‘Ada apa dengan kita?’. Getaran-getaran itu semakin membuat hati berani menunjukkan maksudnya.

‘Butuh waktu berapa lama untuk memastikan bahwa seseorang itu saling cocok?’ tanyaku di suatu percakapan kita di Whatsapp.

‘Selama-lamanya, sampai seperti kata NOAH aku mengerti, kamu mengerti aku, atau seperti kata D’masiv Aku percaya kamu tak peduli apa yang orang katakan tentang kamu’ jawabmu.

Aku begitu menikmati kedekatan kita, harapan-harapan yang semula tidak pernah ada perlahan mulai muncul satu per satu.

Di  pertemuan lain aku mendapat kesempatan mengulang bersandar di bahumu ketika kau mengajak ke XXI satu-satunya di Duta Mall yang juga mall satu-satunya di Banjarmasin. Seharusnya hari itu kita nonton film horror, tapi karena kita telat dapatnya malah Tampan Tailor.

‘Aku kalau nonton suka cengeng, nggak bisa terharu dikit bisa nangis, jangan diketawakan’ aku membisikimu.
‘Nggak apa-apa, aku tau kok, santai aja’ katamu sambil senyum-senyum.

Dibeberapa adegan menyedihkan sepanjang film aku menahan berat mata karena malu kalau kelihatan menangis, mataku berkaca-kaca, sesekali kau melirikku apakah aku menangis walau ternyata tidak, kau menggenggam tanganku sampai film selesai dan kita keluar bioskop, aku gelagapan sendiri, jantungku seperti mau loncat, lagi-lagi seperti mimpi.

Hari itu aku merasa seperti wanita paling beruntung dan bahagia di dunia.

***

         Pertemuan demi pertemuan terasa luar biasa. Aku ingat hari dimana kita tersesat di Landasan Ulin karena kesoktahuanku ketika kau mengantarku ke rumah keluargaku. Aku juga ingat kali kedua kita nonton dan kepergok anak-anak komunitas. Aku ingat ketika kita bertengkar kecil dan kembali baikan dengan syarat menerima ajakan makan sebagai alasan karena sebenarnya aku mengharapkan sebuah pertemuan. Kemudian ke Gramedia di jalan Veteran, tertawa-tawa melihat buku Generasi 90an, menyisir rak demi rak buku, dari tentang obat herbal sampai psikologi kematian kau membeli buku yang ku mau tanpa ku tau. Ketika kita menghabiskan malam dengan sebuah pertemuan di depan jembatan gang, sungai dan portal, aku ingat katamu hari itu ‘Anggap aja kita lagi di pinggir pantai’. 

Yang paling kusuka ketika kita bicara tentang perasaan dan kau tak hentinya menggenggam tanganku, ketika aku menjanjikan sebuah penantian walau pada kenyataannya tidak semudah itu aku bertahan. Ketika aku menanyakan apa kita teman dan kau jawab ‘iya kita teman, teman sedekat bahu’. Setidaknya aku tahu, perasaanku tidak bertepuk sebelah tangan, hanya saja kamu perlu waktu untuk memastikan.

Aku ingat semuanya, andai mungkin inginku runut semuanya sejak awal sampai sekarang tentangmu, tanpa kulewatkan satupun untuk kulupakan. Apapun dan bagaimanapun cara kita menghabiskan waktu selalu menjadi syukur tiada taraku atasmu.

Kamu hadir tanpa kurencanakan, di saat aku  nyaris mengabaikan segala bentuk kepercayaanku atas wujud cinta.  Awalnya aku begitu berhati-hati, aku tau seberapa lama aku memulihkan hati sejak kegegalan hubungan yang terakhir dan memilih hidup sendiri menarik diri dari percintaan. Namun kamu hadir berbahasa cinta, bercahaya penuh harapan. Pelan saja, lembut menyentuh pintu yang sudah lama berkarat dan berhasil menemukan kuncinya kemudian membukanya.

Kamu pernah tanyakan sebuah alasan terkait kenapa aku memilihmu untuk mempercayakan hatiku. Tidak satupun kata dapat kulontarkan sebagai alasannya. Jika karena kamu tampan, kamu mapan, kamu perhatian, kemudian jika semua itu hilang lantas aku harus berhenti bertahan? Lalu alasan mana yang harus kuutarakan untuk meyakinkan ketika kamu mengatakan bahwa kamu not a special one? Tahukah kamu bahwa cinta adalah alasan kemenerimaan itu sendiri. Dalam cinta tidak semua hal harus kau logikakan ketika hati menuntut banyak peran dalam arah perasaan.

Tapi jika kau memaksa aku harus mengutarakan alasannya, ya harus kuakui aku mengharapkan seseorang sepertimu sebagai tempat pelabuhan terakhirku. Kamu tampan meskipun di twitter kamu menyatakan kamu bukan orang tampan, kamu menyenangkan walaupun terkadang menyebalkan, kamu sangat dewasa, jalan berpikirmu panjang walaupun itu juga yang terkadang membuatmu pusing, kamu begitu peduli dengan keluarga, kamu perhatian bukan hanya terhadapku tapi kau juga selalu menyakan kabar keluargaku, aku nyaman berada di dekatmu, aku merasa mampu mempercayakan hari depanku kepadamu. Walaupun berkali-kali kau mengatakan alasan klise ala anak sekolahan bahwa kita tidak cocok, kamu menganggap dirimu tampak begitu buruk dan aku terlalu baik, itu tidak akan membuatku menyerah atasmu. Aku tidak pernah benar-benar memperjuangkan apa yang kuinginkan, tapi denganmu setidaknya aku tahu apa yang tidak ingin kulepaskan kali ini.

Walaupun beberapa waktu lalu aku pernah mengatakan aku telah memutuskan untuk menyerah saja, tapi kenyataannya tidak pernah bear-benar seperti itu. Memang aku lelah, aku juga marah, tapi itu bukan alasan ketika aku memutuskan untuk menyerah. Yang sebenarnya adalah aku tau rasanya dicintai dan diharapkan berlebihan sementara di sisi lain kau tidak bisa membalasnya, sangat tertekan. Aku pernah merasakan, aku mengerti, makanya aku tidak ingin lagi memaksamu untuk segera memastikannya.

Benar seperti katamu, kita sudah berada pada usia dimana tidak seharusnya lagi bermain-main, mencoba-coba, gagal dan kemudian menyakiti banyak orang, kita juga sudah tidak memiliki waktu untuk move on setelah gagal, biarkan waktu yang menjawabnya.

Aku sudah membebaskanmu, pergilah ke belahan dunia manapun yang kamu, temukanlah semua hal terbaik yang kamu mau, bahkan jika itu wanita terbaik, jika sampai pada waktunya kamu tidak berhasil menemukan dan kamu sudah lelah. Pulanglah, aku ada seperti biasa, mencintai sepertimu apa adanya dan masih di tempat yang sama, menunggu waktunya tiba.

***

Hari ini seperti biasa, masih dalam kesadaran bahwa aku terlibat dalam sebuah penantian. Ketika membuka mata di pagi hari dan membiarkan senyumanmu membayang di pelupuk mata dan membiarkannya kembali memberatkan mata untuk tertidur ketika malam tiba.

Disini, di sofa merah café tempat kita duduk malam itu, dengan segelas ice lomen tea favoritmu yang kubiarkan mencair, kenangan itu masih kunikmati walaupun terasa hambar karena kau tak termiliki.

Hey ‘teman sedekat bahu’, aku tidak pernah berubah terhadapmu, aku hanya butuh waktu untuk memantaskan diri untuk mengajukan diri sebagai pendampingmu. Menjadi wanita tercantik yang kau puji setelah Ibu dan saudara perempuanmu, menjadi wanita yang akan merapikan dan tidak akan membiarkan rambutmu berantakan setiap hari, menjadi wanita yang mencuci paling bersih, rapi dan wangi sehingga kau tidak perlu ke laundry lagi, menjadi wanita yang paling pandai memasak agar kau tidak pernah merasa bosan makan, menjadi wanita yang memiliki segudang solusi untuk setiap masalahmu agar kau tak perlu ragu lagi untuk membaginya kepadaku, menjadi seseorang yang selalu menjagamu bahkan takkan kubiarkan seekor nyamuk pun mengganggumu, menjadi seseorang yang selalu berjalan bersisian denganmu, mendampingimu menjalankan setiap adegan yang diskenariokan Tuhan dalam kehidupan.

Aku hanya merasa tidak bisa terus mengharapkanmu tanpa merasa pantas untuk memilikimu.

Tentangmu, dalam setiap sujudku aku selalu berdoa semoga Tuhan memasangkanku sebagai tulang rusukmu. Tapi jika bukan kau, aku tidak pernah berubah akan syukurku, karena Tuhan menunjukkan banyak hikmah dan aku banyak belajar dari kehadiranmu.

Maaf karena sudah banyak menyusahkan, maaf karena terkadang aku kekanakan, maaf dan terimakasih. Hadirmu adalah berkah tiada tara buatku, apa yang kudapatkan selama ini lebih dari apa yang pernah kuharapkan sebelumnya, walaupun semakin hari juga semakin ingin lebih lagi.

Saat berusaha menyelesaikan tulisan ini aku sedang menahan banyak inginku atasmu.  Aku tidak berharap kau tersentuh, karena ini bagimu mungkin hanya sebuah variasi, aku mengerti.



*Diposting ketika kupikir aku sudah menyerah, ternyata belum.

Ditulis ketika ke-GR-an dan sebelum berpikir untuk menyerah.
Tsar Cafe, 15 Juni 2013
11.02 PM