HARD SKILL VS SOFT SKILL


September identik dengan musim masuknya mahasiswa baru di berbagai perguruan tinggi. Di dunia kampus, ada banyak pilihan kegiatan yang ditawarkan kepada mahasiswa selain kuliah. Berbagai organisasi dan unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) baik tingkat program studi, fakultas, maupun tingkat universitas telah disediakan, baik yang bergerak dalam bidang seni, budaya sampai kesehatan.

Organisasi kampus seperti unit-unit kegiatan mahasiswa (UKM) merupakan kelengkapan nonstruktural pada perguruan tinggi yang berfungsi sebagai wadah yang merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler di tingkat perguruan tinggi yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melatih personality, attitude, leadership, communication skill dan masih banyak lagi.

Berorganisasi erat kaitannya dengan mahasiswa, bagai dua sisi mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan.


Namun tak jarang pula justru menimbulkan dilema tersendiri bagi mahasiswa, menimbang tugas utama mahasiswa di dunia kampus adalah untuk kuliah, sebagai sarana meningkatkan keahlian dan keterampilan fisik (hard skill). Sedangkan mahasiswa yang nantinya akan berperan sebagai aktor dunia kerja dituntut tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja, namun juga piawai dalam aspek soft skill, seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, etos kerja yang tinggi, ketahanan mental, kejujuran dan aspek-aspek lain diluar materi teknis dan akademis yang didapatkan dalam jam kuliah.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jadwal kuliah yang padat dan atribut-atribut perkuliahan seperti banyak tugas, laporan dan lain sebagainya nyatanya sering menjadi suatu alasan bagi mahasiswa untuk tidak terlibat dalam organisasi.

Jika setiap mahasiswa mampu mengasah bakatnya, tentu dengan tidak mengesampingkan kemampuan akademiknya, secara otomatis akan membangun dirinya sendiri, membangun lingkungan, membangun masyarakat, kemudian membangun Negara. Bayangkan apabila mahasiswa hanya mengandalkan kemampuan akademiknya, maka Ia hanya akan membangun dirinya sendiri. Begitu juga mahasiswa yang hanya mengandalkan sosialnya tanpa intelektualitas, maka Ia hanya akan membangun lingkungan. Dengan begitu mahasiswa dituntut untuk seimbang dalam mengembangkan kecerdasan akademik dan kecerdasan sosial sehingga apa yang dapat diterapkan oleh mahasiswa tersebut nantinya dapat tepat guna atau efektif, yang tidak hanya menjadi pengangguran, dapat juga disebut sebagai mahasiswa mubadzir yang tidak berperan pada lingkungan sekitar.

Dengan demikian, apakah masih dapat kita beranggapan bahwa hard skill tidak dapat berjalan bersisian dengan soft skill, sedangkan porsi kepentingannya saling melengkapi??


*Pernah dimuat di Buletin Portal LPM Kinday Unlam Edisi XIII, Februari 2011 (dengan revisi)
Luthfia Ayu Karina

2 komentar:

Zulfikar mengatakan...

Mantap!!! tapi sayangnya portal tidak diterbitkan lagi dengan alasan diganti dengan media weblog. Aku sebagai salah seorang pencetus PORTAL menyayangkan hal tersebut, menurutku mengurangi corong aspirasi merupakan suatu hal yg kurang bijak dalam dunia pers media

Luthfia Ayu Karina Rani mengatakan...

Nah, masa kak Portal sdh kdd? Baru tau ulun...
Wah sayang ya? Padahal dlu waktu awal2 gabung seneng bgt bs ngisi bulletin tu
Tapi kak mgkin ada alasan kenapa msti dihilangkan

Posting Komentar