Awal yang ke Sekian

Selamat Hari Blogger Nasional. Sebagai orang yang pernah mengaku blogger dan masuk dalam kolom Smart Women Tribun sebagai blogger wanita, aku merasa buruk sebagai ketika menyadari bahwa postingan terakhir di blog ini sudah lama sekali, nyaris setahun yang lalu. Walau sebenarnya blog ini kosong bukan karena aku tidak menulis sama sekali, aku masih menulis, banyak hal, tapi aku sedang lebih senang mempostingnya di facebook atau instagram karena hanya berupa tulisan pendek dan menulis beberapa tulisan ilmiah yang berkaitan
dengan kuliah yang tidak berniat aku publikasikan karena sebagai pemula di tulisan yang serius seperti itu aku mengkhawatirkan ada yang terlewat dalam daftar pustakanya dan menjadi plagiat tanpa sadar. Aku belum cukup kebal kritik untuk tulisan ilmiah. 
Memang sudah tabiatku yang sangat tidak menyukai menulis tulisan terstruktur dan ilmiah yang serius, aku menyukai jiwaku yang bebas, aku lebih senang tulisan yang santai, bebas tanpa batas. Harus menulis dengan serius karena berupa tuntutan membuatku menguras banyak waktu dan energi untuk dapat membuatnya dengan maksimal. Tapi aku cukup menikmati proses belajarnya. Aku sadar itu bukan alasan yang cukup tepat tapi juga tidak terlalu sombong rasanya jika aku mengatakan bahwa setahun belakangan aku terlalu fokus belajar sampai rasanya malas sekali melakukan hal lain di luar itu.
Waktu berjalan, terasa lama padahal sebenarnya cepat, aku memang perlu digetok agar bisa menulis lagi, sampai mas pacar mengatakan “Kamu kan sudah setahun di Jogja, kamu melewati banyak hal, masa iya tidak ada satupun pengalaman dan cerita yang bisa kamu bagikan di blog? Aku rindu perempuan penulis yang aku taksir di halaman surat kabar dulu”. Tak meleset sama sekali, benar, aku sendiri merasa kehilangan diriku, apalagi orang yang mengenalku lewat tulisan-tulisanku yang dulu.
Ada banyak hal yang bisa diceritakan tentang kepindahanku ke Yogyakarta, dimana aku tinggal, siapa saja teman-temanku, dimana aku belajar, siapa saja orang-orang menginspirasi yang kutemui, kemana saja aku berpetualang, bagaimana aku menghabiskan hari-hariku di sini, buku apa yang kubaca, musik apa saja yang menjadi soundtrack hari-hariku, apa saja yang kumakan, bagaimana hubunganku dengan orang-orang yang kutinggalkan di Banjarmasin, siapa yang datang dan pergi selama ini,bagaimana kisah cinta LDR Pelaihari – Yogyakarta, dan lain sebagaimana. Sepertinya aku memang harus mulai merapel cerita-cerita ini atau kelak cerita ini hanya akan menjadi sisa-sisa ingatan yang perlahan akan disingkirkan memori otak karena dianggap sebagai sesuatu hal yang sudah tidak penting lagi.
Terkadang aku berpikir, aku menulis untuk siapa? Untuk diri sendiri, syukur-syukur kalau ada orang lain yang bisa turut menikmatinya, lantas kenapa harus  merasa takut jelek? Sebenarnya bukan karena takut jelek, karena aku takut melihat kualitas tulisanku mulai menurun di banding yang dulu, tapi akan jadi lebih buruk lagi bukan jika aku terus berlarut-larut dalam situasi ini?
Seperti janji-janji yang sebelumnya bahwa aku akan lebih sering lagi menulis namun tidak kutepati, rasanya kali ini aku tidak perlu berjanji lagi, untuk awal kali ke sekian aku hanya perlu sedikit mengingat bahwa masih ada beberapa orang pembacaku di masa lalu yang menunggu berbagai cerita baruku.

Luthfia kamu tidak seburuk itu, kamu sesuatu.

Grhatama Pustaka, 25 Oktober 2016

14.24 

0 komentar:

Posting Komentar