Halaman Persembahan Skripsi




HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

Ibu, Papap dan kedua anggota kingdom Luthfi, 
atas segala kesabaran, kekuatan, kemandirian, kasih sayang, tanggung jawab dan semua yang telah diberikan tanpa batas sampai berada di titik ini, kebanggan ini bukan hanya milikku, tapi juga milik kalian dan ini hadiah ulang tahun ke 52 tahun untukmu, Pap.
Keluarga besar, yang meskipun di kejauhan kerinduannya tak henti mengudara bersama do’a – do’a untuk anak rantau yang jarang pulang ini.

Gusti Ahmad Aliffullah Akbar, untuk setiap deringan telepon di tengah kantuk sebelum shalat di sepertiga malam setiap hari,
coklat dan larutan penyegar waktu sakit, dan seluruh waktu yang diluangkan untuk menenangkan ketakutan tentang ini itu.

Himaptika dan seisinya,
yang memberi ruang untukku tumbuh sejak dari benih
hingga menjadi pohon besar.
Sahabat-sahabat, Chintya, Aulia Dinata, Tiwi, Adelia – Maslianti – Lia Bhadun – Semua member Makhluk Dodol,
atas segala kebersamaan entah saat dekat atau jauh, saat berurai tawa
ataupun air mata, pelukan, ayam penyet Mila Hadi, make up dan kecelakaan jelang wisuda.

Kalian; semua kerabat, sahabat, teman sejawat
yang tidak mampu dituliskan satu per satu,
 kupikir selama ini 7 tahun berpetualang aku sudah jadi jagoan yang mampu bertahan dalam situasi apapun dalam hidupku,
ternyata tanpa kekuatan dan do’a kalian aku pasti jauh lebih cengeng melewati 6 SKS yang yang beratnya mengalahkan 142 SKS sebelumnya ini.
Terimakasih banyak, ini untuk kalian semua.


**Luthfia Ayu Karina



Random





Mungkin benar katamu, aku sedang terlalu bahagia makanya sulit untuk membuat tulisan, tapi aku juga tidak ingin menjadikanmu alasan untuk tulisan-tulisan sedihku yang mendayu-dayu. Jika ada bait tulisanku yang sayu dan kuyu, maka kaulah semestinya pelipurku. Aku tidak pernah kehabisan alasan untuk bahagia denganmu, sedih-sedih kecil yang hadir anggaplah hanya jamuan takdir sewajarnya karena kita manusia milik-Nya. Jadi biar kau jadi alasan tulisanku yang bahagia-bahagia saja. 

Mereka bilang kita kasmaran. Memang kasmaran karena masih 6 bulan tampak di mata awam, bagiku yang merasakan, ini adalah keajaiban. Aku tidak ingin menaklukkanmu, kau tak perlu tunduk patuh pada wanitamu yang bawel luar biasa ini. Aku tak pernah mengatakan “jangan” untuk hal-hal yang membuatmu senang bukan? Hanya saja aku sedikit rewel jika kau bangun kesiangan atau melakukan hal-hal yang dalam takaran akalku akan membuat kurus badanmu dan akan merugikanmu di masa yang akan datang. Aku tak perlu berucap banyak “jangan” seperti asmara picisan orang kebanyakan untuk kau selalu di sisiku bukan? 

Kau dan aku ya kita, manusia biasa perwujudan reinkarnasi pasangan petani gandum yang hidup bahagia di kaki gunung di masa lalu. Kita pernah melewati dengan baik satu masa yang panjang, aku jamin di masa sekarang dan seterusnya kitapun akan tetap jadi pejuang tangguh. 

Dimanapun kamu, kemanapun aku, percayalah ini tak akan lama, kita bisa melewati ini dengan bijaksana. Kita bukan pecinta yang manja bukan? Jika tangguhmu mulai runtuh, ada aku yang masih utuh. Jika aku yang rapuh, ada kau yang masih teguh. Jika kita berdua yang jatuh, semoga Tuhan selalu meluaskan hati kita dengan segala syukur dan mengeratkan pegangan kita agar dapat segera bangkit untuk melanjutkan perjalanan lagi.



*Ditulis random
Setelah kencan mingguan, saat menunggu kau sampai ke kotamu
31 Mei 2015
11.24 PM

Jawaban Tuhan; Perihal Takdir

Rasanya sangat egois jika kali ini aku tidak turut berbahagia atas datangnya kabar ini, tapi terlalu munafik juga jika tidak mengakui bahwa aku agak sedikit entah haru atau bersedih karenanya. Cukup lama tiada saling berbagi kabar berita, tanah pijakan pun sama jauhnya, kali ini kabar itu datang tengah malam, bersama sepotong pesan pendek bertajuk undangan pernikahan dari sebuh nomor tak bernama.

“Tanggal 3 bulan 5 aa’ menikah Ay”

Aku masih setengah tidur waktu pesan itu masuk ke kotak masu hape bututku, kukira pesan itu masih merupakan bagian dari penggalan mimpiku semalam, ternyata tidak, memang benar dia mengabarkan pernikahannya.

Akhirnya hari itu datang. Hari dimana Tuhan memberikan jawaban atas segala pertanyaan perihal takdir yang telah lama ditunggu-tunggu selama bertahun-tahun tentang apa, bagaimana, dimana dan siapa yang akan menikah terlebih dahulu di antara dua orang yang pernah saling mengubur cinta karena pertentangan orang tua.

Tinggal bertetangga lama, berkawan sejak kanak-kanak, memadu cinta saat belia hingga menjadi sahabat saja menjadi pilihan yang paling tepat, mendewasa bersama, saling pasrah hingga berputus asa demi menjaga perasaan dari banyak nama.

Antara bahagia bercampur sedih, sebentar lagi aku akan melepas salah seorang sahabat paling karib dalam hidup. Walau tak melulu saling bertemu, tapi setiap waktu bertemu menjadi canda yang candu. Kenangan berputar timbul tenggelam dalam ingatan, ketika sama-sama tak ada uang namun  masih menyempatkan makan bersama, memakai baju yang sama, bernyanyi bersama dengan alunan gitar tua, membicarakan kekonyolan-kekonyolan masa muda, menertawakan harapan yang fana, membicarakan orang-orang tercinta setelah kita, dan lain sebagainya. Rasa kehilangan yang datang pada saat yang sebenarnya tidak kehilangan.

Berdebar keras dadaku memacu roda duaku menuju tempat hari besarmu, tidak ada kemampuan mataku bersitatap dengan ragamu, perlahan kedua bola mataku mengabut, berat seperti dirundung mendung yang nyaris mendatangkan hujan.

Hari ini aku berjalan disisimu lagi, tapi bukan sebagai pendampingmu. Hari ini tunai sudah tugasku, sebagai seorang adik, sebagai seorang sahabat, juga sebagai sang mantan.  Aku payungi kau yang mengenakan pakaian pengantinmu menggunakan tanganku sendiri, tak peduli dipandangi takjub sekaligus iba oleh orang-orang yang tahu cerita kita. Sebab ini bukan payung hitam penuh kesedihan, tapi dengan payung indah berwarna pelangi yang kumantrai dengan doa-doa dan pengharapanku untuk kebahagiaanmu. Hari ini lunas sudah segala janjiku pada diriku sendiri, aku antarkan kau tepat sampai di depan pelaminanmu menemui pengantin wanita yang terpantas telah kau pilih sebagai belahan jiwa.

Selamat menempuh hidup baru a'...

*Ssssttt... Nanti gantian, payungilah pengantin lelakiku nanti sampai ke hadapanku di pelaminan :)))"