Cinta yang Belum Merdeka


Sesungguhnya di masa yang katanya sudah merdeka ini kita sebagai kaum pecinta belum merdeka sama sekali. Sebab apa? Kebebasan untuk jatuh cinta masih dikebiri dan dikendalikan oleh perilaku, kebiasaan dan pola pikir masyarakat yang masih mengkotak-kotakkan suatu hubungan berdasarkan kasta-kasta yang komposisinya terdiri dari gengsi dan pertimbangan yang lebih banyak kurang logis dalam mengukur pantas tidak pantasnya seseorang berdampingan dengannya seseorang yang lainnya.

Padahal menurut pikiran warasku, setelah pertimbangan yang dijelaskan menurut agama, kasta tertinggi dalam cinta adalah cinta itu sendiri. Kepantasan diukur dari siapa yang lebih mencintai siapa, siapa yang mampu saling berbuat baik kepada siapa, bukan siapa yang lebih banyak memiliki harkat, derajat, harta dan kekayaan yang lebih pantas mencintai siapa.

Yang berpangkat belum tentu berkecukupan, yang kurang tampan belum tentu membosankan, yang kurang tinggi pendidikan belum tentu kurang pengetahuan, yang  kurang harta belum tentu tidak dapat memberi makan. Walau berharta, walau berpangkat, walau tampan rupawan, tapi kurang cinta? Belum tentu dapat membahagiakan. Hey manusia-manusia di luar sana, cinta bukan hanya milik orang yang berpangkat, bertahta, tampan rupa dan lain sebagainya, tapi cinta adalah milik semua makhluk yang bernyawa!

Kita tidak pernah tahu akan jatuh cinta kepada siapa, walau tidak munafik hidup tak kenyang makan cinta dan untuk melanjutkan hidup perlu harta, tapi bagiku kekayaan yang sebenarnya adalah merasa cukup karena banyak bersykur sehingga tak mudah merasa kekurangan. Seseorang mengatakan kepadaku:

                                       “Merasa cukup adalah nyaman versi jatuh hati”     

Aku berharap, (mungkin bukan cuma aku)  bisa hidup di dunia dimana cinta tidak mudah tergadai demi harta, pangkat dan hal-hal yang berbau materiil lainnya, karena cinta lebih dari sekedar omong kosong yang mereka sebut strata sosial, karena cinta mahal harganya. 

Kupikir zaman Siti Nurbaya, Romeo Juliet, Layla Majnun atau Hayati Zainudin sudah lama lewat, ternyata… Ah, Sudahlah!

What an amazing life!

“Katakaaan… Pada Mamaaa… Cinta bukan hanya harta dah tahta, pastikan pada semuanyaa, hanya cinta yang sejukkan duniaaaa” (Dewa 19 – Cukup Siti Nurbaya) *nyanyi*

Oke cukup, itu penutup yang fals banget.



**Terimakasih rumpi bareng kita hari ini; Tiwi, Mimi & Ghina, aku yakin kita bukan termasuk orang yang akan menggadai cinta dengan murah.


Simpang Gusti, 23 Maret 2015
3.09 PM

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Yang kami inginkan bukanlah mereka yang berlimpah harta, yang kami inginkan hanyalah seseorang yang bisa memberikan kehidupan yang layak.
Yang kami inginkan bukanlah mereka yang berkedudukan tinggi, yang kami inginkan hanyalah seseorang yang mampu menempatkan pasangan dan keluarganya di tempat yang semestinya.

Luthfia Ayu Karina Rani mengatakan...

Mimi ni sekali muncul, menambahkannya langsung *DHEG banaar :D

Mamaa abaaah nikaahkan kami dg pasangan masing-masing. Nikahkaaan :"D

Septiana Pratiwi mengatakan...

Kamu tau sendiri kan, aku orang yg cuek dengan "apa kata orang". Namun ucapan-ucapan Ibuku kepadaku tentang "takut malu-maluin" kemarin benar-benar menggangguku. -_- namun berkat blog tapai ini, aku mulai termotivasi! TERIMA KASIH BLOG TAPAI!! ;-*

adittyaregas mengatakan...

ada yang handak lakas belaki bau bau dari tulisannyaaaaa. hihiiiiii

Posting Komentar