By Your Side


“If the world makes you confused                  
And your senses you seem to lose
If the storm doesn't wanna diffuse
And you just don't know what to do
Look around I am here
Doesn't count far or near
I'm by your side…”

Ada badai menghebat dalam dada kiriku setiap mendengar lagu itu, gelombang ritmenya menyebabkan kinerja otak berada di ambang batas waras seiring lelah dan dingin yang menyergap lewat tengah malam tadi. Ada keganjilan yang tertahan dan menekan untuk segera diluapkan. Entah energi darimana yang membuatku akhirnya mengirimkan pesan ke kontak whatsappmu, satu-satunya media yang masih menghubungkanku kepadamu. Setelah sekian lama kita saling memblokir segala akses yang dapat menyebabkan ketidaktahudirian perasaanku akanmu.
Aku mengutuki temperatur pendingin ruangan yang meskipun sudah dinaikkan tapi tetap memberi ruang kepada dingin untuk berkolusi dengan jemari yang bekerja atas perintah hati, tanpa membangunkan daya pikir yang mulai lelap bermimpi.

“Look around I am here, doesn't count far or near…”

Setelah apa yang terjadi, sekian lama kita saling mendiamkan dan tanpa kau pernah menjelaskan penyebab kegagalan yang bahkan belum kita mulai, bagaimana mungkin aku bisa sebegini lega dengan kebersediaanmu setelah aku mengundang kehadiranmu kembali? Sementara selama ini sekuat tenaga juga aku menghajar diriku habis-habisan hingga babak belur untuk bertahan tak menangisimu dan menjalani hari dengan cukup tahu diri membiarkanmu berlayar dengan mimpimu sendiri tanpa melibatkan aku dalam perjalan menuju dermaga yang kau tuju. Apakah aku benar-benar sudah move on sekarang?

Entahlah… Rasanya terlalu naif mengatakan bahwa aku sudah move on sementara aku masih memakai parfum yang sama dengan yang kau pakai setahun lalu. Mustahil rasanya menghapus ingatan tentangmu setelah hal-hal istimewa yang kita lewati sekalipun setahun berlalu dan sama sekali aku tidak melihat wujudmu.

Semuanya masih sangat jelas, sangat dekat di pelupuk mataku, seperti ada film lama yang berputar mengelilingi kepalaku. Bagaimana kau bisa tetap kelihatan begitu tampan dengan kemeja slimfit berwarna abu-abu dan celana bahan berwarna gelap serta rambutmu yang berantakan setelah pulang bekerja, caramu tertawa, bahasamu berkelakar, wangi bahumu, berantakannya kamu ketika makan, rambut basahmu setelah berwudhu dan menungguku selesai shalat magrib di depan mushalla mall, genggaman tanganmu, lemon tea favoritmu, ekspresi badmoodmu, sentuhan lenganmu merangkul bahuku di gramedia pada Sabtu itu, semuanya aku mampu mengingat dan merunut segala moment istimewa itu dengan sangat baik.

Sebenarnya sampai sejauh ini aku belum bisa berhenti penasaran, itu kenyataannya, aku masih menunggu alasan, penjelasan dan ketegasan, sekalipun tidak akan mengubah keadaan. Dengan kehadiranmu kali ini aku melihat betapa hatiku tumbuh begitu dewasa, sekalipun keinginanku atasmu tak pernah berubah, namun mengikhlaskanmu ternyata sudah bulat menjadi tekadku, hanya itu satu-satunya cara yang aku tahu sekarang untuk memulihkan hati, siapa lagi yang akan menyembuhkan luka-luka ini jika selain diri sendiri?  

Dengan begini, setidaknya suatu hari ketika harus berhadapan lagi denganmu aku mampu berjalan dengan mengangkat kepala tanpa harus terunduk sedikitpun sebab sekalipun gagal aku pernah mencoba memperbaiki keadaan ini, bukan seperti pecundang yang memutuskan untuk menyerah karena lelah.

Selamat datang kembali, sekalipun tidak memilikimu, aku berjanji kali ini aku tidak akan membuatmu menjauh pergi lagi. Tolong, untuk kali ini tetaplah disini…

"I'm by your side…"


*Backsound : Tokio Hotels – By Your Side


Simpang Gusti, 9 Oktober 2014
1.11 AM


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tokio Hotel band favoritnya dia..
Maaf jd ngingatin dia lg..
Last komeng..hehehee..

Posting Komentar