Dia yang Seperti Sudah Sewindu Di Hidupku

Aku mengenalnya tak cukup lama, tapi seperti sudah sewindu dia di hidupku. Dia selalu mengistimewakan aku bahkan saat seluruh dunia mengerdilkan mimpiku. Terkadang aku merasa tak adil untuknya, aku selalu berlari kepadanya setiap aku kacau, marah-marah kepadanya sekalipun kesalahan yang tidak dilakukan olehnya, dia tidak pernah masalah dengan aku gampang uring-uringan dari hal-hal sepele sampai hal besar. Tapi saat aku sedang bersenang-senang aku bisa seharian jauh dari telepon genggam tanpa ingat dia ada disana.
Dengannya yang kutahu hanya bahagia, sekalipun diam-diam aku sering merasa tercekik dengan kata-katanya, 'menyentilku' tentang banyak hal lewat tulisannya  yang selalu 'berhati', aku tergila-gila pada setiap tema yang ditulisnya bahkan jauh sejak saat kami belum saling mengenal. 
Aku jauh lebih sering bawel ini itu tentang hidupnya, dia selalu welcome dan tak pernah bosan mendengarkanku nyap-nyap seperti emak-emak. 
Dia jarang bawel, dia mengenalku jauh lebih detail daripada aku mengenalnya, dari hal terkecilku hingga terbesarku dan tidak pernah komplain apa-apa tentang itu, dia hanya akan bawel tentang hal-hal yang bermutu. 
Kalau aku bawel dari soal penyakit pelupanya "Jangan lupa sweater kamu gampang kedinginan", "Sudah diingati hal-hal yang mau dibawa? Supaya jangan bolak balik", "Ngopi terus nih!", "Jangan kebiasaan ini, itu dan bla blaa blaaa...", itu aku dengan gaya khas emak-emakku. Sementara dia hanya akan bawel tentang penyakit kronis yang semua teman-temanku juga tahu, tapi lewat mata ketiganya hanya dia yang tahu kebenaran seberapa parah kadarnya. Penyakit keras kepala, 'terlalu serius', 'gampang menakutkan hal-hal yang belum terjadi', 'lupa cara bahagia' dan penyakit jiwa lainnya yang aku sendiri tak menyadarinya. Beda kualitas bawelnya!
Aku mampu menegakkan kepala dimana saja, bertindak seolah aku baik-baik saja, tertawa, mengiyakan keadaan, dijadikan panutan orang-orang, menjadi penata adegan dan pelaku sandiwara hebat, tapi tidak berlaku di hadapannya. Dengannya aku bahkan bisa menjadi manusia termanja yang paling manja, gampang ngeluh, cengeng dan sepaket sifat burukku mekar, dia yang menyuburkan dengan alasan jangan dipendam nanti bisa jadi penyakit.
Dia istimewa walaupun dia selalu merasa biasa saja, dia salah satu manusia yang paling aku syukuri keberadaannya.

"Aku tidak tahu nanti-nanti, aku tidak peduli bagaimana nanti, yang aku tahu aku menikmati kekinianku saat ini berbahagia bersamamu"

Iya, akupun mulai memahami arti itu :)

Selamat pagi kamu...


*Ditulis saat bangun pagi dan terlalu berbahagia karenamu
Alalak Utara, 5 Agustus 2014


0 komentar:

Posting Komentar