Mereka bilang saya PHP, Pemberi
Harapan Palsu. Sebagian lainnya bilang saya pembual, pengobral cinta juga suka
gonta-ganti pasangan!
Heh?? Saya pikir saya tidak cukup
cantik, beberapa bekas jerawat yang tumbuh belum hilang dari wajah saya. Saya
juga tidak seksi, body saya penuh dengan tulang menonjol disana sini bahkan
saya tidak pernah berpakaian pendek dan terbuka. Saya juga tidak begitu pintar
di bidang saya, saya akan menghabiskan waktu 4,5 tahun untuk lulus dari Sarjana
Pendidikan Matematika dan saya cukup sibuk bahkan dengan setumpuk kegiatan saya,
saya sudah tidak punya waktu lagi untuk mengurusi pasangan jika ada. Lalu apa
yang bisa saya ajukan untuk menjadi modal sebagai pelaku PHP dan pengobral
cinta?
Seseorang yang suka membual, mengobral
cinta dan memberi harapan palsu tentu tidak pernah merasakan sakitnya cinta.
Saya pernah jatuh cinta, dan saya juga pernah sangat luka karena cinta. Bahkan
sekarang saya tengah putus harapan terhadap cinta. Saya tahu rasanya, lalu apa
alasan dan keuntungan bagi saya untuk membalikkannya kepada orang lain untuk
merasakannya juga?
Jika saya seorang PHP, pembual dan
pengobral cinta tentu sekarang saya sudah punya banyak cinta, pada kenyataannya
saya tidak punya satupun pasangan dan saya masih single kan di usia kepala dua?
Tapi abaikan saja, saya tidak peduli
dan tidak akan pernah peduli dengan apa yang dikatakan mereka. Toh, mereka
tidak mempengaruhi dan tidak memberikan sumbangsih apa-apa bagi hidup saya.
Dengan saya menjelaskan bahwa saya bukan seorang PHP, bukan seorang pembual
juga bukan seorang pengobral cinta tidak akan mengubah persepsi mereka tentang
saya. Mereka hanya kan menganggap saya membela diri dan mencari pembenaran atas
tindakan saya. Bukankah setiap orang akan selalu mencari pembenaran atas dalil
yang mereka buat?
Saya SINGLE, iya atau bahasa populernya
JOMBLO! Ini sudah jadi pilihan saya sejak terakhir kali gagal dengan pasangan
saya. Saya bosan terjebak dalam drama picisan cinta yang dangkal. Senangkah
saya? Tidak selamanya senang, tentu tidak setabah ini juga seandainya saya
tidak pandai-pandai membuka hati dan berteman baik dengan setiap orang.
Mereka bilang saya suka gonta ganti
pasangan, kapan?? Saya memang single, bukan berarti saya tidak punya teman pria
kan? Saya tidak sekesepian itu dan tidak akan pernah jadi semurahan itu. Saya
punya banyak sahabat yang tidak pernah henti meramaikan kesendirian saya. Baik
wanita maupun pria. Jikalau tampak saya memang lebih sering tampak berkumpul
dengan jumlah pria lebih banyak daripada wanitanya karena memang mereka orang-orang
terpilih, mereka teman-teman terbaik saya. Ketika saya kesepian saya tidak
perlu sedih karena tidak punya pacar, ada mereka menemani saya nongkrong,
diskusi, membicarakan banyak hal, di café, di jalanan, dimanapun yang kami mau,
bahkan hanya sekedar duduk-duduk minum teh es, mau itu pagi, siang, sore maupun
malam. Saya tidak pernah punya transportasi untuk perjalanan jauh, ada mereka
juga yang sedia menjemput saya. Ketika persediaan dana dalam dompet saya
menipis sementara hidup masih harus terus dilanjutkan, kepada mereka jugalah
saya larinya, demikian juga sebaliknya. Walaupun tidak pacaran tapi mereka
tidak pernah membiarkan saya makan sendirian. Ketika saya melakukan kebodohan,
kesalahan, mereka akan memaafkan saya sebelum saya minta. Ketika saya sedih, patah
hati, kecewa, bahagia, bahu merekalah tempat saya bersandar, mengusap air mata
dan turut tertawa dengan saya. Saya tidak pernah segan-segan menjadi supporter
ketika mereka main futsal, bahkan untuk sekedar nongkrong-nongkrong di gramedia
atau twenty one. Saat tidak bertemu raga kami sering berbicara di social media,
tentang kerinduan, tentang apa saja. Saya
dan mereka sangat akrab. Tapi tidak sekalipun mereka mereka menyebut saya PHP
dengan serius, kecuali hanya bercanda. Ya itulah sahabat-sahabat saya,
setidaknya mereka tulus menemani saya, hidup dengan saya tanpa kepalsuan dan
menutup-nutupi mereka yang apa adanya, tanpa mengharapkan apa-apa. Ini adalah
konsep pertemanan yang saya dapatkan selama bersama mereka.
Tidak seperti pria lain kebanyakan. Istilah
PHP, entah siapa yang pertama kali menemukan. Yang jelas ini adalah zaman
dimana ketika bersikap baik terhadap lawan jenis lalu kita dianggap memberi
sebuah harapan walaupun kita tidak bermaksud demikian dan kemudian selanjutnya
kita disebut sebagai pemberi harapan… PALSU!
Saya pernah dekat dengan seorang
teman, kami berinteraksi lewat chat di beberapa social media, saya bercerita
semua tentang saya, begitu juga dia, saya selalu berusaha bersikap baik
terhadap semua orang juga termasuk kepadanya. Saya juga selalu berusaha membuka
hati, tapi tidak menjamin kemudian akan dengan mudahnya saya mengiyakan untuk
sebuah hubungan. Sejak awal saya selalu menegaskan ketika lawan jenis
menganggap saya dan dia dengan dalam proses pembentukan hubungan, saya tidak
dapat menjanjikan saya bisa, saya perlu beberapa waktu untuk mempertimbangkan. Ketika
saya menemukan alasan sebuah kecocokan tentu saya akan melanjutkan namun jika
saya tidak menemukan alasan untuk sebuah kecocokan untuk membangun sebuah
hubungan, secepat mungkin saya akan memutuskan untuk terus berteman baik. Dan sayangnya
kala itu sepertinya saya diperhitungkan telah membuka tabir PHP, saya
ditegaskan sebagai pelaku PHP! Memang tidak dikatakan secara gamblang, tapi
dalam beberapa kesempatan dan sindiran-sindiran semuanya mengarah kepada saya.
Iya saya, mereka bilang saya The Queen of
PHP ini this century!
Tersinggungkah saya? Tidak perlu
merasa demikian. Saya malah gelak menertawakan title baru saya. Apapaun saya
tidak akan merubah sahabat-sahabat saya, mereka tetap seperti biasa, tidak ada
yang merasa ketakutan jadi korban PHP, walaupun saya telah mendapatkan gelar
demikian. Mereka masih seperti biasa, tertawa dengan saya, menemani saya makan,
nongkrong, bercanda, diskusi, berbagi ilmu, pelajaran hidup, juga semakin
menabahkan saya dalam kesendirian saya.
Sampai sekarang kesinglean saya nyaris memasuki hitungan tahun, kelakar berapa beberapa teman saya masih single karena
pria-pria takut mendekat karena saya PHP, hahaa. Wanita seperti saya agaknya
memang sedikit membuat takut pria-pria mendekat. Tingkat kesibukannya tinggi,
hal-hal yang tidak memengaruhi masa depan saya jelas akan menjadi hal yang saya
abaikan. Tak apa, walaupun kada keinginan memiliki pasangan tidak terkendali
datang, saya tidak pernah takut kekurangan cinta karena tidak punya pasangan.
Ada keluarga dan banyak sahabat yang selalu menyemangati, mendukung dan tidak
membatasi perkembangan hidup saya. So, apapun yang mereka bilang tentang
ke-PHP-an saya, saya tidak peduli pada kenyataannya saya masih proud to be single happy! :)
*Dengan tersenyum
Kayu Tangi, 1 Agustus 2013
3.12 AM