Perhatikan Yoga!

Saturday, 18.31 pm

"Beranjak dewasa adikku Yoga tercinta,
Sudah saatnya belajar berpijak
Tinggalkan Haruai (:P) demi masa depan cita
Sudah waktunya kau mulai terjaga…
Belajar melentik adikku yang … (tidak mungkin menyebutnya cantik, dia cowok, hihi)
Jadikan masa depanmu menarik,
Ingat selalu pesan kedua orangtuamu,
Jalani dengan hatimu yang tulus,
Jangan takut…
Jangan layu pada semua cobaan yang menerpamu,
Jangan layu…
Kami selalu bersamamu dalam, gelap, dalam lelap mimpi indah bersamamu
Padamkan sekejap warna warni duniamu, saat kau mulai kehilangan arah……”
* * *
Kenapa? Agak Familiar ya sama kalimat-kalimat di atas? Haha… Emaaaaang… Itu lagunya SO7 tauuu! Cuma aku ganti-ganti aja namanya, dari nama ayahku (Rani) jadi nama adikku yang pertama, Yoga, haha… Maksaaa deeeh!!! :P
Tapi itulah keadaannya, tiap denger lagu itu pasti ingetnya sama anak itu. Jelas, karena aku memang nggak punya kakak, cuma punya adik 2 ekor (emangnya embe’ 2 ekor?), seharusnya jadi inget ayahku, coz lagu itu ditujukan buat ayah (Rani), tapi sikonnya kok kayaknnya nggak tepat banget yak? Owh… mungkin lagu itu diciptakan waktu ayahku masih jadi anak kost dulu kali, perantauan (emangnya duluan siapa lahir, Mas Eross atau ayahku ya? haha). Kadang jadi kepikiran juga, kenapaaa coba Mas Eross malah nyiptain lagu buat ayahku, kenapa nggak buat aku aja coba? Jelas-jelas anaknya Pak Rani ini jauh lebih bagus kalo dijadikan objek lagunya? “Belajar melentik kakakku Ayu yang cantik”, nah tuuu kan malah lebih bagus dan terdengar lebih crunchy gimanaaa gituu… *ngarep mode On.
Hahaha, kok malah jadi ngelantur gini, oke…. Okee… cukup! Kembali ke Laptop!! (*pinjem ya Om Tukul, :P)
Tentang Yoga, kenapa jadi aku bahas tentang Yoga disini, karena akhir-akhir ini aku mulai ngerasa dia bukan yang dulu lagi, dia berubah, semakin jauh, sudah tak mencintaikuuu… hush… ngawur! Nggak, maksudnya ya seperti lagu tadi, adikku mulai beranjak dewasa, usia SMP mungkin udah nggak bisa di sebut anak-anak lagi, tapi juga ga bisa disebut bukan anak-anak lagi, lho kok? Bingung ya? Sama aku juga bingung, hehe…
Maksudnya gini lho, usia SMP itu adalah usia peralihan, antara anak-anak menuju masa remaja aka. Abg aka. Lagi puber, yang katanya masa yang penuh bunga-bunga, *nggak tau juga ya? Perasaan masa-masa SMPku dulu rusuh deh, hehehe…
Kasihan adikku yang satu itu, ketika usianya baru beranjak 13 tahun dia sudah harus berpisah dengan keluarga dan orang tua demi menggapai citanya, aku masih beruntung, lulus Mts. Baru dihijrahkan ke Banjarbaru. “Seperti mimpi kalau inget adekmu kuat hidup sendiri di banjarbaru”, kata ibuku beberapa saat lalu. Ya, memang… Mengingat selama ini dia adalah pangeran muda yang supeeerr manja di tengah lingkar dinasti keluarga kami, bagaimana tidak di keluarga kami sangat langka makhluk yang benama laki-laki, dan dia adalah satu-satunya cucu laki-laki di keluarga Ibuku, semua maunya, dari hal terkecil hingga terbesar selalu diperhatikan oleh bibi-bibi dan paman-paman kami yang seabreg itu, (Maklum… Keluarga besar, ibuku 7 bersaudara), tiba-tiba sekarang dia harus memisahkan diri dari keluarga besar itu dan terdampar di asrama sekolah yang asing, betemu dengan orang-orang asing dan harus menyesuaikan diri dengan kehidupan yang baru. Tapi anak itu memang keras kepala dan teguh pendirian, sekali berlayar dia pantang surut palang, salut!
Aku mengenal dengan baik watak anak itu, dia adik kesayanganku dulu dengan penuh do’a aku mengharapkan dapat memiliki adik laki-laki, dan doaku terkabul, aku sangat senang, walau sekarang rasa sayang itu telah terbagi dengan adikku yang terakhir, tapi toh tetap ku bagi sama rata juga, Mbak sayang Uga, juga Icha, sama-sama sayang… :P
M. Luthfi Yoga Hastommy, lahir di Tanjung, 19 Desember 1997. Anak yang cerdas namun agak pemalas, sedikit arogan, keras kepala, ngotot, sangat suka memancing (hobinya yang tidak direstui ayah), manja namun sebenarnya sangaat perhatian, anak itu gengsian kalau harus menunjukkan perhatiannya kepada seseorang.
Hubungan kami sempat gonjang ganjing, tak harmonis ketika kami sama-sama menemui masa-masa kelabilan, sama-sama belum bisa mengandalikan diri, dibandingkan dengan sekarang sangaaat jauh beda. Aku selalu percaya kepadanya dan dia adik yang baik, selalu berusaha menjaga kepercayaan kakaknya ini. Aku senang memanjakannya dan dia senang bermanja-manja denganku, aku selaluuu memperhatikan, dari masalah keuangan, menjahitkan pakaian-pakaiannya yang robek, merapikan bukunya, memperhatikan keperluannya, aku menikmati peranku sebagai pengganti orangtua bagi adikku ini, karena kami berdua memang tinggal jauh dari orangtua.
Tak banyak waktu yang kumiliki untuknya, kadang aku bersedih, kadang merasa menjadi kakak yang kurang perhatian, huufh… Sungguh aku bukan kakak yang baik, tapi selalu berusaha jadi yang terbaik buatmu dik.